Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Stasiun TV (Lokal), Mengapa Tidak Lagi Menayangkan Tarian Tradisional Nusantara?

20 Februari 2016   17:24 Diperbarui: 20 Februari 2016   18:00 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: http://www.goodnewsfromindonesia.org"][/caption]
Memang para pelajar zaman sekarang ini telah tersihir dengan dampak modernisasi yang terkadang melenakan. Bagaimana tidak, menurut berita di wowkeren.com, KPI telah menegur tayangan Komix Selebriti, dimana salah satu grup yang beranggotakan tiga orang wanita itu, Trio Macan, datang sebagai bintang tamu dan mengajak penontonnya bergoyang. Ironisnya, goyangan tersebut bukanlah goyangan biasa, melainkan goyangan erotis! Mirisnya lagi, penonton tersebut diikuti oleh para pelajar, yang notabenenya, masih di bawah umur.

Jelas, sungguh-sungguh memprihatinkan, bukan?

Bagi sebagian besar pelajar, bertemu dengan selebritis, apalagi selebritis idola secara langsung, rasanyaa ada “sesuatu” yang amat berbeda, dibandingkan dengan melihat mereka lewat layar kaca. Kalau para artis berbuat hal-hal yang positif sih mending, bahkan bisa menginspirasi anak muda untuk berbuat hal yang sama dengan sang idola. Lha, kalau mereka menyebarkan sesuatu yang negatif dan tak pantas dikonsumsi generasi muda, seperti goyangan berbau seks itu? Astaghfirullaah al ‘adziiiiim!

Parah, dan parah sekali jika sekarang ini seks yang (dulu) selama ini dianggap tabu di Indonesia, perlahan-lahan bisa membuka diri untuk menyebarkan pengaruhnya, lewat berbagai cara. Dari lewat komik, sampai lewat akses internet yang begitu liberal (baca: bebas) dengan gambar dan videonya. Sampai-sampai, dilakukan secara terselubung lewat layar kaca alias televisi, misalnya goyangan erotis yang sudah saya sebut di atas.

Dan, berdasarkan berita di muvila.com, disaat KPI sedang “mendengarkan” masukan dari masyarakat dan berbagai pihak ketika uji publik terhadap izin 10 stasiun TV sedang berlangsung, datanglah masukan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang sangat penting bagi pendidikan di Indonesia, lewat media apapun. Pihaknya mengusulkan agar memperhatikan lima poin penting dalam pendidikan dan kebudayaan pada siaran televisi dan radio, antara lain:

* Menyelenggarakan siaran untuk seluruh jenjang pendidikan, dimulai dari TK, SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan Tinggi dan Pendidikan Guru,

* Program tersebut bisa berupa kursus memasak untuk pria dan wanita, kursus bahasa, menjahit, komputer, pertanian, dan lain-lain,

* Menayangkan acara yang menampilkan sosok-sosok siswa berprestasi di dalam dan di luar negeri, sebagai inspirasi bagi anak-anak,

* Acara yang dimana para selebriti muda mengunjungi tempat-tempat bersejarah, adat istiadat, dan sebagainya,

* Film dokumenter yang menampilkan kearifan lokal, cerita keluarga sukses yang tinggal di tempat terpencil, dan lain-lain.

Berarti, tayangan tentang tarian daerah di Nusantara juga termasuk, dong?

Ya!

Daripada melakukan gerakan yang lebih banyak mudharatnya, mending generasi muda melakukan gerakan yang berdampak positif bagi kehidupannya, bahkan bangsa yang telah menjadi tanah kelahirannya. Ya apalagi kalau bukan menari! Pasalnya, tak banyak generasi muda zaman sekarang yang begitu antusias menekuni “kekayaan” tradisional Indonesia yang satu ini. Maklum saja, anak muda zaman sekarang lebih tertarik dengan musik dan tarian kekinian. Buktinya apa?

Menjamurnya boyband dan girlband di Indonesia, terlebih mengadopsi aliran K-Pop, memang mewarnai khazanah musik di Indonesia. Tentu, banyak anak-anak muda yang tertarik untuk mengambil bagian dari kedua bentuk grup musik tersebut. Di sisi lain, banyak acara-acara tentang ke-Indonesiaan di berbagai negara, yang tentunya menampilkan tarian-tarian adat Nusantara, sebagai bagian dari acara tersebut, untuk mengenalkan Indonesia dan segala ciri khas pada negara kita tersebut, kepada warga negara asing. Ya namanya aja udah zaman globalisasi, pastinya harus mengenalkan negara yang satu kepada negeri asing, hehe :D

Bayangkan saja, seandainya tidak ada orang Indonesia yang piawai menari, karena generasi muda di Indonesia tidak ada yang menekuni kesenian ini, jika diminta untuk mementaskannya pada acara-acara di luar negeri, pastinya bagaikan sayur tanpa garam, bukan? Selain itu, orang-orang asing yang tertarik pada kesenian negara kita, akan kebingungan, harus belajar menari pada siapa lagi yang jago tarian-tarian Nusantara, kalau bukan kita sendiri, sebagai warga Indonesia?

Masih ingatkah kalian dengan Sandrina Azzahra? Juara ajang pencarian bakat Indonesia Mencari Bakat Season 3, secara tidak langsung sukses mengangkat tarian tradisional dengan kemasan yang menarik, ciamik dan tidak membosankan. Namun, ketika ajang tersebut sekarang tidak ditayangkan lagi (entah kapan akan kembali tayang), perlahan sajian kesenian daerah, terutama tarian tradisional nusantara di stasiun televisi, berkurang, langka, bahkan tidak lagi ditayangkan.

Karena itulah, hendaknya stasiun TV menyediakan satu acara tentang Indonesia, yang mengenalkan (kembali) berbagai tari-tarian tradisional dari seluruh penjuru Nusantara, baik asal tarian, sejarah tarian, fungsi tarian, dan tata cara untuk menarikan tarian tersebut. Tujuannya untuk apa? Supaya mengenalkan generasi muda supaya lebih tertarik untuk menekuni tarian tradisional Nusantara, selain itu akan ada manfaat yang diperoleh dari kegiatan menari, yaitu melestarikan budaya bangsa, membakar kalori sehingga lebih sehat, dan lain-lain.

Dan tidak hanya itu, hendaknya pentas tari tradisional ditampilkan di setiap konser dan acara musik yang ditayangkan di televisi, jangan hanya dance kekinian aja! Dengan pemirsa dan penonton di studio yang kebanyakan para remaja, mereka bisa mengenal kesenian negeri kita sendiri.

Namun, untuk memperdalam lagi suatu tari di daerah, alangkah baiknya jika TV lokal ikut berperan untuk menayangkan tari-tarian suatu daerah secara lebih mendalam, dengan cara menayangkan salah satu tarian tradisional daerah setempat, dari awal hingga pentas tarian tersebut berakhir, sehingga bisa dijadikan pelajaran untuk siswa yang ingin belajar menari, bukan? Nah, dengan demikian, tayangan televisi bisa dijadikan sarana alternatif untuk belajar menari tradisional, selain lewat streaming video lewat Youtube.

Demikianlah, semoga berguna bagi semua pihak. Salam Kompasiana!

Sumber gambar: http://www.goodnewsfromindonesia.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun