Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mau Bermain Game? Perhatikanlah "High Tech, High Touch"!

20 Juli 2016   11:11 Diperbarui: 20 Juli 2016   15:55 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Sepanjang manusia ada, dari era kuno hingga kekinian, pastinya mereka pernah bermain dalam keseharian mereka, bukan? Apalagi bagi generasi 90-an, mereka berbahagia dengan permainan yang sangat sederhana. Sebut saja lompat tali, bola bekel, kasti, taplak, gasing, dan lain-lain.

Berbagai permainan yang diciptakan manusia selama ribuan tahun sampai saat ini, membuktikan bahwa kita, memiliki naluri sebagai makhluk bermain (homo ludens). Bahkan, kita perlu bermain dengan berbagai cara, sebagai hiburan sekaligus istirahat setelah kita melakukan berbagai rutinitas.

Namun, pastinya roda waktu akan berputar menuju kemajuan. Perubahan pada games menjadi sesuatu yang tak bisa terelakkan. Saat itu, sebelum era millenium, sudah ada permainan sejenis playstation, bahkan gimbot, yang games-nya yang terkenal adalah Tetris, telah dimainkan oleh sebagian generasi 90-an pada waktu itu.

Ya, di desktop dan handphone yang saat itu hadir dan kita gunakan, ter-install beberapa permainan yang terbawa dari sistem 'kan? Lama-kelamaan, akibat (r)evolusi pada kedua perangkat tersebut, kita bisa menguduh permainan, bahkan bisa bermain game online! Apalagi setelah kedatangan berbagai gadget berupa smartphonedan tablet. Tentu saja, games-nya canggih-canggih ya. Berbagai permainan tersebut, banyak terinspirasi dari cerita-cerita anime terkenal, lho!

Salah satunya, Pokémon Go yang tengah booming saat ini, banyak diunduh oleh brbagai kalangan, terutama kalangan muda Indonesia. Tentu, ada rasa yang mengasyikkan ketika memainkannya. Akan tetapi, bagaikan dua sisi mata uang, pasti ada sisi positif dan negatif, bukan?

Selain dapat menambah pengalaman baru dalam bermain, ternyata permainan Pokémon Go bisa sangat berbahaya jika tidak dimainkan dengan hati-hati. Karena itulah, perlu cara yang bijak untuk bisa mengendalikan game sehingga kita tidak lupa waktu untuk hal-hal lain, begitu juga dengan menggunakan berbagai alat teknologi lainnya.

Ternyata, imbauan tersebut telah dibuktikan sendiri oleh para ahli. Menurut Pak Komaruddin Hidayat dalam bukunya Wisdom of Life—beliau mengutip teori dan pernyataan John Naisbitt tentang seharusnya kita menggunakan teknologi mutahir, yang sekaligus menjadi judul karyanya, High Tech, High Touch. Maksudnya, kemajuan teknologi (high tech), meskinya dikendalikan oleh sentuhan tangan manusia yang memiliki kemampuan moral dan kemanusiaan yang juga canggih (high touch). Apa jadinya, jika teknologi semakin maju sedangkan low touch-nya rendah? Pasti binasalah dunia ini.

Nah, bisa dibuktikan sendiri, banyak orang yang menjadi korban dari penggunaan game, bisa lupa bersosialisasi dengan sesama, nilai sekolah jeblok, dan masih banyak lagi. Terlebih, jika game yang dimainkan tidak sesuai dengan usianya. Bisa-bisa,berpengaruh pada perkembangan mental anak dan perilakunya akan mengrah ke hal-hal negatif. Misalnya saja, kekerasan.

Dengan adanya sisi buruk seperti itu, sebaiknya kita melakukan berbagai hal, agar kita bisa menjadi pribadi yang high touch dalam pengunaan teknologi, khususnya game. Bagaimana caranya?

Pertama, libatkan orang tua untuk mengawasi anak-anak.

Banyak orang tua yang mulai khawatir dengan anak-anak yang mulai suka permainan, baik lewat aplikasi maupun secara online. Apalagi sampai si anak lupa waktu. Sebaiknya, orang tua harus memberi arahan pada anak-anak untuk menentukan kapan mereka bermain game serta durasinya, agar mereka tidak lupa dengan jadwal harian lainnya seperti bersekolah, makan, dan belajar. Kalau bisa, alihkan waktu berman game dengan yang lebih bermanfaat, misalnya membaca buku.

Kedua, pilih game sesuai usianya.

Ya, itu merupakan langkah yang sangat penting, agar anak tidak terpengruh dengan hal-hal buruk yang akan menimpa si anak. Dalam hal ini, tentu orang tua bisa memilih game yang berisi mengenal angka, huruf, nama-nama binatang,  nama-nama benda, dan lain sebagainya untuk usia balita, dan game sejenis olahraga dan yang lebih ‘menantang’ untuk usia dewasa. Jangan sampai salah pilih ya, apalagi dimainkan oleh orang yang berjiwa labil, bisa berbahaya pada kondisi psikologisnya.

Ketiga, tentukan jadwal bermain game.

Senada dengan point pertama, agar tidak menggangu aktivitasnya, tentukan jadwal dan waktu yang tepat untuk bermain game. Untuk anak sekolah dan mahaiswa, bisa dilakukan setelah mengerjakan tugas, belajar, dan bisa dilakukan pada akhir pekan. Untuk pekerja, ada baiknya dilakukan setelah pulang dari kantor. Yang penting, jangan berlebihan porsi durasinya!

Keempat, tahan diri dan bersabar ketika datang godaan main game.

Ketika godaan main game datang disaat kita bersekolah, kuliah, maupun bekerja, sebaiknya tahan dulu dan bersabar, kemudian ingat kembali apa tujuan kita, misalnya, mendapatkan ilmu untuk masa depan, mendapatkan gaji, dan lain sebagainya. Fokus aja apa yang sedang kita jalani. Dengan demikian, pikiran kita teralihkan pada hal yang semestinya.


Demikianlah, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana!

Sumber gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun