Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompasiana, Ketika Opini Dibalas dengan Opini

22 Juli 2015   19:30 Diperbarui: 22 Juli 2015   19:30 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Teringat kata-kata Kang Pepih dalam bukunya Kompasiana Etalase Warga Biasa: “Tulisan harus dilawan dengan tulisan”.

Lantas, mengapa saya membahas Opini dibalas dengan Opini? Saya yakin, reportase yang dilakukan Kompasianer pasti berbeda-beda dan pada umumnya berupa informasi yang hendak disampaikan ke publik. Saya pikir, tidak mungkin berita ‘dibalas’ dengan berita, karena berita itu fakta, semua pemirsa maupun pembaca pasti tahu berita itu benar-benar nyata kejadiannya.

Okelah, saya akan mengemukakan pengalaman saya.

Pada saat Kompasiana masih pada versi lama, saya mencari artikel dengan tema yang hendak saya bahas di mesin pencari Kompasiana. Namun, memang sudah ada pembahasan tentang tema artikel tersebut. Nah, saat saya menonton TV dan ketemu ide, mengapa saya membuat artikel yang isinya melengkapi dan menjelaskan artikel yang sudah ada? Alhamdulillah, berbekal membaca artikel di Internet dan pengalaman saya dalam menonton TV, jadilah artikel saya yang tentang penyelesaian masalah industri pertelevisian bagi penyandang disabilitas, yang kini sudah ditayangkan di Kompasiana dan masuk dalam kolom Headline.

Dari pengalaman di atas dan pengamatan saya di media warga Kompasiana ini, telah terjadi sebuah opini dibalas dengan opini. Maksudnya, ketika menayangkan sebuah opini dengan tema tertentu dan kemudian datang lagi opini dengan tema yang sama, akan terjadi ‘perang’ pendapat. Nah, tentunya Admin, sebagai yang menyeleksi konten yang ditayangkan di Kompasiana, lebih tahu mana artikel yang dianggap menjelaskan artikel yang telah ditayangkan sebelumnya maupun tidak, ya berdasarkan keaktualitas tulisan dan kelengkapan suatu tulisan!

Dan, hal ini sangat tergantung pada keluasan pengetahuan yang akan membahas suatu isu. Karena itulah, biasanya jika ada salah satu dari dua artikel atau lebih bertemakan sama, yang masuk ke kolom Headline, telah dianggap telah menjelaskan opini sebelumnya dengan lengkap. Tidak hanya ‘perang pendapat’ di Kompasiana, di dunia internet, juga sebenarnya sedang perang pendapat tentang satu isu. Misalnya, bahaya tidur sore. Di internet, biasanya hanya dijelaskan pengalaman dan dalilnya saja. Namun, di Kompasiana, ada salah seorang Kompasianer yang menjelaskan bahaya tidur sore dan alasannya. Tentu saja, pembaca akan mengerti dan merasa bertambah pengetahuannya dengan membaca artikel tersebut.

Meskipun demikian, bukan berarti tulisan-tulisan opini lama dibuang begitu saja. Opini-opini lama jika dimanfaatkan dengan baik, bisa menjadi sumber ide tulisan yang akan dikembangkan kembali. Jadi, baik opini lama maupun opini baru yang isinya lebih lengkap, pada hakikatnya, saling melengkapi informasi agar sama-sama bermanfaat bagi pembacanya.

Apalagi jika akan membahas suatu isu yang mengandung pro dan kontra. Ketika ada artikel yang membahas kasus yang menimpa si tokoh, ambillah sisi baik yang terdapat pada peristiwa bahkan pada diri si tokoh. Dengan demikian, opini yang ‘negatif’ bisa dilawan dan dibalas dengan cara-cara yang positif agar memetik hikmah dan pelajaran.

Nah, seperti pengetahuan yang terus berkembang, opini-opini yang ditulis akan berkembang juga seiring dengan pengetahuan manusia yang terus bertambah. Tahu teori-teori pada pelajaran sains,’kan? Pada awalnya yang muncul adalah geosentris, yang kemudian dipatahkan oleh heliosentris. Ada opini yang membahas permasalahan pada beberapa hari yang lalu, bahkan sampai lebih dari setahun, namun beberapa hari dan tahun kemudian, datanglah suatu opini yang menawarkan jalan keluarnya. Jadi, saling menguatkan opini dan menjawab permasalahan, bukan?

Oleh karena itu, jangan takut beropini walaupun isinya tidak selengkap dengan opini teman yang mungkin akan dituliskan kemudian. Tuliskan saja. Jikalau ada teman yang menjelaskan tulisan kita dalam opininya, janganlah iri! Justru hal ini akan memacu kita untuk terus belajar dari tulisannya, dan mendorong kita untuk beropini dengan lebih baik.

Demikianlah, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun