Mohon tunggu...
Dewi Sulfiana
Dewi Sulfiana Mohon Tunggu... -

just an ordinary girl..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

`Pendidikan`Sekolah Dasar di Papua

23 November 2013   07:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:47 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-Pembelajaran berpusat pada siswa/ peserta didik.

-Memperhatikan siswa berinteraksi, berargumen, berdebat, dan berkolaborasi

-Guru menjadi fasilitator

2

-Factual, pembelajaran satu arah

-Guru mengajari siswa

-Pembelajaran interaktif

-Guru berusaha membuat kelas semenarik mungkin dengan menggunakan pendekatan tematik integratif, sains, kontekstual yang terencan.

3

-Penerapan pembelajaran menggunakan modal isolasi.

-Guru berpedoman pada buku pengajaran

-Pembelajaran konteks terjaring (lintas terpadu) dari mana saja

4

-Modal pembelajaran siswa pasif

-Siswa mendengarkan informasi dari guru

-Guru memfasilitasi siswa agar aktif dalam cara merumuskan berbagai pertanyaan yang ingin mereka cari jawabanya

Di harapkan pada akhirnya nanti setelah uji coba pelaksanaankurikulum 2013 ini di SD (sekolah dasar)Papua Distrik Sorong Barat Pemerintah Kota Sorong, akan ada dan bahkan terjadi perubahan pola pikir dan strategi dari kurikulum lama (2006) ke kurikulum baru (2013) yangmeliputi :

1.SKL (Standar Kompetensi Lulusan)

2.KI (Kopetensi Inti)

3.KD (Kompetensi Dasar) , dengan berbagai pendekatan dan strategi inplementasikurikulu 2013

4.Dapat tersusunya analisis materi ajar

5.Tersusunya rancangan modal pembelajaran sesuai jenjangdan tingkat pendidikanpeserta didik

6.Tersusunya perangkat implementasi pengelolaan pembelajaran tematik integratif.

Keterpurukan mutu dan kualitas dan kuantitas pendidikan di Papua yang tak pernah terselesaikan ini tidak terlepas dari mutu tenaga pengajar yang ada. Selain itu, persoalan geografis, fasilitas, kesejahteraan guru, kesesuaikan kurikulum dengan budaya dan lingkungan hidup Papua, penanganan yang kurang mapang atau kurang becus dari pemerintah dan keseriusan pemerintah daerah dan banyak persoalan lainya menjadi masalah klasik yang tak pernah terselesaikan.

Secara khusus kompetensi (Mutu dan Profesionalisme) seorang guru di tanah Papua sungguh juga menjadi suatu factor utama ketertinggalan pendidikan. Selama ini, pihak-pihak yang peduli dengan pendidikan Papua masih berpikir fasilitas dan tenaga pendidik. Perhatian dan peningkatan kompetensi tenaga pengajar masih belum begitu terlihat. Sebenarnya, tenaga pengajar harus memahami bagaimana merencanakan pembelajaran (model, metode, dan media, Infotaiment), proses pembelajaran dan sampai pada tahap evaluasi adalah hal yang perlu dilakukan seorang guru (pengajar). Karena memang berbicara mengenai peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di tanah Papua tidak terlepas dari kompetensi tenaga pengajar. Penanganan pendidikan yang bagus dari pemerintah, fasilitas yang memadai, kesejahteraan guru cukup, serta kurikulum yang berbasis budaya dan lingkungan Papua, nampaknya belum cukup menjawab persoalan mutu dan profesionalisme pendidikan di Papua. Sebenarnya, persoalan utama keterpurukan pendidikan di tanah Papua tidak terlepas dari profesionalisme tenaga pengajar.

Untuk itu, peningkatan kompetensi mutu dan profesionalisme tenaga pengajar merupakan satu aspek penting yang harus juga mendapat bagian dalam penanganan pendidikan di tanah Papua.

Saya pun sangat berterimaksih dengan pemerintah, karena adanaya BOS (Bantuan operasional Sekolah) di papua ini, Orang-orang papua yang tidak mampu atau mempunyai latar belakang ekonomi yang kurang bagus, bisa dapat bersekolah danm mendapatkan ilmu pendidikan dengan sebagaimana mestinya.

*Sampai sini saja penjelasan saya tentang Pendidikan Sekolah Dasar di Papua. Semoga bermanfaat bagi yang membacanya…. :D

Profil Singkat Penulis

Dewi Sulfiana, lahir pada tanggal 08 desember 1992 di Sorong, Papua Barat. Orang tuanya berasal dari Bugis . Ayahnya dari Bgis Maros, sedangkan ibunya berasal dari Bugis Bone. Kedua orang tuanya bertransmigrasi dari Makassar ke Papua sejak tahun 1950. Pendidikan dasar hingga perguruan tinggi ditempuh di tanah kelahirannya. Saat ini sedang menempuh kuliah SI semester VII di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Muhammadiyah Sorong, Papua Barat.

Banyak kegiatan yang telah digeluti, mulai dari kegiatan di dalam sekolah dan kampus hingga kegiatan di luar sekolah dan kampus, beberapa diantaranya yakni mengikuti kegiatan PMR dan PRAMUKA sewaktu SMP. sosialisasi UUD 1945 dan TAP MPR RI dan Drumband sewaktu SMA, kemudian mengikuti beberapa kegiatan dikampus, seperti SENAT, BEM, dan Sosialisasi lainnya. Ia juga pernah terlibat menjadi pelatih dancer sewaktu SMA.

Di sela-sela kesibukan kuliah dan kegiatan mengajarnya, ia juga aktif dalam organisasi lain, seperti HMI (himpunam mahasiswa Islam) dan IKAMI(ikatan mahasiswa sulawesi selatan). Menari, menyanyi dan bermain musik adalah hobinya sejak kecil. Ia juga suka berolahraga, terutama badminton. Ia sangat tertarik untuk belajar bahasa korea dan bercita-cita untuk bisa pergi dan kuliah di luar negeri.

Motto hidupnya adalah “Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah”.

Email penulis ewie_bhenk@yahoo.com atau dewibgd@ymail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun