Jaman dulu, nama ningrat tidak sama kedengarannya  dengan masa kini. Bukannya terdengar regal dan puitis, justru para kaum bangsawan menyandang nama-nama hewan. Contohnya? Ada Kebo Kenanga, Gajah Mada dan Hayam Wuruk.
Mengenal Asal Usul Nama Ningrat
Hari  ini, hampir bisa dipastikan tidak  ada orang tua yang tega menamai  anaknya kebo. Tetapi beberapa abad ke  belakang, jika nama Anda kebo,  maka sudah pasti Anda berpangkat. Atau  bahkan berdarah ningrat.
Kurang  lebihnya pada sekitar abad 12-13  Masehi, nenek moyang kita menunjukkan  status sosialnya dengan menyandang  nama satwa. Dari jaman kerajaan  Majapahit, misalnya, kita mengenal nama  Hayam Wuruk dan Gajah Mada.  Satu adalah seorang raja, satu lagi adalah  patih terhebatnya.
Gajah Mada menggunakan nama gajah, sedangkan Hayam Wuruk menggunakan nama ayam.  Kata hayam ini sendiri berarti ayam dalam Bahasa Sansekerta, yang  kemudian diserap masuk ke dalam bahasa setempat di Nusantara.
Selain  Gajah Mada dan Hayam Wuruk, ada  juga Kebo Ijo. Menurut cerita, si Kebo  Ijo ini adalah orang yang  dikambinghitamkan Ken Arok ketika Tunggul  Ametung terbunuh. Ada lagi  Kebo Mundarang, yang disebut sebagai menteri  kerajaan Kediri dalam  History of Java.
Kebo lain yang tercatat  dalam sejarah  adalah Kebo Kenanga, Kebo Kanigara dan Kebo Amiluhur.  Tiga-tiganya masih  keturunan Majapahit dari raja terakhir, Prabu  Brawijaya V. Kebo Kenanga sendiri kemudian dikenal juga sebagai Ki Ageng Pengging.
Variasi  lain dari nama kebo yang banyak  dipakai adalah mahesa/ maisa, rangga  dan punggawa. Nama munding dalam  Bahasa Sunda juga bermakna kerbau.  Sehingga bisa dibilang metode  penamaan ini tidak hanya berlaku untuk  kalangan ningrat Jawa saja.
Rangga artinya kijang, biasa disandang  oleh para perwira tingkat bawah. Adapun punggawa artinya banteng  jantan,  biasa disandang oleh perwira tingkat tinggi.
Terjemahan Nama Ningrat Hayam Wuruk dan Gajah Mada
Berdasarkan kamus A Dictionary of the Sunda Language of Java (1862), mada artinya birahi atau kenikmatan. Jadi makna harfiah Gajah Mada adalah  birahi gajah. Sedangkan Hayam Wuruk memiliki arti ayam yang cerdas.
Memang,  bila didasarkan pada Pararaton  dan Nagarakretagama, Hayam Wuruk  digambarkan sebagai pemuda yang tampan,  cerdas dan berbakat. Ia  menguasai ilmu bela diri, memanah, anggar, ilmu  politik, seni dan musik  sekaligus. Ketika dinobatkan sebagai raja pada  tahun 1350, gelar  resminya adalah Rajasanagara. Namun dalam sejarah ia  tetap lebih luas  dikenal sebagai Hayam Wuruk, si ayam jantan yang  perkasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H