[caption caption="Sumber gambar: regional.liputan6.com"][/caption]
Oh kampungku,
Mengapa duniamu jadi hampir gelap?
Apa karena selimut udara keabu-abuan nan tajam
menusuk helaan nafas kami?
Oh, kampungku!
betapa tanahmu jadi korban
bengisnya api memakan kayu hutan
menyebarkan buangan ke angkasa
Ya, ulah insan berhati siluman kejam
menyulap tumbuhan menghilang, kosong
lalu sulutlah panas,
membuahkan asap yang merajalela
Sabarlah, kampungku!
kau sedang sakit, belum bisa bernafas bebas
kumohon bantuan air dari atas langit
menghapuskan duka lara dan udara kelabu
Oh, kampungku, dengarkanlah!
betapa makhluk yang dinaungimu, histeris
ingin asap berbisa, pergi jauh dari tanahmu
Ya, aku mengirimkan harapan
semoga kampungku bisa tersenyum lagi....
Puisi ini ditulis karena keprihatinan Kota Palembang, kota kelahiran saya, masih diselimuti kabut asap
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI