Nah, dalam buku ini, kita diajarkan untuk tidak takut akan kegagalan dalam hidup. Ya! Sepintar-pintarnya orang, pasti ada kelemahannya. Dan, semua manusia yang ada di dunia ini tidak ada yang terlahir sempurna, kan? Walaupun dikenal sebagai "jenius", Brian ternyata masih kalah dengan orang jenius yang sudah topdi dunia, IQ diatas 160, apalagi ilmuwan jenius seperti Albert Einstein. Rupanya, IQ Brian adalah 130. Tidak terlalu istimewa, bukan?
Nah, buku ini lahir atas kegalauan Pak Gidion dalam menentukan minat dan bakat bagi anak remaja. Apalagi nih, anak-anak SMA yang mau memasuki bangku kuliah. Jangan bingung, dalam buku ini, akan dijelaskan semuanya, dari melihat bakat anak, menentukan langkah hidup selanjutnya, dan sebagainya. Nah, bagi mahasiswa, buku ini sebagai pemantap untuk melangkah lebih maju dan sukses, apalagi di usia muda.
Sekarang, sesi tanya jawab. Kali ini, dibuka dengan bagaimana cara menentukan bakat. Kata Pak Gidion, beliau melihat sendiri ketika Brian mulai menggemari buku Donal Bebek, dan ada hubungannya dengan minat Brian untuk menjadi penulis komik. Berkat komik, dia bisa berimajinasi. Sejak saat itulah, dia menggunakan imajinasinya dalam mengingat, menggunakan teknik asosiasi dan gaya cerita. Wow!
Sekarang giliran saya yang berani tanya jawab sama Pak Gidion, karena tergiur dengan hadiah buku. No! Saya ingin bertanya, karena saya pernah galau luar biasa dalam menulis, termasuk berkompasiana! Dan, jawabannya adalah, "Tuhan tidak pernah tidur, jadi Dia pasti melihat perjuangan kita yang tidak semulus jalan tol. Jadi, Dewi, carilah teman-teman maupun orang tua yang bisa mendukung setiap langkahmu"
Kemudian, pertanyaan berikutnya, bagaimana caranya meyakinkan orang tua ketika minat bakat anak tidak didukung orang tua karena ingin mengutamakan hal-hal akademis? Maka Pak Gidion menjawab lagi: Berkompromilah dengan orang tua namun hobi yang disukai harus diteruskan, bahkan dikejar.
Oiya, beliau juga menjelaskan lagi, bahwa semakin "digencet" alias terhimpit dalam permasalahan, otak kita akan dipaksa untuk mencari jalan keluar. Kalau berusaha, pasti ada jalannya, kok!
Hmmm, tentunya kita teringat ya, betapa Pak Gidion memberi kebebasan pada Brian untuk mengambil keputusan sendiri. Pada usia 3 tahun, dia sudah bisa naik pesawat terbang seorang diri. Nah, orangtua manakah yang rela pada usia balita bisa berpergian sendiri? Pada masa itu, si anak kalau berpergian pasti disertai orang tua untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dari pengalamannya itu, dia jadi pede waktu naik ke panggung, dan pada usia 5 tahun, dia sudah meraih prestasi yang luar biasa dalam hal mengingat. Subhanallah...
Acara ini ditutup dengan pertunjukkan Brian dalam hal mengingat angka. Angka tersebut dimasukkan oleh para pengunjung Gramedia cabang Atmo. Ternyata, Brian masih bisa mengingat angka, ya walaupun ada sedikit kesalahan, kelebihan dalam hal mengingat angka membuat saya berdecak kagum.
Nah, acara tersebut selesai. Saatnya saya untuk membeli buku tersebut, ditandatangani langsung oleh remaja jenius Dominic Brian, dan saya menyempatkan diri untuk foto bersamanya. Lumayan untuk kenang-kenangan di rumah....
Oiya, buku ini dikemasfull color lho! Tidak hanya itu, Pak Gidion yang berduet sama Ranita Ningrum dalam menulis, juga dibantu oleh ilustrator Oryzha Kathleen dan Ruth Setiawan dalam menyusun buku ini, juga menyisipkan kartun ilustrasinya dan disajikan dengan gaya bahasa yang dipahami anak muda, pokoknya buku ini cocok buak anak-anak SMA dan mahasiswa yang punya masa depan deh!