Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Keajaiban Menulis yang Bisa "Menyulap" Dunia!

30 Mei 2016   04:01 Diperbarui: 30 Mei 2016   13:10 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber gambar: www.wikinoticia.com

Ya, masih pada pembahasan pola dasar perilaku pada manusia yang merujuk dari buku Pak Komar, Life’s Journey. Setelah sebelumnya menjelaskan artikel tentang arketipe wanderer dalam menulis (lihat diartikel ini), kali ini saya akan menjabarkan satu struktur kejiwaan lainnya yang berkaitan dengan dunia kepenulisan, yaitu magician. Yuk, langsung saja kita simak.

Magician, si “Tukang Sulap”

Pernahkah kalian menonton pertunjukkan sulap, baik di taman hiburan, pasar malam, dan di tempat-tempat lainnya? Tukang sulap akan mengubah benda apapun menjadi sesuatu yang lain. 

Misal, mengubah daun menjadi uang. Bahkan si tukang sulap bisa menghilangkan suatu benda atau mengembalikan benda. Dengan mantera “simsalabiim”, keajaiban dalam menyulap bisa terjadi!

Ya, seperti itulah gambaran dan pengertian magician. Struktur kejiwaan yang mengubah dunia dengan keajaiban yang diciptakan, bahkan disulap oleh manusia. Mengapa bisa terjadi? Karena manusia dikaruniai akal olehNya sehingga dunia dan seisinya bisa dikelola, maupun mengubah tatanan di muka bumi. 

Buktinya bisa terlihat jelas, bahwa suatu daerah yang dulunya adalah hutan belantara, kini berubah menjadi desa-desa beserta penghuninya. Bahkan bisa disulap menjadi kota yang sangat modern!

Daya “Menyulap” dalam Peradaban lewat Tulisan

Dalam sejarah peradaban manusia, salah satu tanda bahwa kita masuk ke zaman sejarah, meninggalkan zaman prasejarahnya adalah pengenalan akan aksara. Artinya menulis (dan juga membaca) termasuk di dalamnya. Setelah masyarakat mengenal aksara, peradaban berkembang semakin pesat. Jika bukti prasejarah hanya bisa dilihat dari fosil dan artefak yang terbuat dari batu serta logam, lain halnya dengan zaman sejarah. 

Bukti-bukti sejarah bisa dibuktikan dengan beragam benda, juga media. Misalnya prasasti, surat-surat, bahkan catatan berita dari pengembara luar yang pernah singgah di suatu kerajaan pun bisa memperkuat adanya sejarah di suatu negara pada masa lalu.

Oleh karena itulah, sejaya apapun suatu sejarah kerajaan maupun bangsa, jika tidak didokumentasikan lewat tulisan, ya bisa jadi sejarah bangsa jadi tidak terbukti keberadaannya dan tidak akan mengetahui bagaimana situasi suatu negara pada masa lampau.

Memang tidak dipungkiri lagi bahwa manusia dianugerahi kecerdasan sehingga berbagai ilmu dan penemuan-penemuan yang berguna dapat diciptakan. 

Akan tetapi, seperti yang saya jelaskan tadi, jika pengetahuan serta penemuan tidak diabadikan lewat tulisan, penemuan-penemuan tidak akan terbukti dan akan hilang selamanya. Akibatnya ya sudah jelas, tidak ada teknologi, riset terbaru yang terlahir dari tangan-tangan manusia dan dunia tidak akan berubah menjadi lebih maju!

Dan, lihatlah generasi kita selaku anak cucu Adam hari ini, tatkala berhasil mengubah masa depan menjadi lebih modern dengan menciptakan berbagai peralatan canggih yang memudahkan aktivitas kita termasuk kegiatan menulis. 

Kita juga bisa menelusuri dan mengetahui sejarah masa lalu termasuk kehidupan nenek moyang kita lewat naskah-naskah dan buku-buku kuno sebagai bukti peninggalan dari peradaban mereka.

Karena, ini semua tidak terlepas dari jasa para peneliti dan masyarakat masa lalu yang menuliskan pemikiran dan kehidupan lewat catatan tertulis, sebagai prasasti dan bahan kajian bagi generasi anak cucu di masa mendatang. Iyaa ‘kan?

Kekuatan 3H dan Berpikir Kreatif dalam Menulis
Dalam berkarya di bidang apapun, tentu dibutuhkan sinergi antara tiga unsur “perangkat” dalam tubuh manusia. Tentu saja tiga unsur yang dimaksud adalah head, heart, and hand. Kepala, hati, dan tangan. 

Jika ketiganya bekerja selaras dalam menghasilkan karya, akan menghasilkan hasil karya yang maksimal, baik kualitas karya maupun kepuasan batin bagi orang yang berkarya. Dan, jika salah satu dari ketiga unsur tidak berjalan semestinya, akan mengakibatkan hasil akhir dari karyanya menjadi kurang baik.

