Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masih Bingung Menemukan Ide Penelitian? Ini Tipsnya!

5 Juni 2015   04:11 Diperbarui: 4 April 2017   16:57 15083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika saya duduk di bangku sekolah, ada teman saya yang ‘mengemis’, minta ide penelitian ke saya:

“Mbak wi, minta idenya dong, buat penelitian adik kelas....”

 Saya menolak dan menegaskan seraya berkata: “Memangnya nyari ide itu gampang? Nyari ide itu sekarang susah. Makanya cari sendiri dong!”

 Sebagai mantan anak KIR, saya merasa ingin berbagi ilmu untuk semua orang, terutama pelajar dan mahasiswa yang saat ini berkutat dengan penelitian. Bahkan, mungkin adik kelas yang anggota KIR merasa perlu untuk mencari info sambil bertanya tentang mencari ide penelitian. Sebagai alumni yang pernah menjadi anggota KIR, yang tentunya pernah berkutat dalam penelitian dan menulis, tentunya saya ingin membantu adik kelas saya dan semua orang yang ingin membutuhkan tips tersebut, walaupun hanya sebatas artikel sederhana ini.

 Menemukan ide untuk penelitian dan pengembangan teknologi itu tidak mudah, seperti yang saya katakan di atas. Makanya dalam karya teknologi itu ada hak cipta kekayaan intelektual, agar hasil jerih payah selama berpikir itu dihargai dan dilindungi. Tahu ‘kan Software buatan Microsoft, yang saat ini kita gunakan? Itu adalah hasil berpikir dari orang-orang jenius. Dan pengembangan software tersebut itu membutuhkan waktu yang lama, menggunakan ide dan kreativitasnya.

 Untuk menemukan ide penelitian itu, butuh kreativitas dan daya berpikir yang kritis. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ini menyangkut orisinalitas dari karya ilmiah tersebut. Sekali ditemukan ide dan membuat hasil karya yang ternyata sudah diteliti orang lain pun sudah termasuk pada plagiat. Tak heran, bagi yang sudah berhasil menemukan ide terbaiknya yang kemudian dikembangkan menjadi karya penelitiannya, akan diganjar dengan juara dan piagam penghargaan, tentunya.

 Karena proses berpikir yang tidak mudah inilah, yang menyebabkan mengapa saya menolak untuk memberikan ide kepada teman saya. Alasannya, karena ide penelitian tersebut termasuk bagian dari buah pikir dan kekayaan intelektual manusia, yang perlu dilindungi, seperti yang saya katakan tadi. Sama dengan batik, keris, dan buah karya kebudayaan Indonesia lainnya, yang murni terlahir dari nenek moyang bangsa. Jika saya memberikan ide penelitian karya ilmiah tersebut, saya menganggap itu telah menjiplak buah karya orang lain, yang suatu saat nanti akan dituntut oleh siapa orang yang pertama kali menemukan ide tersebut. Bahkan, waktu pendaftaran hak cipta, urusan tersebut akan berbuntut panjang.

 Selain itu, saya ingin teman saya dan adik kelas saya untuk berpikir kritis dalam menemukan ide. Karena zaman sekarang, orang Indonesia menyukai hal-hal yang praktis, serba instan. Tidak mau berpikir dan langsung jadi. Padahal dalam penelitian, tidak ada istilahnya penelitian itu butuh waktu cepat. Semua penelitian butuh waktu panjang. Bahkan, skripsi sampai waktu berbulan-bulan. Semakin tinggi jenjangnya di perguruan tinggi, untuk lulus pun diperlukan waktu yang lebih lama.

 Masih ingatkah dengan Thomas Alfa Edison? Beliau baru berhasil menemukan lampu setelah melewati 1000 percobaan yang berujung pada kegagalan. Ternyata, kegagalan tersebut justru membuat Edison berkerja keras untuk menyempurnakan penelitiannya. Berkat ketekunannya, lampu, yang sekarang ini terdiri dari beberapa jenis, saat ini sudah bisa kita gunakan di mana-mana. Sekali lagi, penelitian tersebut, butuh waktu lama!

 Nah, bagi teman-teman, terutama para anggota KIR, termasuk adik-adik kelas saya yang masih ingin ‘mengemis’ minta ide, tinggalkanlah! Saya akan mengajak kalian untuk memberikan tipsnya: “Bagaimana sih cara menemukan ide dalam penelitian karya ilmiah?”

Pertama: Dalam menemukan ide dalam penelitian, hendaknya Anda mempelajari pengetahuan dan teori terhadap apa yang diteliti. Misal, saya meneliti tentang jamur. Ternyata, beberapa jenis jamur mengandung racun yang mematikan. Racun tersebut bisa meracuni manusia, hingga menyebabkan kematian.
 Nah, untuk penelitian yang menggunakan bahan tumbuhan maupun hewan, itu mudah. Lain halnya dengan penelitian yang berbau teknologi, ternyata harus dipelajari teorinya secara mendalam, sedetil-detilnya. Karena, kesalahan dalam penelitian teknologi, bisa berpengaruh pada produk yang dihasilkan, lho!

Kedua, berpikirlah secara out the box!Berpikir seperti itulah, kunci dari orisinalitas sebuah ide. Kalau digabungkan antara ide dengan berpikir out the box tadi, bisa menjadi ide yang baik dan benar-benar asli! Contohnya, jika jamur beracun bisa mematikan manusia, makhluk hidup lainnya juga bisa mati karena termakan racun. Oleh karena itu, bisa diterapkan oleh hewan yang menjadi hama bagi petani, nih!Begitu cara berpikirnya! Untuk mencapai berpikir di luar kotak tersebut, dibutuhan daya penalaran yang benar-benar kritis dan serius.

Ketiga, kalau sudah ketemu gambarannya, ubahlah ide tersebut menjadi sebuah karya yang hendak diciptakan.Misalnya, yang beracun bisa diubah menjadi makanan, cairan pembasmi hama, dan sebagainya.

Keempat: kalau sudah ketemu idenya, ketikanlah di mesin pencari seperti Google, untuk memastikan bahwa ide tersebut benar-benar asli. Ini adalah sebuah saran dari teman saya. Karena, tak jarang sudah menemukan ide, ternyata sudah diteliti oleh orang lain. Oleh karena itulah, untuk menemukan ide yang benar-benar asli, harus diulang berpikirnya, dari nol lagi.

 Nah, sudah tahu ‘kan cara menemukan ide dalam penelitian ilmiah? Diharapkan, teman-teman dan adik kelas saya yang butuh ide, jangan minta ke saya! Baca artikel ini dan pahamilah apa yang saya sampaikan. Niscaya, karya-karya ilmiah yang dihasilkan benar-benar murni dari hasil pemikiran sendiri.

 Demikianlah, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana!
  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun