[caption caption="Sumber gambar: http://wartakota.tribunnews.com"][/caption]
Semalam, saya membaca artikel dari Kompasianer Irwan Rinaldi Sikumbang tentang Indonesia International Book Fair yang Kurang Bergema. Dimana stand buku rata-rata sepi pengunjung dan stand mobil dan tempat wisata, malah sebaliknya, ramai pengunjung. Pernah juga membacaartikelKompasianer lainnya, dimana waktu diadakan bazar buku di Jakarta, Juli-Agustus lalu, malah stand buku tulis dan peralatan sekolah yang mendapatkan pengunjung lebih banyak, karena berdekatan dengan tahun ajaran baru dan banyak siswa yang akan masuk sekolah.
Saya juga teringat, waktu saya menghadiri launching bukuInilah Saatnya untuk Action di Palembang, banyak pengunjung Gramedia yang tidak memperhatikan paparan dari Pak Gidion Hindarto dan Dominic Brian, bahkan berlalu begitu saja. Ada juga yang sekedar menonton. Para pengunjung yang duduk di kursi ada yang terlihat serius mendengarkan isi bedah buku dari dua anggota keluarga Brian tersebut. Ada yang sibuk mencatat intisari dari bedah buku tersebut, termasuk saya. Ada yang mengajukan pertanyaan karena ingin tahu apa jawaban yang dia tanyakan.
Ya, banyak yang menganggap kujungan even buku, baik bedah buku, book fair, bazar buku, hanyalah sekedar hiburan saja. Kalau ada stand yang menjual diluar buku, pasti akan diserbu pengunjung. Semua ini tergantung dari diri pengunjung itu sendiri. Nah, bagaimana kita memaknai event buku—yang susah payah digelar oleh panitia sebagai kegiatan yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas diri kita?
Sesungguhnya, tujuan digelarnya even buku, agar menarik para pengunjung. Jelas saja, dengan semakin banyaknya para pengunjung, semakin banyak orang yang gemar membaca. Itulah harapan kita pada masyarakat Indonesia, dimana masyarakat kita paling malas untuk membaca. Dari data yang dirilis dari salah satu lembaga di dunia seperti yang pernah saya baca di artikel ini, dari 1000 orang di Indonesia, hanya 1 orang yang benar-benar memiliki kegemaran membaca secara serius. Memprihatinkan, bukan?
Kembali pada diri pengunjung itu sendiri. Diantara para pengunjung, ada yang gila membaca apa saja, ada yang cenderung menyukai membaca dengan genre tertentu. Ada juga yang hanya jalan-jalan dan mengetahui suasana event saja. Jika tidak segera menemukan niat yang baik untuk mengunjungi event buku tersebut, maka tujuan event buku untuk mencerdaskan kehidupan bangsa akan sia-sia. Sudah membuang-buang waktu, habislah uang saku kita dengan percuma. Jelas kita yang akan rugi!
Karena itulah, para pengunjung harus meluruskan niat untuk menghadiri even buku, agar lebih bermanfaat, juga memperluas wawasan, antara lain:
Pertama, tentukan tujuan untuk menghadiri even buku.
Bagi orang yang hobi membaca, bazar buku dan book fair adalah ‘surganya’. Dimana, banyak buku-buku yang dijual di stand-stand yang telah tersedia, terlebih bazar buku yang menjual buku dengan harga miring, sehingga bisa mendapatkan buku yang diinginkan, bahkan bisa membeli banyak buku dengan harga murah. Sedangkan bedah buku, bertujuan agar (calon) pembaca ingin mengetahui isi buku yang dibedah oleh penulis. Bagi para blogger, termasuk para Kompasianer, bedah buku, bazar buku, dan book fair adalah sumber ide untuk meliput peristiwa. Dari liputan tersebut, didapat pengetahuan dan berita yang bermanfaat, misalnya gambaran tentang isi buku yang akan dibeli, keadaan bazar buku dan book fair di suatu tempat. Dan, reportase tersebut bisa menjadi bahan untuk membuat tulisan baru, bukan?
Kedua, fokuslah dengan tujuan tersebut, jangan tergiur dengan hal-hal yang tidak penting!
Terkadang, kita tergiur dengan hadiah-hadiah yang tidak berhubungan dengan buku, yang nilainya bisa fantasis. Atau, ingin membeli barang yang tak ada hubungannya dengan sumber pengetahuan tersebut. Seharusnya, jika ingin mendapatkan informasi yang berhubungan dengan buku, kita kendalikan keinginan tersebut dan fokuskanlah dengan apa yang kita buat. Lakukanlah apa yang telah niatkan sebelumnya! Misal, jika ingin membeli buku, ya fokuslah untuk membeli buku. Bagi yang ingin meliput bedah buku maupun even buku lainnya, catatlah apa yang didengarkan oleh penulis maupun melihat suasana even buku dan aktif melakukan wawancara dengan panitia, jika berkunjung bazar buku dan book fair,serta abadikanlah dengan kamera sebagai bukti kita berkunjung pada even-even buku tersebut.
Ketiga, Perhatikanlah apa yang disampaikan penulis, catat dan aktiflah bertanya!
Khusus untuk even buku yang berupa bedah buku, hendaknya para pengunjung memperthatikan apa yang disampaikan oleh penulis tentang isi buku. Bagi Anda yang hobi mereportase, Anda bisa mencatat intisari tersebut pada buku. Jika ada pertanyaan, Anda bisa menanyakan pertanyaan yang telah disiapkan pada penulis. Ini bertujuan agar bisa menambah pengetahuan, sekaligus memperkaya apa yang telah direportasekan untuk ditulis dalam blog. Selain itu, bisa mendapatkan hadiah buku secara gratis! Lumayan kan, untuk menambah perpustakaan pribadi di rumah, bukan?
Nah, setelah lakukan tiga hal tersebut, Anda jadi memahami pentingnya menjadikan even buku sebagai wisata edukasi yang bermanfaat bukan? Ayo, manfaatkanlah kesempatan event buku dengan sebaik-baiknya!
Demikianlah, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana!
Sumber gambar: http://wartakota.tribunnews.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H