[caption id="attachment_410618" align="aligncenter" width="630" caption="Ilustrasi/kompasiana(kompas.com)"][/caption]
Lusa (18/4), tepat dua puluh tiga bulan NET. TV bersiaran di Indonesia, di sisi lain, kanal TV khusus anak-anak, Spacetoon, menghilang dari siaran terrestrial alias siaran gratis. Memang, hal yang sangat wajar mengingat banyak stasiun TV baru yang ingin mendapatkan kanal untuk bersiaran, sesuai ciri khas masing-masing. Namun, secara tidak langsung, akan menghilangkan siaran khusus yang selama ini diperlukan anak-anak sebagai hiburan melepas lelah setelah beraktivitas pada siaran terrestrial, karena saluran Spacetoon ini tidak hanya berisi kartun, juga pesan untuk anak-anak, lagu anak-anak, dan sebagainya.
Sepeninggal Spacetoon di kanal terrestrial, kebanyakan stasiun TV swasta nasional menyiarkan acara untuk kalangan remaja dan dewasa. Seperti yang dikatakan lewat akun Twitter @kompasiana sewaktu KompasianaTV ditayangkan (6/4), kebanyakan stasiun TV swasta saat ini, sedikit sekali yang memberikan porsi untuk acara anak-anak yang hanya berupa kartun, kecuali di Trans7 yang menyiarkan beberapa program anak-anak non-kartun selama satu setengah jam (Laptop si Unyil, Unyil Keliling Dunia, Si Bolang, dan Dunia Binatang), juga acara Hompimpa dan Aksi Bocah Cilik di GlobalTV.
Akibat porsi acara anak-anak yang terlalu sedikit, kreativitas yang diperoleh anak-anak lewat acara televisi juga sedikit sehingga sulit berkembang. Tidak hanya itu, anak-anak juga terpengaruh dengan acara TV saat ini, yang kebanyakan bukan ditujukan untuk pemirsa anak-anak. Dengan demikian, anak-anak zaman sekarang tumbuh lebih dewasa sebelum waktunya dibanding zaman sebelumnya, karena anak-anak zaman sekarang sudah lebih dulu mengenal cinta sejak dini, bahkan dari zaman SD sekalipun!
Jika dibandingkan dengan era 90-an, dan 2000-an, dimana serial dan film kartun untuk anak-anak menjamur di stasiun TV Indonesia. Tentu anak zaman 90-an sudah mengenal tokoh kartun Doraemon yang sangat legendaris itu. Selain itu ada juga Sailor Moon, Samurai X, Hamtaro, Pokemon, dan beberapa serial serta film kartun lainnya. Tidak hanya itu, di saat yang sama, acara khusus anak-anak juga pernah tayang di RCTI, misalnya Tralala-trilili. Bahkan saya sewaktu SD pun sempat menonton acara pengetahuan di RCTI yang dipandu oleh Deddy Corbuzier pada saat itu.
Memang, pada saat itu anak-anak era 90-an dan 2000-an lebih banyak menonton acara khusus anak-anak dibanding acara khusus dewasa, wajar jika anak-anak pada zaman itu tumbuh normal sesuai usianya. Padahal, setiap tahun, angka kelahiran di Indonesia terus bertambah, sehingga penduduk usia muda lebih banyak ketimbang penduduk usia lanjut, terutama penduduk usia anak-anak.
Karena pada zaman sekarang kebanyakan acara TV di Indonesia tak lagi ramah untuk anak-anak, tak heran jika orang tua mulai membatasi menonton TV untuk anak-anaknya, dan jika mereka tetap nonton TV, orang tua hanya mengajarkan hal yang baik dari tayangan anak-anak di televisi. Apalagi di kalangan mampu, mereka lebih memilih membelikan TV kabel maupun parabola, karena ada channel khusus yang lebih ramah untuk anak-anak sehingga perkembangan jiwa anak-anak bisa tumbuh normal sesuai usianya.
Bahkan sebaliknya, ada beberapa orang tua yang mengajari karakter yang baik untuk anak-anaknya, mengajak bermain, berwisata, bahkan membiasakan untuk membaca buku. Suatu kebiasaan yang sangat positif untuk perkembangan anak kelak di kemudian hari. Bukankah anak adalah peniru ulung, bisa menyerap hal di sekitarnya karena pertumbuhan otak di masa 3 tahun telah mencapai 'puncak emasnya'?
Perlunya Revolusi Tayangan Anak-anak di Televisi
Anak-anak yang terlahir pada zaman modern, membuat mereka mudah mengenal dan akrab dengan benda berbau teknologi, seperti laptop, gadget, dan sebagainya, sehingga mereka jago mengoperasikan handphone, gadget, mengenal internet dan menggunakan akun sosial media pada usia sekolah, terutama usia anak-anak. Dan yang pasti, mereka mulai terpengaruh dengan hal-hal yang tidak baik di internet, karena anak-anak belum bisa menyaring informasi, mana yang baik untuk anak, mana yang buruk untuk ditinggalkan untuk anak.
Seiring dengan perkembangan teknologi, stasiun televisi sebaiknya menyesuaikan juga dengan membuat acara yang menarik yang merangsang kreativitas, juga mendidik untuk anak-anak zaman sekarang yang lebih akrab dengan benda yang canggih, karena pendidikan zaman sekarang, tentunya berbeda dengan pendidikan zaman dahulu. Begitu pula dengan konsep acara anak-anak di televisi.
Jika melihat konsep dari tayangan Hompimpa di GlobalTV, ini sudah sesuai dengan konsep acara anak-anak saat ini, karena selain memadukan pengetahuan dan kreativitas untuk anak-anak, ditambah dengan kehadiran bintang tamu seperti acara talkshow, tentunya membahas pengetahuan yang terjadi di sekitar. Selain itu, lagu yang dinyanyikan pun tentunya lagu anak-anak, namun latar musik pun diaransemen dan menyesuaikan dengan zaman, serta diiringi oleh gerakan para presenter yang juga bernyanyi layaknya gerakan grup musik boyband maupun girlband.
Begitu juga dengan tayangan Laptop Si Unyil dan Unyil Keliling Dunia.Jika tayangan Unyil yang ditayangkan di TVRI hanya sebatas dimainkan di 'panggung' yang berupa latar perkampungan, lain halnya dengan kedua tayangan Unyil di Trans7 tersebut, dimana Unyil dan kawan-kawan diajak untuk berkeliling, mengunjungi tempat di penjuru Nusantara dan di luar negeri, tentunya untuk menjelaskan pengetahuan di balik kunjungan dan tentunya, menambah wawasan bagi anak-anak.
Jika animasi hanya digunakan untuk hiburan anak-anak lewat serial maupun film kartun, tidak demikian halnya pada animasi yang digunakan oleh acara Dunia Binatang, yang dipadukan dengan latar dokumenter yang terjadi di dunia nyata. Acara tersebut, menjelaskan pengetahuan tentang hewan, baik di darat maupun di air.
Tentu saja, contoh konsep acara anak-anak yang dilakukan oleh kedua stasiun televisi tersebut patut ditiru oleh stasiun televisi lain, terlebih pada Spacetoon. Begitu pula dengan di TV lokal yang hendak membuat acara untuk anak-anak. Bahkan, jika stasiun TV lain membuat acara anak-anak dengan kemasan yang lebih menarik, kreatif, dan edukatif, itu jauh lebih baik, karena akan membuat anak-anak tidak bosan dengan konsep acara yang lebih fresh. Sekiranya jika ada stasiun televisi khusus anak-anak lainnya yang didirikan dan dimiliki oleh orang Indonesia, pasti akan melakukan hal yang sama, tentunya dipadukan dengan kebudayaan daerah dengan kemasan yang lebih modern dan menarik agar anak-anak zaman sekarang di Indonesia lebih mengenal budaya dari negeri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H