Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Belajar dari Tayangan Kelas Internasional, Mencintai Budaya Sendiri

27 Oktober 2015   03:54 Diperbarui: 10 September 2016   11:43 1953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber gambar: iyaa.com"][/caption]
Semenjak hadirnyachannel NET TV di rumah saya dua minggu yang lalu, saya merasa punya pilihan alternatif untuk menonton hiburan yang bermutu. Salah satu acara NET TV yang paling saya sukai adalahKelas Internasional! Ya, acara yang ditayangkan pada hari Senin-Jum’at pukul 18.30 WIB ini memang menyuguhkan aksi kocak siswa-siswa asing yang sedang belajar bahasa Indonesia dan kehidupan di sebuah tempat kursus tempat mereka menimba ilmu.

Memang sudah banyak situs web dan blog yang membahas acara tersebut di Internet. Namun, berhubung akan diperingati Hari Sumpah Pemuda yang akan berlangsung esok hari, rasanya saya akan kembali mengangkat acara tersebut pada artikel ini, tentunya dengan nilai-nilai positif yang perlu kita petik. Yuk kita simak!

Pertama, tentang kesabaran seorang guru yang mengajarkan bahasa Indonesia dengan baik


Sumber gambar: okezone.com

Pak Budi, guru bahasa Indonesia di sebuah lembaga kursus, memang mengajarkan bahasa Indonesia pada beberapa muridnya, sebut saja Ling-Ling dari Tiongkok, Angelina dari Brazil, Abbas dari Nigeria, Ms.Palak dari India, Kotaro dari Jepang, dan beberapa murid lainnya. karakter mereka yang beragam membuat beliau lebih sabar dalam mengajar mereka, termasuk ketika menghadapi tingkah laku usil mereka.

Oleh karena itulah, untuk para guru-guru sebaiknya mencontoh apa yang dilakukan Pak Budi saat mengajar, terutama nih ya, guru-guru SD yang mengajar anak murid SD yang terkadang masih ada “jiwa bermainnya”, juga guru-guru bahasa Indonesia untuk siswa asing. Bahkan untuk jenjang pendidikan tertentu, kesabaran ekstra mutlak diperlukan pada seorang guru karena tingkat kesulitan dalam bahasa Indonesia lebih tinggi dibanding bahasa lain, karena harus menelaah pelajaran secara mendalam, terlebih lagi membahas soal-soal ujian.

Kedua, mereka bangga berbahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari

[caption caption="Sumber gambar: youtube.com"]

[/caption]

Nah, ini yang ditekankan pada Sumpah Pemuda, yaitu berbahasa Indonesia. Coba kalian lihat pada tayangan Kelas Internasional ini, meskipun belepotan, mereka bisa berbahasa Indonesia, malah tidak malu menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun mereka datang dari bahasa dan budaya yang berbeda, mereka sama-sama belajar bahasa Indonesia di kelas Internasional, bukan?

Ya, melihat dari tayangan di atas, apa kalian tidak malu dengan semangat mereka, wahai pemuda? Seharusnya kalian semua mencontoh apa yang mereka lakukan di kelas Internasional, dan lebih bangga dengan bahasa tanah airnya sendiri dengan menggunakannya dalam kehidupan, meskipun menguasai bahasa asing sangat diperlukan. Kalau kalian tidak melestarikan bahasa Indonesia, ya siapa lagi?

Ketiga, persahabatan dan rasa saling membantu ditengah perbedaan

[caption caption="Sumber gambar: plus.google.com"]

[/caption]

Di kelas Internasional, mereka bersahabat dekat meskipun di tengah perbedaan. Contohnya ya, saat saya kemarin menonton salah satu episode dan pada suatu hari di kelas, kaki Angelina sakit, akhirnya ditolong oleh tiga temannya, di antaranya Ling-Ling dan Ms. Palak. Mereka itulah membawa Angelina keluar dari ruang kelas.

Satu lagi, kemarin (juga hari ini) saya menonton Kelas Internasional lewat Youtube dan ada episode menarik yang sayangnya saya tidak bisa menontonnya. Diceritakan bahwa Kotaro sedang sedih dan teman-temannya bersepakat untuk membantunya dengan bantuan Pak Budi, mereka sedang mendiskusinya dan mendapat ide, dan Ling-Ling akhirnya membagikan kaos Giant, Suneo, Shizuka, dan Nobita kepada teman-temannya, kemudian mereka mengenakan kaos para karakter Doraemon tersebut sesuai perannya masing-masing.

Di ruangan lainnya, ada Abbas yang mengenakan kostum Doraemon yang dibantu bersama beberapa temannya, kemudian Abbas berserta teman-temannya yang sudah lebih dulu mengenakan kostum para karakter Doraemon tersebut, berbaris di depan kelas. Nah, setelah Kotaro berada di dalam kantin, dia masuk dan ada teman-temannya yang berkostum para karakter Doraemon siap bernyanyi bersama dan menghiburnya, yang pada akhirnya, Kotaro mengucapkan terima kasih.

Nah, untuk para pemuda, terutama remaja nih, nilai-nilai persahabatan dan rasa saling membantu, terlebih jika ada teman yang kesusahan (kalau zaman dulu bilang, istilahnya pernah melakukan gotong royong) harus dijunjung tinggi di era globalisasi. Pasalnya, nilai-nilai persahabatan dan rasa saling membantu perlahan luntur karena keegoisan individu. Apalagi kalau melihat berita akhir-akhir ini, karena tidak menghargai perbedaan dan tidak disertai persahabatan, jadinya bentrok seperti yang terjadi di Tolikara dan Aceh Singkil. Padahal, dengan menghargai perbedaan, kita menjadi berbangsa yang satu, bukan?

Itulah yang setidaknya, bisa saya sampaikan, pelajaran yang dipetik dari tayangan Kelas Internasional di NET. TV, semoga generasi muda kita semakin baik pada hari Sumpah Pemuda ini dan semakin bangga sebagai generasi muda yang mencintai nilai dan budayanya sendiri.

Demikianlah, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana!

Referensi:https://hidingprinceofborneo.wordpress.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun