Pada pertengahan tahun 2008, kami telah lulus SD di sebuah sekolah dasar negeri di sekitar tempat tinggal kami. Selama kami bersekolah, ada yang berangkat berjalan kaki, banyak pula yang mengendarai sepeda. Jarang sekali yang diantarkan orangtua maupun naik angkutan umum.
Nah, kebiasaan bersepeda di sekolah berlanjut sampai di tingkat SMP, meskipun tidak banyak antara alumni SD kami yang meneruskan mengendarai sepeda di sekolah. Ada teman saya yang awalnya naik sepeda ke sekolah, namun kemudian beralih ke angkutan umum. Banyak juga teman-teman SMP saya yang masih setia dengan bersepeda ke sekolah. Semua ini tergantung selera.
Namun, perlahan tapi pasti, kebiasaan bersepeda perlahan ditinggalkan. Banyak anak SMP yang beralih mengendarai sepeda motor, kemudian diparkir di salah satu rumah warga dekat sekolah. Seperti itulah yang dilakukan sebagian teman-teman kami. Padahal, sepeda motor tidak boleh masuk ke lingkungan sekolah, inilah yang membuat mereka beralasan untuk memakirkan sepeda motor di rumah tetangga seperti yang saya jelaskan tadi. Sedangkan sepeda, bisa masuk di lingkungan sekolah, bahkan sudah ada tempat parkirnya tersendiri.
Ya, saat ini ketika saya berjalan dari rumah karena ada keperluan, saya melihat anak SMP sudah berani-beraninya naik motor ke sekolah, padahal di bawah umur. Saya juga melihat anak SD sudah tidak lagi naik sepeda ke sekolah dan naik angkutan umum, padahal jarak dari rumah ke sekolah sih tidak terlalu jauh, hanya satu kiloan. Ada sih yang setia bersepeda ke sekolah, ya meskipun tidak sebanyak dulu.
Apa pertanda budaya bersepeda pada siswa SD dan SMP sudah memudar ya....?
Perkembangan zaman, menggeser budaya bersepeda pada kalangan pelajar
Seperti berpacaran yang perlahan menyebar sampai ke kalangan siswa SMP, bersepeda motor juga begitu. Bahkan siswa SD sudah lebih memilih menggunakan angkutan umum. Ada beberapa alasan mengapa mereka meninggalkan bersepeda ke sekolah:
Pertama, karena ingin cepat sampai ke sekolah
Sudah jelas, Indonesia terkenal dengan budaya jam karetnya. Mereka rata-rata datangnya lebih siang, kecuali ya kalau ada tugas seperti piket. Untuk mempersingkat waktu perjalanan, mereka menggunakan sepeda motor untuk berangkat ke sekolah. Jika menggunakan sepeda,maka kecepatan yang ditempuh tidak secepat sepeda motor.
Kedua, bersepeda itu membuat mereka cepat lelah
Wooooi....! siapa bilang mengatakan begitu! Mereka yang bilang bersepeda itu capek karena mereka kurang memahami pentingnya bersepeda, dan belum terbiasa melakukannya. Jika sudah terbiasa bersepeda, maka bersepeda kemanapun tidak lagi menjadi beban yang melelahkan. Memang sih bersepeda menguras lebih banyak energi, namun ketika mereka merasakan manfaat dari bersepeda tersebut, maka kelelahan tidak terlalu dirasakan, malah bersepeda bisa dijadikan olahraga alternatif bagi yang tidak sempat melakukannya, iya gak?
Ketiga, membawa sepeda motor ke sekolah, merupakan gengsi
Ya, terutama siswa-siswi SMP. Karena membawa sepeda motor ke sekolah, bagi sebagian mereka, sudah menunjukkan bahwa mereka itu sudah merasa dewasa. Memang wajar sih, masa-masa SMP itu masa peralihan dari masa anak-anak menjadi remaja. Tapi, karena usianya masih dibawah umur, alangkah baiknya untuk menahan diri untuk mengendarai motor ke sekolah, apalagi bagi yang berdomisili di daerah yang kedisiplinannya tinggi. Kan rugi kalau seandainya siswa SMP mengendarai motor terus ditilang, uang jajan habis, bahkan masa belajarnya bisa dihabiskan di penjara. Sayang ‘kan?
Membudayakan mengendarai sepeda di sekolah, perlu pembiasaan, juga fasilitas yang memadai!