Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kesalahan, Melahirkan Pengetahuan?

13 Maret 2016   03:41 Diperbarui: 13 Maret 2016   15:32 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetaplah Berpikir Kritis!

Kita, manusia, pada dasarnya diciptakan untuk selalu berpikir dan mencari tahu apa yang terjadi di dunia ini. Bahkan, akal yang dianugerahkan Tuhan kepada kita dapat menuntun kita untuk menciptakan hal-hal baru baik sesuatu yang sederhana, maupun yang paling rumit dan canggih sekalipun, teknologi misalnya. Sampai sekarang pun, manusia-manusia masa kini terus berpikir jauh ke depan untuk menciptakan penemuan-penemuan baru, bahkan menyempurnakan penemuan yang telah ada sebelumnya.

Terlebih lagi dalam dunia tulis-menulis. Kemampuan imajinasi yang hanya ada pada benak kita, bisa menciptakan jutaan karya fiksi di dunia yang menakjubkan untuk dibaca! Luaaar biasa! Apalagi jika pengalaman tersebut ditarik kesimpulannya untuk menjadi bahan tulisan. Tulisan-tulisan tersebut bisa menjadi nilai tambah, bermanfaat bagi pembaca.

Sayang sekali, generasi muda kita kebanyakan masih belum memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik. Sistem pendidikan di sekolah kebanyakan memberikan ilmu bagi siswa dalam bentuk ceramah maupun presentasi, selesai. Jarang sekali ada tugas yang butuh pemikiran kritis, kecuali yang pernah bergabung di kelompok penelitian.

Pantas saja, banyak anak sekolah yang melakukan aksi contek-menyontek di sekolah ketika ujian tiba. Ini bukan hanya masalah ketidakjujuran lho ya. Ditambah lagi, jumlah jurnal ilmiah yang dipublikasikan Indonesia masih rendah dibanding negara-negara lain, apalagi negara maju yang berpikirnya jauh lebih baik dibanding kita. Sekali lagi, keduanya bisa ditimbulkan, generasi muda banyak yang malas berpikir dan terlalu mengandalkan kepraktisan!

“Jangan terus menerus melakukan kesalahan, ambilah pelajaran”. Inilah kalimat bijak yang sering kita dengar maupun dibaca. Namun, dalam praktiknya, apakah kita sering melakukannya? Hanya orang bijaklah yang melakukan itu untuk mengarungi hidup, bahkan justru diperlukan oleh kita, terutama pelajar, untuk selalu berpikir kritis!

Mengapa? dalam mengambil pelajaran hidup, tentunya melibatkan pemikiran dan renungan yang paling dalam. Artinya, kita dituntut agar selalu berpikir! Jika kita melakukan kesalahan, dan kita berpikir tentang kesalahan itu, otak kita akan mengambil keputusan yang berlawanan untuk kebaikan. Misalnya begini, kita baru saja melakukan kekacauan dalam pekerjaan kita. Lalu kita berpikir, apa penyebabnya. Ooh ternyata begini, kecerobohan! Makanya diambil kesimpulan: kita tidak boleh melakukan kecerobohan dan harus mengerjakan sesuatu dengan cermat.

Begitu pula dengan berpikir dalam menyelidiki sesuatu. Intinya, setelah bertanya atas problema yang terjadi, mencari jawaban dan ditemukan hubungan terhadap kedua hal, tariklah kesimpulan, terutama penyelesaian dari masalah tersebut. Jadilah gagasan-gagasan baru. Tentu, dibutuhkan pengetahuan yang cukup untuk bisa berpikir menemukan hal-hal baru.

Inilah cara berpikir yang sederhana, namun membutuhkan latihan terus menerus. Tidak harus ketika melakukan kesalahan itu, kok. Cara berpikir serupa sangat diperlukan ketika kita, terutama para pelajar dan mahasiswa nih, menyelidiki permasalahan pada kehidupan dan lingkungan sekitar, ketika melakukan penelitian, riset ilmiah, maupun menulis. Niscaya, tulisan-tulisan, dan jurnal ilmiah akan terlahir aktual dan penuh inovasi-inovasi baru. Bukan tidak mungkin, negara kita kelak menjelma menjadi negara yang maju!

Demikianlah, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana!

Referensi: andriewongso.com, ciputraentrepreneurship.com, bungasari.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun