Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pentingnya Literasi Media Sejak Dini

6 Mei 2015   07:30 Diperbarui: 10 September 2016   11:34 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada zaman sekarang seperti saat ini, banyak bermunculan stasiun televisi, terutama stasiun TV berjaringan. Secara langsung, akan menimbulkan persaingan yang pada akhirnya akan mementingkan rating tanpa disertai sisi edukatifnya. Begitu juga situs internet, yang semakin menjamur di dunia maya Indonesia. Tanpa disadari, anak-anak dan remaja telah terpapar oleh pengaruh dari tayangan televisi, juga Internet yang berujung pada perilaku di dunia nyata, terutama di sekolah dan lingkungan sekitar.

Ironisnya, ditengah budaya nonton masyarakat kita, banyak masyarakat yang belum bisa membedakan mana tayangan dan konten yang berkualitas atau tidak. Apalagi pada anak-anak yang sejak kecil dibiasakan nonton TV tanpa bimbingan orang tua, begitu juga mengenal internet dan langsung berselancar karena sekedar iseng dan rasa ingin tahu yang tinggi tanpa disertai pengawasan orang tua. Nah, disitulah diperlukan pentingnya literasi media sejak dini.

Apa Itu Literasi Media?

Jangan bayangkan literasi media itu seperti baca tulis biasa. Maksudnya, literasi media adalah  penilaian masyarakat terhadap suatu konten yang ditayangkan di media, misalnya televisi dan internet (juga media massa dan buku). Dengan penilaian tersebut, akan tahu suatu konten yang aman atau tidak untuk seluruh kalangan, terutama anak-anak dan remaja.

Terlebih, banyak kalangan yang sudah menyadari bahaya tayangan yang tidak berkualitas dan menjadikan tontonan serta informasi sebagai tuntunan hidup, serta salah satu sumber untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan. Secara tidak langsung, ilmu yang didapat dari televisi, juga media lain seperti Internet akan berguna untuk kehidupan nantinya. Seperti yang disinggung pada artikel sebelumnya, semua sumber pendidikan tidak hanya diperoleh dari buku, semua media apapun bisa menjadi sumber ilmu asalkan isinya baik dan bisa dipertanggungjawabkan.

Penilaian suatu konten di media, memang sangat penting untuk melindungi masyarakat Indonesia dari hal-hal yang dapat merusak bangsa sehingga mengancam keberlangsungan generasi bangsa yang baik. Dengan pengetahuan tentang penilaian terhadap suatu konten, niscaya masyarakat hanya memilih tayangan dan konten yang baik, sekaligus menginspirasi dan edukatif.

Orang Tua Sebaiknya Memberi Contoh dan Menjadi Teladan dalam Memilih Tayangan Maupun Konten

Ya, namanya juga anak-anak, pasti akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Ketika anak mulai dikenalkan TV maupun Internet, orang tua sebaiknya memberi tahu mana acara dan konten yang baik untuk anak, mana yang tidak aman untuk anak-anak. Agar lebih mengerti, orang tua sebaiknya memberi contoh untuk anaknya disertai pengertian. Misalnya, ketika anak sedang menyukai acara menarik tapi berisi konten yang tidak aman untuk anak seperti kekerasan, orang tua langsung mengganti channeldengan tayangan yang mendidik, disertai pengertian. "Dik, tayangan itu tidak cocok untukmu, kalau misalnya Adik bertemu temanmu dan berkelahi, nanti temannya nangis terus dimusuhi, jadi Adik tidak punya teman. Mau  Adik tidak punya teman? Tidak mau kan?"

Begitu juga ketika anak mulai iseng mengakses internet karena rasa keingintahuan yang tinggi. Sebaiknya orang tua juga mengecek daftar riwayat laman internet setiap anak Anda sudah selesai mengakses internet. Jika ditemukan konten yang tidak baik untuk anak misalnya pornografi, orang tua akan memperingatkan anak dengan berkata " Lain kali, kamu jangan coba-coba kunjungi laman ini, kalau kamu melihat ini, nanti sudah besar, kamu jadi kebiasaan. Apa kamu tidak malu, kamu akan berdosa dan Tuhan akan menghukummu?"

Tentunya memberi peringatan tentu saja tidak cukup bagi anak untuk membedakan mana yang baik dengan yang buruk dalam menilai suatu konten. Orang tua tentunya harus menjadi teladan untuk anak-anaknya dalam memilih suatu tayangan dan berselancar di Internet. Misalnya, orang tua saat menonton televisi dan berselancar di Internet dan memilih tayangan maupun konten yang baik dan edukatif, anak Anda pun akan ikut memilih tayangan yang baik. Atau, orang tua bisa mengajak anak Anda untuk memilih tayangan yang mendidik dan nonton bersama, sambil mengajarkan pengetahuan dan hal-hal yang baik kepada anak-anaknya.

Yang tidak kalah pentingnya, penanaman moral dan nilai agama perlu kembali digalakkan untuk anak-anak pada zaman sekarang ini. Pasalnya, tayangan mistik dan konten yang tidak baik telah berpengaruh pada perkembangan anak-anak. Terlebih pada bulan Ramadhan yang tinggal lebih dari 1,5 bulan lagi, tentunya orang tua harus ekstra keras dalam mendidik anak-anak, agar tetap berada pada jalur yang benar.

Ya, seperti yang sudah saya katakan di artikel pada bulan sebelumnya, saya jadi teringat pada mentor Rohis di sekolah saya ketika mengikuti pesantren kilat, bahwa beliau hanya memilih kanal yang baik untuk anak-anak, selebihnya 'dihilangkan' dari channel TV miliknya. Hal ini dilakukan untuk membentuk anak-anaknya menjadi anak yang baik dan tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak masa depan.

Pendidikan yang Baik Berpengaruh Pada Penilaian Konten di Media

Jika anak dibekali dengan pendidikan yang baik dari orang tua maupun di sekolah, akan paham dan dapat menilai mana konten yang aman untuk ditonton, begitu pula dengan mengakses Internet yang hanya dimanfaatkan untuk hal-hal yang baik, karena sudah ada filter pada diri pengguna yang berupa nilai moral dan agama.

Tentunya, pada abad ini, abad ke-21, menjadi tantangan bagi masyarakat, juga para pendidik untuk selalu memberikan pendidikan yang baik bagi generasi muda. Jika buku sebagai sumber ilmu harus diperbaiki kontennya jika ditemukan hal-hal yang tidak pantas, begitu juga dengan seluruh media. Karena, baik buruk suatu media ditentukan oleh pengguna dan kreator media itu sendiri, yaitu manusia. Oleh karena itu, dimulai dari diri sendiri, harus mempunyai hal-hal yang baik sebelum berkarya lewat tulisan dan tayangan di berbagai media. Jika semua hal tersebut dilakukan, bangsa Indonesia akan menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang bermartabat.

Demikianlah, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana!

Referensi: kpi.go.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun