Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kasus Bom Sarinah, Stasiun TV Berita Harus Introspeksi Diri!

25 Januari 2016   05:35 Diperbarui: 10 September 2016   11:17 1671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, saat ini KPI lagi meminta ke publik untuk memberi masukkan ke sepuluh stasiun TV yang ada di Indonesia, yang izin siarannya akan habis pada tahun ini. stasiun-stasiun TV tersebut adalah lima stasiun TV yang berdiri pada era 90-an (RCTI, SCTV, MNCTV, ANTV, Indosiar), ditambah lima stasiun TV lainnya yang lahir di era reformasi (Metro TV, Trans TV, Trans7, TV One, Global TV). Jika stasiun TV tersebut dinilai tidak layak, apalagi segi konten, ya wassalam. Izinnya dicabut. Kalau udah begitu, kita tidak bisa menyaksikan acara-acara mereka, bukan?

Karena itulah, hendaknya stasiun-stasiun TV berita, introspeksi dirilah. Toh tidak hanya kita sendiri yang ber-muhasabah. Stasiun TV juga, harus. Kan stasiun TV ‘kan ada karena peran manusia yang ada di dalamnya, mengoperasi kelangsungan hidupnya. Mengapa demikian?

1. Apa yang diliput wartawan dan dijadikan berita, akan menjadi sejarah bangsa dan bisa menjadi sumber ilmu

Sadar atau tidak, apa yang diwartakan oleh jurnalis lewat berita, ini bisa dijadikan pelajaran sejarah, lho! Mengapa? ini ada kaitannya ada peristiwa yang telah berlalu, yang terjadi pada negara kita. Misalnya, peristiwa lengsernya Soeharto dan Era Reformasi. Kejadian yang berlangsung pada tahun 1998 tersebut dan diliput di berbagai media, termasuk pada pelajaran sejarah yang dipelajari di sekolah-sekolah. Dan itulah yang pernah saya pelajari (kalau tidak salah ingat), semasa saya duduk di bangku SMA. Ini ilmu sejarah, lho. Kalau beritanya benar, bisa dijadikan rujukan untuk pengembangan ilmu.

2. Berita-berita hoax bisa berpengaruh negatif bagi jiwa

Tahukah kalian, kalau informasi yang negatif, jika masuk ke dalam otak, akan mempengaruhi pikiran dan jiwa kita? Kalau dicecoki dengan berita yang tidak benar secara terus-menerus, ya akan membentuk pola pikir yang salah yang akan berdampak pada kejiwaan dan perilaku. Karena itu, berhentilah untuk menyebarkan kabar burung tersebut kalau tak ingin membuat pemirsanya cemas dan resah?

Contohnya, visualisasi mayat yang terlihat jelas. Kalau dilihat anak-anak dan remaja, pasti akan ngeri, bukan? Malah jadi ketakutan yang kemungkinan akan menjadi trauma, yang jelas-jelas berpengaruh pada kehidupannya.

3. Stasiun TV harus menghargai perasaan para pemirsa, juga korban tragedi maupun bencana

Apa yang diberitakan oleh jurnalis dan ditayangkan di TV, pasti akan menyasar ke pemirsa yang tidak lain adalah manusia seperti kita. Bayangkan, jika seandainya posisi kita sebagai korban ketika stasiun TV menayangkan tragedi mengerikan yang melanggar ketentuan, misalnya menyebarkan kabar burung? Pasti kita resah dan bingung bukan, mana berita yang benar dan tidak diragukan?

Karena itulah, dalam menyampaikan berita, stasiun TV harus memperhatikan audience-nya juga, ‘kan? Hargailah orang lain, terutama perasaan para korban. Sehingga, ketika sudah menyampaikan berita, eh malah membuat korban terluka hatinya. Jelas-jelas, perbuatan yang tidak baik, bukan? (Selengkapnya, baca di artikel ini)

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun