"Tanpa Banyak Membaca, Berhentilah Menjadi Blogger"
Judul artikel yang ditulis oleh Kompasianer Dwiki Setiyawan ini benar-benar 'menampar' diri saya selaku penulis. Hal tersebut sudah saya utarakan dalam artikel yang berjudul Kompasiana dan Peningkatan Minat Baca, 14 April lalu. Artikel tersebut sengaja saya tulis, agar para penulis (juga diri saya sendiri) semakin meningkatkan minat baca, memperluas pengetahuan, dan pada akhirnya, terciptalah tulisan-tulisan yang bermutu.
Dan, selama ini saya mengandalkan dari menulis opini. Kalau reportase dan jalan-jalan, ya jarang saya lakukan karena belum ada penghasilan sendiri. Sebagai gantinya, ya kita dituntut untuk selalu rajin membaca, baik buku, maupun artikel di Internet.
Kembali ke permasalahan membaca. Salah satu indikator kemajuan negara adalah kualitas sumber daya manusia. Nah, salah satu meningkatkan kualitas manusia, ya dengan menguasai ilmu tertentu sesuai minatnya. Dan ilmu itu, hanya bisa didapat lewat membaca. Ngomong-ngomong, membaca itu hanya buat pelajar dan mahasiswa? Ya jelas tidak! Belajar, termasuk membaca itu kewajiban yang dimiliki oleh seluruh manusia, gak peduli ibu rumah tangga, pengangguran, karyawan, bahkan anak jalanan pun punya kewajiban untuk membaca!
Dan, semakin tinggi kualitas sumber daya manusia itu, akan berpengaruh pada karyanya. Buku, blog, karya tulis ilmiah, termasuk tulisan-tulisan para Kompasianer berverifikasi biru, bukankah semuanya lahir dari pribadi yang tidak hanya suka berpetualangan, juga pribadi yang gemar membaca?
Seberapa Pentingkah Membaca Itu?
Membaca itu sangat penting untuk mencerdaskan manusia sebagai elemen penting dari suatu bangsa. Ayo, ingat-ingat gak bunyi Pembukaan UUD 1945: "mencerdaskan kehidupan bangsa"? Ternyata, mencerdaskan kehidupan bangsa itu adalah salah satu tujuan dari berdirinya negara kita. Tak heran jika dari dulu sampai sekarang seluruh bangsa di dunia termasuk di Indonesia sangat mementingkan pendidikan, untuk kemajuan bangsa ke depannya.
Menurut artikel yang saya baca, jika kita belajar (termasuk membaca), sel-sel otak akan membentuk suatu jalur yang teratur, yang pada akhirnya, akan membentuk pola pikir kita. Jika pola pikirnya baik, semua yang dikatakan dan dituliskan, tidak sembarangan, sesuai apa yang kita baca. Gak ada ruginya kalau kita rajin membaca!
Dan, nilai plusnya jika kita rajin membaca, ilmunya tidak hanya dipakai untuk bekerja sehingga dapat meningkatkan kinerja yang lebih baik, bahkan ilmu yang kita miliki, dapat dipakai sebagai dasar dan dikembangkan lagi berdasarkan fenomena lewat tulisan. Nah, itulah sebabnya jika syarat menjadi blogger, termasuk Kompasianer dan menulis, kalau gak rajin traveling, ya membaca. Pasalnya, banyak bloggerdan pelajar di Indonesia yang tidak benar-benar murni hasil membaca dan pengalaman hidup, melainkan hasil copy-pastedari situs lain (tanpa menyebutkan penulis), terlebih pada tugas sekolah seperti karya tulis ilmiah. Bukankah itu termasuk plagiat intelektual?
Cara Agar Kita Suka Membaca
Nah, biar kita jatuh cinta pada budaya membaca sehingga meningkatkan minat baca, ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain:
Mengenal Buku Layaknya Mengenal Sahabat
 Mau akrab dengan buku harus mengenal segala?Ya, itulah yang harus dilakukan jika ingin berkenalan dengan benda yang satu ini. Bukankah gak kenal, maka tak sayang? Kenalkanlah buku itu layaknya ingin mengenal teman maupun sahabat kita. Ini bisa dilihat dengan tampilan cover buku dan isi bukunya. Kalau sudah cocok, ya buku tersebut menjadi tidak lepas dari genggaman kita, sehingga bisa puas membacanya.
Memang, tidak semua buku tersebut langsung kita sukai, tergantung minat, dan yang pasti, kita dituntut untuk lebih jeli dalam memilih buku, sehingga, ketika kita membeli buku, tidaklah sia-sia, hanya menjadi pajangan saja (baca selengkapnya padaartikel ini).
Dan, sungguh beruntung jika ada orang yang dilahirkan dari keluarga yang suka membaca, sehingga, orang tersebut jadi ketularan semangat untuk rajin membaca. Karena, sewaktu kecil, dia menjadi akrab dengan buku dan membacanya. Nah, bagaimana dengan masa kecil kita?
Jadikanlah Perpustakaan dan Toko Buku Sebagai Tempat Rekreasi
Jika kita jalan-jalan, biasanya kita ke mana? Ke pantai, kebun binatang, atau museum? Kalau kita mau butuh hiburan, biasanya kita mampir ke bioskop untuk nonton film, dan ke konser musik untuk menonton penampilan sang idola, bukan?
Nah, begitu pula dengan seorang yang terpelajar dan haus akan ilmu, apalagi pecinta buku dan penulis, biasanya akan ke perpustakaan maupun ke toko buku untuk memperkaya wawasan kita. Mereka akan menjadikan kedua tempat tersebut sebagai tempat rekreasi. Saya saja jika menemukan kebosanan di rumah maupun saat menulis, biasanya saya akan 'lari' ke perpustakaan dan toko buku di luar kota. Bahkan, kalau ada uang lebih, saya akan mampir di toko buku yang lebih besar dan lebih lengkap. Terkadang, jika tidak menemukan buku yang diinginkan di toko buku dan perpustakaan, biasanya saya membeli buku secara online.
Jika berekreasi di pantai atau nonton film di bioskop saja mendapatkan manfaat, agar lebih rileks dan melepas kepenatan setelah beraktivitas, apalagi kita yang berkunjung ke perpuskataan maupun toko buku. Namun, dibanding dengan ke pantai maupun konser musik yang bisa memberi kepuasan dari segi psikologis, mengambil kenang-kenangan, dan oleh-oleh, begitu pula di museum yang mendapatkan ilmu tentang obyek tertentu, di perpustakaan dan toko buku, kita tidak hanya mendapatkan ilmu yang beraneka ragam karena bukunya terdiri dari bidang yang bermacam-macam, dan lebih istimewanya lagi, kita bisa membeli buku di toko buku jika memiliki uang, dan bisa meminjam buku di perpustakaan, secara gratis!
Pusing Melihat Tumpukan dan Deretan Buku, Abaikan Saja!
Biasanya, jika kita masuk ke perpustakaan, akan melihat banyak buku. Dan, terkadang membuat kita pusing karena tumpukan di rak buku saat kita hendak mencari buku. Kemungkinan, ini diakibatkan dari kurang akrabnya kita dengan buku, atau penataan buku di perpustakaan yang kurang rapi. Saya juga sering mengalaminya di perpustakaan, dan itu hal yang wajar. Rasa pusing ketika hendak mencari buku hendaknya kita abaikan, karena jika tidak, akan berpengaruh terhadap minat baca kita.
Bawalah Buku Itu, Dimanapun Kita Pergi, dan Jangan Malu untuk Membaca Dimanapun!
Supaya  kita lebih akrab dengan buku, bawalah buku tersebut dimanapun kita pergi, dan bacalah dimana saja. Teman sekelas saya saja sering membawa buku agama di sekolahnya, dan membacanya di kelas, begitu juga dengan saya sendiri yang terkadang membawa buku dan membacanya di masjid maupun di supermarket.
Tentunya, kita teringat dengan negara Jepang, negara maju yang doyanmembaca. Ternyata, saat menunggu, dalam antrian, dan dalam perjalanan di kereta, mereka menghabiskan waktunya dengan membaca. Wow! Kebiasaan yang sangat baik nih, kapan ya rakyat Indonesia bisa melakukan seperti itu?
Memang, kebiasaan membaca masih belum menjadi budaya, karena budaya lisan masih mendominasi. Namun, demi kemajuan bangsa, tak ada salahnya kan untuk membiasakan membaca, baik buku maupun di media lainnya?
Akhir kata, saya mengucapkan Selamat Hari Buku Sedunia! Semoga minat baca bangsa kita semakin lebih baik!
Salam hangat, pembaca!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H