“Koordinator Beasiswa Nuffic Neso Indonesia, Indy Hardono, mengatakan bahwa banyak pelajar yang gagal meraih beasiswa ke luar negeri, salah satunya meng-copy pastesurat motivasi milik orang lain. Bahkan minat menulis di Indonesia masih rendah, sehingga tidak bisa mengungkapkan lewat tulisan.”
Membacaberita di Kompas.com, cukup membuat saya mengerti. Bahwa selain minat baca yang rendah, minat menulis di Indonesia masih rendah juga. Ya wajar saja, karena membaca dan menulis adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Tidak dipungkiri lagi ‘kan, meskipun penulis buku dan blog terus bermunculan, bukan berarti mencukupi untuk membawa negara Indonesia maju dengan minat baca tulis yang baik. Jumlah Kompasianer yang berjumlah 300 ribu anggota belum apa-apanya dibanding jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 250 juta jiwa. Masih banyak generasi muda yang menulis yang bukan “sebenarnya” dalam artian menuangkan gagasan dengan merangkai kata, melainkan meng-copy paste karya orang lain!
Masih ingat bukan, salah satu dosen yang membatalkan pemberian gelar karena plagiasi karya orang lain? Ini merupakan suatu pelajaran bagi kita semua, bahwa kemampuan menulis yang baik sangat diperlukan jika akan naik pangkat, terlebih lagi di lingkungan akademis seperti sekolah dan perguruan tinggi. Lantas, bagaimana dengan generasi muda?
Apakah minat menulis bisa ditumbuhkan? Bisa! Bagaimana caranya?
1. Ajarkan Anak-anak, terutama Pelajar untuk Mencintai Menulis
Sejak anak-anak duduk di bangku SD, tentunya para guru akan diberikan tugas mengarang. Biasanya sih mengarang tentang liburan. Namun, setelah itu, jangan berhenti di situ saja! Dirumah, cobalah orang tua untuk menanamkan, bahwa menulis dan mencintai tulisan itu pentinglho! Caranya, sederhana saja!
Setiap ada kejadian menyenangkan yang baru saja dialami anak-anak, siapkan aja buku harian, lalu menulislah! Jangan ragu untuk memulai menulis pertama kalinya, bahkan gaya menulisnya kurang bagus. Jika ragu, orang tua bisa membimbingnya untuk menuliskan pengalaman si anak. Hal ini dilakukan selama beberapa kali, sampai gaya tulisan si anak bagus dan enak dibaca, serta menumbuhkan rasa suka si anak dalam menulis. Setelah itu, biarkanlah dan biasakan dia menulis di buku harian sesuka hatinya.
Biasanya, kalau melihat tulisan karangannya sendiri, si anak akan menyukainya, ‘kan? Apalagi gaya tulisannya sudah bagus, pastinya si anak akan betah membacanya berulang-ulang. Nah, jika si anak sudah mencintai tulisannya sendiri, secara tidak sadar, minat baca si anak akan tumbuh dan akan membaca tulisan orang lain. Dan, para pelajar yang telah mencintai menulis dan tulisannya sejak dini akan berpengaruh kesukaannya dalam menulis apa saja, baik nge-blog, maupun menulis laporan, makalah, dan karya ilmiah.
Oiya, mencatat kejadian sehari-hari lewat buku harian juga bermanfaat lho untuk mengingat kembali apa yang pernah dialami, agar tidak lupa. Ya seperti mengingat pelajaran atau meresensi buku. Mengapa? Informasi yang telah diterima dan pengalaman yang telah masuk ke otak, jika tidak diingat atau direpetisi kembali, ya akan hilang alias lupa. Selain itu, bisa dimanfaatkan juga untuk bahan menulis artikel, terutama artikel tentang tips-tips berdasarkan pengalaman maupun perayaan momen tertentu.
2. Pelajar Nge-blog, Boleh!
Kemajuan teknologi informasi pada era millenium ini, secara tidak langsung berdampak pada dunia tulis-menulis. Kemunculan blog dalam dunia Internet akan menggiring para penggunanya untuk memiliki blog dan menuangkan isi pikirannya melalui tulisan.
