Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Persiapan Asian Games 2018, Jangan Terpengaruh "The Manic Society"

31 Agustus 2016   11:50 Diperbarui: 26 November 2016   10:46 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang Inggris punya ungkapan yang menarik; easy come, easy go. Artinya apa-apa yang diperoleh dengan cepat, akan pergi dengan waktu yang singkat pula. Ya, semua sektor pasti mengalami hal ini, termasuk pada venue yang telah jadi. Rupanya, pembangunan venue yang cepat, asal-asalan, dan tanpa perhitungan, suatu saat akan mudah mengalami kerusakan.

Contohnya sudah jelas terjadi, yaitu pada saat penyenggaraan SEA Games di Palembang, ditemukan kerusakan pada venue aquatic. Tentu saja, akan terlihat mengganggu, bukan?

b. Munculnya Penyakit 3H

Kehadiran fenomena the manic society akan memunculkan sebuah masalah kejiwaan baru, yang biasa disebut virus 3H. Ketiga masalah tersebut adalah serba terburu-buru (hurried), saling kehilangan selera humor dan ketenangan (humorless), dan saling bersaing (hostile).

Sudah jelas 'kan, persiapan ajang olahraga dengan cara yang tidak benar, menikmati persiapan event dengan fokus dan penuh perhatian, akan menimbulkan gejala yang terburu-buru (hurried), seperti yang telah saya jelaskan di atas. Ditambah lagi dengan tekanan deadline yang telah ditetapkan, bakal muncul rasa ketidaktenangan dalam persiapan menjadi tuan rumah, terlebih pada diri penyelenggara (humorless).

Oh ya, ada satu lagi. Jika sekiranya ada “ego” dari dua kota penyelenggara yang semula telah ditunjuk, menginginkan menjadi tuan rumah tunggal, akan saling bersaing (hostile) untuk memperebutkan status tuan rumah dengan berlomba-lomba mempersiapkan diri. Jika pihak pemerintah menunjuk kota yang lebih siap, akan muncul rasa tidak kebagian pada kota yang gagal menjadi tuan rumah. Kecuali jika dua kota menyelenggarakan event olahraga dengan rasa kebersamaan dan saling mendukung, pasti hal tersebut tidak akan terjadi.

Cara Menyikapi Fenomena The Manic Society

Nah, melihat fenomena the manic society tersebut, bagaimana cara menyikapinya, termasuk para panitia event olahraga?

Benar, mestinya para panitia berpikir berkontemplatif apa yang diperbuat selama menjadi tuan rumah pada event sebelumnya. Jika biasanya persiapan dilakukan secara impulsif, pada saat persiapan menjadi tuan rumah Asian Games 2018 harus pelan-pelan, baik pembangunan dan renovasi venue, serta hal-hal lainnya. Walaupun dikerjakan secara lambat, itu lebih baik, sehingga hasilnya akan lebih maksimal.

Tapi, kalau misalnya ingin persiapan dengan waktu yang cepat? Boleh, asalkan semua elemen pendukung sudah lengkap dan dilakukan secara hati-hati. Satu hal lagi, hendaknya persiapan event dilakukan dengan perencanaan yang matang oleh panitianya, dari generasi saat ini ke generasi berikutnya, terlebih lagi ajang olahraga seperti Asian Games akan diselenggarakan empat tahun sekali, selama bumi masih bisa berputar lancar.

Demikian penjelasannya, salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun