Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Kabar, Sayako Kuroda?

18 April 2016   01:04 Diperbarui: 18 April 2016   01:24 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak hanya itu, putri tunggal Kaisar Akihito tersebut juga berpartisipasi dalam kegiatan Internasional dan duta bagi negaranya—sebagai bagian dari tugas-tugas kekaisaran. Ini ditunjukkan dengan menerima tamu dari negara asing, bahkan beliau sempat mengunjungi ke berbagai negara, mewakili negeri Sakura dan keluarga Kekaisaran untuk menjalin hubungan antar negara, sebut saja Slowakia, Slovenia, dan Republik Irlandia.

Meski demikian, Putri Sayako bukan seorang yang bagaikan kacang lupa kulitnya. Beliau tetap memperteguh nilai-nilai tradisionalnya dengan menari tarian tradisional Jepang yang telah dipelajarinya semasa SMA. Bahkan beliau sempat menampilkan kemampuan menarinya di Teater Nasional Jepang tahun 1998.

Penantian Lama yang Akhirnya Terwujud

Tiga puluh enam tahun bukan waktu yang singkat bagi Putri Nori untuk mendapatkan tambatan hatinya. Di sela-sela waktunya untuk menjalani tugas dan riset, beliau bertemu dengan Yoshiki Kuroda dalam suatu pertandingan tenis, dua tahun sebelum mereka mengikat janji sucinya. Meskipun mereka pertama kali bertemu sejak anak-anak, berkat bantuan Pangeran Akishino-lah pertemuan mereka kembali terjadi dan saling mengenal lebih dalam satu sama lain. Tentu, karena Kuroda adalah teman lama dari putra kedua Kaisar yang sedang berkuasa—sekaligus kakak dari Sang Putri.

Setelah negerinya telah menyelesaikan masa berkabungnya karena gempa kuat di Prefektur Niigata dan wafatnya Putri Takamatsu, tanggal 30 Desember 2004 pihak Kekaisaran telah resmi mengumumkan pertunangan Putri Sayako dengan Kuroda. Kemudian usai melewati berbagai persiapan, upacara, dan ritual-ritual tradisional, tibalah hari puncaknya. Tanggal 15 November 2005, Putri Sayako dan Yoshiki Kuroda mengikat janji sehidup semati di hadapan pendeta Shinto di hotel Imperial.

Pernikahan putri Kaisar tersebut sekaligus mengulang kembali ketika Putri Takako, adik perempuan Kaisar—yang juga putri bungsu Kaisar Showa, menikahi Hisanaga Shimazu yang merupakan pegawai bank pada tahun 1960. Kuroda mengenakan jas dan celana panjang warna hitam, sedangkan Putri Sayako lebih memilih gaun sutra warna putih berkalung mutiara ketimbang mengenakan kimono 12 lapis, juni-hitoe.

Dalam perhelatan tersebut, hadir ratusan tamu undangan. Kaisar dan Permaisuri—yang lagi-lagi mendobrak tradisi, juga tidak ketinggalan menghadiri pernikahan putri tunggal mereka, begitu juga para anggota Kekaisaran Jepang lainnya. Padahal, pada pernikahan putri Kaisar Jepang terdahulu, Kaisar dan Permaisuri tidak berkenan hadir karena menganggap dia mengutamakan cinta lebih dari keluarganya.

Setelah Pernikahan dan Kehidupan Baru Sebagai Rakyat Biasa

Terhitung tanggal 16 November 2005, Sayako tak lagi berstatus sebagai putri kekaisaran lagi yang setia melayani rakyatnya dan dunia. Status kebangsawanan dan gelarnya dicabut menurut Undang Undang Rumah Tangga Kekaisaran tahun 1947, yang menyatakan jika sang putri menikah dengan pria biasa, harus melepaskan gelar dan status sebagai bangsawan dan harus meninggalkan Istana. Tak hanya itu, Putri Sayako tak lagi berada pada silsilah keluarga kekaisaran, berpindah ke keluarga suaminya sebagai Sayako Kuroda—meskipun Kaisar sendiri menyatakan tak ada perubahan dalam hubungan keluarga mereka.

Semuanya berubah 180 derajat. Tak ada lagi suasana kehidupan mewah ala istana yang dulu dijalaninya. Sayako telah mengundurkan diri sebagai peneliti burung di Institut Yamashina demi kehidupan barunya bersama sang suami. Kini beliau lebih berfokus pada urusan rumah tangganya dan keluarganya, juga sebagai rakyat biasa. Negara telah memberinya “mas kawin” dari pernikahannya itu, sebesar 1,2 juta dolar AS.

Walaupun demikan, kontribusinya dalam kebudayaan negaranya tak berhenti sampai di sini. Pada tahun 2012 lalu, Atsuko Ikeda, kakak perempuan Kaisar—sekaligus kepala pendeta wanita di Kuil Agung Ise, menunjuk Sayako sebagai asistennya; menjadi pendeta Shinto di kuil terpenting bagi keluarga Kekaisaran ini. Ya bukan tanpa alasan, meskipun beliau tetap memimpin kuil, karena usianya yang sangat tua, tentu saja membutuhkan asistennya untuk bisa menjalani tugasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun