One year Latter
Seperti biasa pagi-pagi disibukkan dengan aktivitas memutar otak untuk mengedit bebrapa draf pekerjaan kantor asingku dan harus menghadapi anak-anak hebat di sekolah.
“Assalamu’alaikum bu guru?” Tanya Alif,muridku.
“Wa’alaikum salam.”
“Ko, bu guru mukanya pucat, lagi sakit bukan.”
Masya Allah, benarkah yang dikatakan Alif, Alif memang peka bukan hanya kepadaku tapi kepada semua sahabatnya,meski masih kelas 2 SD tapi hatinya luar biasa. Aku memang beberapa malam ini tidurnya tidak terkontrol karena tugas kuliah yang yang menumpuk hingga tidur larut bahkan bebebrapa hari tidak tidur ,membuat RPP untuk aku mengajar, hingga mengharuskanku bekerja ekstra, dan bisa dipastikan ya beginilah hasilnya. Alif berlalu dariku dan aku seperti biasa pulang paling belakangaan daripada guru yang lain.
“Kenapa motornya bu guru?” Mengagetkanku suara yang sudah tak Asing di telingaku. Pak Andra.
“Iya pak, dari tadi dah di starter tapi ga mau..., mau… nih Pak.”
“Boleh lihat!” Lalu ia mengutak atik si Cooty yang biasanya bersahabat tapi tidak hari ini.
“Ini businya bu guru, inikan sudah siang bahkan hampir pukul 14.39 wib. Kalau bu guru tidak keberatan bawa saja motor saya, nanti sore saya antarkan motornya kerumah ibu.”
WHAT...!!!, Aduh gimana ya galau nih tingkast provinsi. Kalau engga di bawa tuh motor si bapak pasti telat lesnya, kalo di bawa kasihan juga dia dorong si Cooty, bengkel jauh dari sekolahku. Duuuh…..gimana ya.