Tentu, di dunia kepenulisan sangat membutuhkan yang namanya unsur 3H ini. Pertama, menulis artikel baik fiksi maupun non-fiksi pastinya membutuhkan penguasaan materi, gagasan maupun imajinasi yang terdapat dalam kepalanya (head). Mustahil jika mau menulis tanpa ketiga hal tersebut, karena dapat menyebabkan macet ide sehingga tidak bisa menulis dengan sempurna. 

Kedua, peranan perasaan yang berpusat pada hati (heart) nggak kalah penting, karena jika kita menulis dalam keadaan galau ya ujung-ujungnya tulisannya tidak akan jauh-jauh dari perasaan itu, begitu juga sebaliknya. 

Ketiga, walaupun kita punya ide yang memadai untuk menulis dan dalam suasana hati yang mendukung, semuanya tidak akan terwujud menjadi tulisan jika tangan (hand) tidak melakukan action-nya untuk mengekekusi dan menggoreskan pena pada media kertas maupun menari-nari di atas keyboard, memunculkan rangkaian kata-makna pada media digital.

Kembali lagi pada salah satu komponen yang paling vital dalam menulis, head. Seperti yang telah saya singgung di awal, kita diberikan akal untuk mengubah tatanan di planet bumi. 

Nah, letak akal itu berada di dalam otak, yang sudah jelas berada di dalam kepala kita. Di dalam otak yang kemampuannya lebih super dibandingkan komputer tercanggih di jagat raya, kita bisa melakukan berpikir kreatif agar bisa melakukan kegiatan apapun yang butuh kreativitas. 

Kemampuan kreativitas itulah yang menyebabkan kita bisa menyulap sumber daya alam menjadi benda-benda yang berguna, baik dengan teknologi sederhana, maupun teknologi mutakhir. Bahkan bisa menyulap peradaban dan sejarah di seluruh dunia!

Begitu pula dengan kegiatan menulis, bahkan dalam membuat naskah maupun artikel pun kita dianjurkan untuk berpikir kreatif agar tulisan yang akan dihasilkan lebih “aktual.”

Tak heran, jika di banyak seminar, kelas, forum kepenulisan, serta berbagai cara lain yang ditempuh penulis dan pemateri, yang selalu memberikan materi bagaimana caranya menulis kreatif, baik dalam menulis esai, opini, maupun fiksi. Ya, semua ini dilakukan agar penulis agar lebih mengasah berpikir yang lebih baik saat merangkai kata, sehingga terciptalah tulisan yang baik dan tentu saja terbebas dari plagiat, bukan?

Arketipe Magician pada Individu, Pentingnya Mengasah Bakat
Selain berkaitan dengan berpikir kreatif, arketipe “si penyulap” ini tentu saja dipengaruhi oleh bakat, kemampuan dasar yang dibawa seseorang sejak lahir. Dan, setiap orang tentu dikaruniai potensi yang jika diberdayakan, akan menjadi hebat melalui karya-karyanya. 

Itulah sebabnya, mengenali bakat anak, kemudian mengasahnya menjadi suatu keharusan bagi orang tua, karena tatkala si anak telah beranjak dewasa, dia pasti memilih pekerjaan sesuai bakat minat dan bidang yang disukainya, dan akan menjalani kehidupannya dengan lebih bahagia.

Dunia kepenulisan pun demikian. Pastinya, hanya bermodalkan punya bakat yang menonjol tidak cukup untuk menjelma menjadi penulis yang hebat. Harus dilalui oleh latihan demi latihan dan jam terbang yang cukup lama. Menulis, menulis, dan menulis. 

Proses menempuh latihan menulis tentunya harus diiringi oleh gemar membaca, karena selain sebagai sumber ide dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menulis, juga bisa berguna untuk mempelajari gaya tulisan orang lain agar giat merangkai kata-kata dengan lebih sempurna lagi.

Oh ya, jika kita serius menekuni kegiatan menulis dengan sepenuh hati, keajaiban hidup akan menghampiri kita, bahkan karya tulisnya bisa “menyihir” perhatian dunia. 

Ya, bisa dilihat sendiri, banyak buku-buku penulis berbakat hebat yang masuk jajaran national bestseller, bahkan bisa melenggang buana jadi international bestseller dan dijual serta diterjemahkan di berbagai negara. Ada juga, kekuatan rangkaian kata pada buku-buku motivasi, bisa mempengaruhi emosi bagi yang membacanya.

Dan, tidak hanya itu, tulisan-tulisan di blog, bisa menjadi topik yang terus dibicarakan netizen di media sosial, serta menggetarkan kancah pemerintahan nasional. 

Tulisan di blog akan ikut termuat di berbagai media cetak maupun online, bahkan blogger akan diundang jadi pembicara baik on-air maupun off-air, tampil di televisi maupun seminar. Dan, masih banyak keajaiban lainnya yang diakibatkan oleh kegiatan tulis menulis.

Demikianlah, semoga terinspirasi. Salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun