“Semangattt..., ayo siap berlatih. Yeayyy..., Yeayy...!!!” tim sepak bola kelas X-IPA 1 teriak semangat.
Tim sudah terbagi, kami siap bermain 2 x 45 menit. Lari... !!! . !!! lari... !!! .!!! kejar..!!! kejar...!!! bolanya...!!! dan gooooo...l. Ya ketika gol itu membuat kami lebih semangat. Waktu rasanya bergerak cepat seperti ikut berlarian dan mengejar bola.
“Pritttt....istirahat, 45 menit pertama sudah selesai.”peluit wasit menandakan babak pertama selesai.
Kedudukan sementara 1-0, timku unggul. Istirahat babak pertama sekitar 10 menit.
Peluit kedua bunyi, pertanda babak kedua dimulai.
“Viv, ayo dikejar bolanya. Lari..lari...”Ridwan berteriak.
Aku berlarian mengejar si bundar...lari dan terus lari...dan ahhhhhhh aku terjatuh berlumuran darah. Teman-temanku berlarian ke arahku. Melihat kondisiku. Pecahan kaca menancap di kakiku. Sakit rasanya tak tertahankan, apalagi melihat darah yang terus mengucur. Pak Arif perlahan mencabut kaca di kakiku. Aku dipapah teman-temanku ke ruang UKS.
“Ini sepertinya harus dibawa ke rumah sakit, biar dijahit. Kalau di UKS perlengkapannya tidak ada. Bapak antar ke rumah sakit ya?”pak Arif menawarkan diri mengantarkanku ke rumah sakit terdekat.
“Tetapi pak, pasti sembuh ini lukanya.”aku takut kalau kerumah sakit.
Segera kami menuju rumah sakit. Selain pak Arif, aku ditemani Ridwan dan Akbar diruang UGD. Sakit rasanya dengan kondisi kaki masih berdarah.
“Pak Arif, boleh saya meminjam HPnya. Saya ingin menghubungi kak Hafsah.”aku menelepon kak Hafsah memberitahu kondisiku .