Mohon tunggu...
Dewi Sundari
Dewi Sundari Mohon Tunggu... Konsultan - Praktisi Kejawen

http://www.dewisundari.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Sejarah Kebaya & Filosofinya

3 Juni 2017   08:32 Diperbarui: 3 Juni 2017   09:02 8221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah kebaya sudah selayaknya dipelajari. Paling tidak untuk memahami, apa sebenarnya makna kebaya yang merupakan salah satu busana adat tanah air ini.

Sejarah Kebaya – Apa Itu Kebaya?

Kebaya merupakan jenis busana tradisional yang dipakai kalangan perempuan Jawa. Jogja dan Solo, pada khususnya. Pemakaian kebaya biasanya dilengkapi dengan kemben, kain tapin pinjung dan stagen.

Baik para bangsawan maupun rakyat biasa mengenakan kebaya, entah itu untuk kegiatan sehari-hari atau untuk keperluan upacara adat. Seorang perempuan keraton, misalnya, mengenakan kebaya dengan peniti renteng yang dipadu kain sinjang atau jarik batik. Rambutnya digelung sanggul dan mengenakan berbagai perhiasan seperti subang (anting), cincin, kalung, gelang dan kipas tangan.

Sedangkan untuk pakaian sehari-hari, wanita Jawa umumnya memakai kemben yang dipadu dengan stagen dan kain jarik. Kemben ini menutupi dada, ketiak dan punggung. Sedangkan stagen dililitkan pada bagian perut untuk mengikat tapihan pinjung agar tidak mudah lepas.

Kebaya Di Luar Jawa

Secara tradisional, kebaya tidak hanya dikenal di Jawa saja. Secara umum jenis pakaian daerah ini sudah diterima di seluruh Nusantara, bahkan di Malaysia. Asal nama ‘kebaya’ sendiri berasal dari kata ‘abaya’ yang bermakna pakaian dalam Bahasa Arab.

Diyakini, bahwa kebaya berasal dari Tiongkok ratusan tahun silam. Baru kemudian menyebar ke Malaka, Jawa, Bali, Sumatra dan Sulawesi. Setelah proses penyerapan budaya yang berlangsung selama berabad-abad, kebaya kemudian diterima sebagai norma setempat.

Tadinya, di Jawa hanya wanita bangsawan yang mengenakan kebaya. Tetapi kemudian, bahkan para wanita Eropa pun turut mengenakannya sebagai pakaian resmi. Hal ini terjadi pada masa pendudukan Belanda di tanah air. Dari situ, bahan pembuatan kebaya berubah, yang awalnya hanya menggunakan tenunan mori menjadi berbahan sutra dengan sulaman warna-warni.

Kebaya sangat lekat dengan daerah Jawa Tengah, meskipun sebenarnya daerah lain memiliki model kebayanya masing-masing. Kebaya khas Jawa Tengah ini biasanya berbahan beludru hitam, brokat atau nilon.

Belakangan ini kebaya panjang banyak dipakai untuk upacara perkawinan, dengan bahan kain beludru hitam atau merah tua. Hiasannya berupa pita emas yang terjahit di pinggir baju. Busana ini dilengkapi dengan wiron (kain jarik batik yang berlipat), tetapi lazimnya tidak menggunakan selendang. Untuk sanggul, dihias dengan untaian bunga melati dan konde emas. Sedangkan perhiasan yang dikenakan antara lain adalah sisir setengah lingkaran yang disematkan di pusat kepala.

Bila kita melihat kebaya R.A. Kartini, maka seperti itulah kurang lebihnya kebaya khas Jawa Tengah. Dibuat dari bahan katun, baik polos maupun berwana. Atau bisa juga berbahan brokat sulam bunga. Lalu dilengkapi stagen sebagai ikat pinggang. Kadang, ada tambahan bahan berbentuk persegi panjang di bagian depan yang berfungsi sebagai penyambung. Istilah untuk menyebut bagian penyambung ini adalah kuthubaru.

Mengenal Filosofi Kebaya

Filosofi kebaya mengandung nilai-nilai kehidupan yang lebih dari sekedar kebutuhan berbusana saja. Bentuknya yang sederhana mewakili wujud kesederhanaan masyarakat Nusantara. Desainnya yang membebat tentu menjadikan wanita sukar bergerak cepat. Karena memang perempuan pada masanya diharapkan untuk bersikap halus, lemah lembut, gemulai dan patuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun