Saat ini, banyak sinetron hadir di Indonesia dalam berbagai macam tema. Dari tema percintaan, kehidupan sosial, dan sebagainya. Namun tidak semua sinetron yang ada di Indonesia baik untuk kalangan anak dan remaja. Buktinya, sudah banyak pengaruh perilaku buruk anak dan remaja yang ditimbulkan dari sinetron, karena pada masa itu, mereka mudah meniru perilaku para artis sinetron di televisi, terutama oleh para remaja.
Pasalnya, masa remaja adalah masa yang 'labil', dan sedang mencari jati dirinya. Pada masa tersebut, seseorang ingin diakui oleh orang lain. Tak heran kalau para remaja saat ini mencari teman, bahkan tidak sedikit yang membuat geng masing-masing.
Salah satu tema yang tidak lagi diangkat menjadi sinetron adalah persahabatan. Padahal, masa-masa anak-anak dan remaja sangat membutuhkan persahabatan diantara dirinya dan teman-temannya, terutama teman sebaya, agar hidup mereka tidak kesepian dan tidak menimbulkan masalah perkembangan mental di kemudian hari. Bahkan, alangkah lebih bagus lagi jika disisipi oleh nilai moral, kebudayaan dan budi perkerti yang baik yang sangat berguna untuk perkembangan jiwa seorang anak-anak dan remaja, terlebih pada zaman modern seperti saat ini.
Ada apa dengan Sinetron Persahabatan untuk Anak-anak?
Sekarang, program untuk anak-anak sudah jarang dijumpai di televisi. Jangankan program pengetahuan untuk anak-anak yang sedikit sekali mendapat porsi di sebuah stasiun televisi kecuali kartun (baca di artikel ini), sinetron untuk anak-anak sudah jarang ditayangkan di televisi, hanya satu stasiun televisi, TV Edukasi yang pernah menayangkan tentang persahabatan anak-anak SD si sebuah perkampungan berjudul Sahabat Mainku. Jika ditelaah lebih dalam lagi, konsep sinetron yang kental akan persahabatan dengan budi perkerti, serta tingkah anak-anak SD yang polos sangat cocok untuk ditonton anak-anak zaman sekarang agar tidak cepat 'dewasa sebelum waktunya', serta terhindar dari perilaku tak pantas yang mulai ditiru oleh anak-anak.
Beberapa tahun yang lalu, ada sinetron yang diadaptasi dari film Laskar Pelangi, Laskar Pelangi The Series. Bahkan konsep sinetron termasuk properti tidak jauh berbeda dengan film aslinya, hanya saja ceritanya sedikit berbeda dengan aslinya, dan lebih lengkap, meskipun hanya berjumlah 15 episode (sumber: duaribuan). Sinetron tersebut menceritakan persahabatan dan kegigihan dalam meraih mimpi dan cita-cita.
Sinetron Persahabatan Remaja yang Kini 'Menghilang' di Televisi
Tidak hanya sinetron persahabatan anak-anak yang kini tidak lagi ditayangkan di televisi, sinetron persahabatan untuk remaja kini menghadapi hal yang sama. Pada tahun 2012, sinetron Kepompong yang ditayangkan di SCTV yang menceritakan persahabatan lima remaja dalam satu geng bernama d'Rainbow, langsung laris ditonton pemirsa dengan jumlah ratusan episode. Begitu juga dengan sinetron Arti Sahabat yang ditayangkan di Indosiar pada tahun 2010. (sumber: wikipedia)
Sedangkan di TV Edukasi, pada era 2000-an pernah menayangkan sinetron remaja yang mengandung nilai moral, persahabatan dan budaya berjudul Geng 5. Bahkan, sinetron TV Edukasi lainnya yang sarat persahabatan berjudul Satu Tekad Satu Cita, pernah ditayangkan pada salah satu TV lokal.
Namun sayang, pada tahun 2011, sinetron persahabatan yang tayang di MNCTV berjudul
Stroberi dan Vanila, hanya ditayangkan hanya sampai beberapa episode. Tidak diketahui penyebab dari 'penayangan singkat' tersebut, yang pasti, kalah pamor dan rating dari sinetron percintaan yang menjamur pada kebanyakan stasiun televisi, pada masa itu.
Solusi Penggarapan Sinetron Persahabatan untuk Anak-anak dan Remaja
Jika sebuah film saja berusaha menyajikan tontonan yang baik bagi pecinta film dengan konsep yang baik, seharusnya sinetron pun demikian. Karena zaman sudah semakin maju, sudah saatnya sinetron persahabatan untuk anak-anak dan remaja dirombak ulang dengan kemasan yang lebih modern, dan tirulah konsep yang dibawakan oleh kedua sinetron tersebut (Geng 5, Laskar Pelangi The Series) yang membawa nilai moral, kebudayaan, dan budi pekerti luhur, serta hindari adegan dan perkataan kekerasan serta perilaku tidak pantas pada sinetron tersebut. Dengan demikian, para remaja dapat mengambil pelajaran dari sinetron tersebut, yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Alangkah lebih baiknya, jika kearifan lokal pada sinetron tersebut dimunculkan, serta menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari yang baik (bukan bahasa gaul dan alay yang berlebihan), juga bahasa daerah yang baik (khusus sinetron persahabatan yang ditayangkan di TV lokal). Atau jika lebih kreatif dalam menggarap sinetron, itu jauh lebih baik, karena akan terhindar dari plagiasi hak cipta, termasuk sinetron.
Khusus untuk sinetron remaja, pakaian sekolah, terutama pakaian seragam sekolah SMA, sebaiknya dimasukan agar terlihat lebih rapi dan sopan, tidak seperti kebanyakan sinetron remaja yang baju seragam SMA-nya dikeluarkan karena alasan gengsi. Bukankah setiap bintang sinetron adalah panutan bagi pemirsanya, sehingga berusaha memberikan contoh yang baik untuk remaja, agar mengikuti apa yang dilakukan oleh sang idola.
Ya, begitulah keadaan sinetron bertemakan persahabatan yang sudah mulai langka di televisi. Sebaiknya orangtua jangan lepas tangan dalam mendidik anak yang memasuki 'fase peralihan' dari anak-anak menjadi dewasa, serta berhati-hatilah dalam pergaulan. Karena pada masa itulah, akan kemanakah masa depannya nanti, akan menjadi lebih baik, atau justru akan lebih suram.
Demikianlah, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H