Ilustrasi Upacara Bendera di sekolah. Sumber gambar: mtsngondangrejo.wordpress.com
Pada tahun ajaran baru, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mewajibkan seluruh sekolah untuk menggelar upacara bendera, baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta. Hal tersebut didasarkan bahwa banyak sekolah swasta yang tidak lagi menggelar upacara bendera. Padahal, upacara bendera memiliki manfaat, misalnya melatih kepemimpinan, sebagai jembatan komunikasi antara kepala sekolah dan siswa terhadap apa yang dilakukan selama seminggu kedepan, dan melatih kebersamaan antarsiswa, terutama ketika kelas mereka mendapat giliran menjadi petugas upacara, baik posisi paduan suara, pengibar bendera, dan sebagainya.
Nah, itu sebagian kecil dari manfaat upacara bendera, seperti yang diberitakan tribunnews.com. Sekarang, saya akan menjelaskan sisi lain dari upacara bendera yang dilakukan di sekolah-sekolah, dari zaman kemerdekaan, hingga pada zaman sekarang ini.
Sewaktu kita masih sekolah, sejak kita duduk di bangku sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, sudah berapa kalikah kita mengikuti upacara bendera? Lebih dari seribu kali! Tapi sudahkah makna upacara bendera membekas pada diri kita, sampai terbawa masa dewasa kelak?
Sesungguhnya, upacara bendera yang digelar di sekolah-sekolah, adalah bentuk menghargai perjuangan para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa raganya untuk kemerdekaan Indonesia. Tanpa kehadiran mereka, kita tidak akan merasakan nikmatnya kemerdekaan sampai saat ini. Pada masa penjajahan, kemerdekaan adalah sesuatu yang dirindukan oleh generasi buyut dan kakek moyang kita, sehingga para pahlawan, yang mewakili mereka di masing-masing daerah, berjuang sampai mendapatkan tanah airnya yang bebas dari kolonialisme.
Coba kita perhatikan, pada tata upacara bendera, ada bagian tata upacara bendera yang wajib dilakukan saat upacara bendera. Ya! mengheningkan cipta! Supaya tidak lupa, alangkah baiknya kalau kita menyanyikan potongan lagu tersebut. Inilah potongan liriknya:
Dengan seluruh, angkasa raya memuji
pahlawan negara
Nan gugur remaja diribaan bendera
bela nusa bangsa
Nah, pada lirik di atas, ada ungkapan rasa penghormatan para para pahlawan yang telah berjuang mati-matian, demi kita semua. Ya, demi kita! Dan tidak hanya kita yang dipikirkan nasibnya oleh para pahlawan, bahkan berserta tanah air yang kita tempati, seperti yang telah saya jelaskan tadi. Jadi, sungguh tepat jika lagu mengheningkan cipta dinyanyikan setiap hari senin, ya agar jasa para pahlawan akan diingat terus oleh kita semua, sebagai generasi yang terlahir di alam kemerdekaan. Setuju?
Sekarang, kita flashback ke masa lalu, yuk!
Pada tanggal 17 Agustus 1945, kota Jakarta sedang dalam penjagaan ketat oleh tentara Jepang dan bendera Hinomaru berkibar di mana-mana. Tentu saja, menyulitkan para pejuang untuk mengikrarkan kemerdekaan. Dengan semangat berjuang yang tinggi, akhirnya kemerdekaan Indonesia dikumandangkan lewat teks proklamasi yang dibacakan Bung Karno, dan pada saat itu pula, diadakanlah upacara bendera sederhana tanpa seorang pun protokol yang hadir. Dan tidak hanya sampai disitu, salah satu pejuang fotografi berhasil mengabadikan hanya beberapa foto kemerdekaan, karena takut ketahuan oleh tentara Jepang yang terus memburunya dan akhirnya film foto tersebut dikubur pada sebuah pohon.
Nah, upacara bendera yang biasa dilakukan di sekolah-sekolah, itu sebenarnya mengenang dan mengabadikan, apa yang para pejuang lakukan untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa kita dengan upacara bendera yang sederhana. Dengan menghayati apa yang dilakukan para pahlawan dengan aksi yang dilakukan oleh mereka di kehidupan sekolah, akan tumbuh rasa cinta tanah air dan bela negara untuk kepentingan bangsa.
Menjelang hari kemerdekaan ke-70 tahun yang tinggal kurang dari sebulan lagi, hendaknya semua sekolah tanpa kecuali (terutama yang swasta nih), tolong ya, sisihkan waktumu untuk bangsa dan tanah air kita dengan mengadakan upacara bendera setiap hari senin. Jika bukan kita dan generasi penerus yang melakukannya, lalu siapa lagi yang akan meneruskan tradisi upacara bendera ini?
Demikianlah, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana!
Referensi: Kompas.com
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H