Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Pekerjaan Seorang Penulis

16 Agustus 2016   15:08 Diperbarui: 16 Agustus 2016   15:13 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita yang hidup di dunia ini, pastinya perlu melakukan sesuatu untuk bertahan hidup. Salah satu cara yang ditempuh adalah bekerja. Dengan bekerja, selain untuk mengisi waktu dan mendapatkan upah, bekerja bisa juga dimanfaatkan untuk menyalurkan potensi yang kita miliki, sehingga bekal yang diberikan Tuhan itu tidak percuma begitu saja. Apapun pekerjaan yang dilakukan oleh setiap manusia yang ada didunia, pasti memaknainya dengan cara berbeda-beda, ‘kan? Semuanya akan bergantung pada cara pandang, kondisi psikologis, dan niat seseorang yang berbeda pula. Tak terkecuali pada dunia tulis-menulis, tentu orang melakukan kegiatan sebagai penulis dengan tujuan tersendiri.

Nah, apa yang mereka kerjakan di berbagai bidang, termasuk menulis, telah dijelaskan secara lengkap pada buku I Love Monday karya Arvan Pradiansyah. Dengan digabungkan dengan pengamatan saya di bidang kepenulisan, berikut tiga tingkatan makna perkerjaan yang saya bahas satu per satu.

1. Pekerjaan Atas Sekenario Orang Lain

Dimanapun, banyak orang bekerja karena telah diberi pekerjaan oleh orang lain. Jadi, mau tak mau kita harus mengerjakan apa yang diperintah oleh si bos atau majikan; mengerjakan yang kita bisa. Tak ada ceritanya kita ingin melakukan pekerjaan yang sesuai minat. Pokoknya, harus melakukan tugas itu-itu aja, sampai menyatu dalam sebuah rutinitas.

Dengan demikian, kita merasa tak bahagia karena pekerjaannya, sampai tekanan psikologis mendera pada dirinya. Meskipun banyak yang berhasil bertahan dalam pekerjaannya, hal ini dipicu oleh satu faktor, ya apalagi kalau bukan uang. Akan tetapi, uang yang termasuk kebahagiaan fisik, tidak akan kekal abadi dan perfoma kerjanya akan stagnan, bahkan biasa-biasa saja.

Lantas, adakah pekerja yang seperti itu? Ya, tentu saja ada! Yaitu para guru dan dosen yang diberi tugas membuat karya dan jurnal ilmiah, serta membuat buku yang dituntut untuk menulis, padahal mereka tak terbiasa menulis dan lebih suka mengajar para murid dan mahasiswanya. Mau tak mau, mereka harus membuat karya ilmiah tersebut, karena didorong oleh kenaikan pangkat yang berujung pada kenaikan gaji. Pasti mereka akan tergiur karena akan memperoleh tambahan uang, bukan?

Kalaupun terpaksa, tentu tidak akan terpengaruh dalam kemajuan pekerjaannya, bahkan di kalangan dosen pun, jika tidak terus menulis, ya tetap dalam statusnya seperti itu, tidak akan meningkat menjadi guru besar dan bergelar Profesor.

2. Pekerjaan Atas Pilihannya Sendiri

Apa yang dialami mereka di atas tentu tidak akan terjadi pada orang yang memilih pekerjaan atas keingiannya sendiri. Kalau seperti itu, berbahagialah! Apalagi kita yang menaruh minat besar pada dunia menulis, pasti akan menjadikan menulis sebagai jalan hidupnya. Apalagi kita yang suka menulis, pasti akan memilih berkarier yang berhubungan dengan tulis-menulis. Misalnya saja wartawan dan penulis buku. Dengan cara seperti ini, kita akan merasakan kebahagiaan menjalani kehidupan sesuai fitrahnya ketimbang bekerja karena tugas dari orang lain.

Terus, apa bedanya? Kita yang bekerja sesuai dengan pilihan hati, akan membuahkan kesuksesan yang lebih baik dibandingkan mereka yang hanya sekadar bekerja. Rahasia kesuksesannya, terletak pada melakukan apa yang kita sukai, didukung dengan kemampuan (bakat), disertai dengan peningkatan kemampuan dan inovasi yang tiada henti. Yang paling penting, kita akan mengejar mimpinya atas kehendak sendiri .

Buktinya, sudah banyak penulis sukses yang terlahir, bahkan ada yang masih eksis di dunia ini. Mereka benar-benar memperjuangkan pilihan hidup mereka dari awal. Latihan demi latihan tak pernah mereka lewatkan untuk menghasilkan tulisan yang terbaik, bahkan dibumbui dengan kreativitas dalam menulis, terutama inovasi ide cerita pada sebuah novel. Apalagi kalau penulis mengejar mimpinya sebagai penulis best seller, pasti mereka akan berusaha menulis dengan sepenuh hati.

3. Pekerjaan Sebagai Panggilan Hidup

Diatas itu semua, ada makna pekerjaan yang lebih tinggi, yaitu menjadikan pekerjaan, termasuk menulis sebagai pangglian hidup. Mengapa demikian? Karena pasti ada misi di dalamnya. Tuhan telah menganugerahkan bakat dan minat itu bukanlah sesuatu yang main-main, melainkan akan digunakan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada sesamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun