Mohon tunggu...
Dewi Sawitri
Dewi Sawitri Mohon Tunggu... Guru - Saya seoraang guru SD

Saya memiliki hobi menulis,namun sering terbengkalai tulisan saya. Saya suka dunia anak- anak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memahami Perbedaan Cross Learning dan Cross Teaching

14 Mei 2024   12:35 Diperbarui: 14 Mei 2024   12:44 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan KKG Gugus Among Siswo sebagai Wadah Implementasi Cross Teaching (Dok. pribadi)

Misalnya, seorang guru kelas 2 yang berhasil menggunakan metode bermain peran untuk mengajarkan konsep pembagian, dapat membagikan pengalamannya kepada rekan-rekan guru lain di kelompok kerja. Guru tersebut dapat menjelaskan langkah-langkah, alat peraga, dan aktivitas yang digunakan dalam metode ini.

2. Kunjungan Kelas Antar Guru
Sekolah dapat mengatur jadwal kunjungan kelas di mana guru-guru dapat mengamati rekan-rekan mereka mengajar di kelas. Setelah kunjungan, guru-guru dapat berdiskusi, memberikan umpan balik, dan berbagi strategi atau teknik pengajaran yang mereka amati.

Misalnya, seorang guru kelas 5 yang terampil dalam mengelola kelas dengan siswa yang aktif dapat mengundang rekan-rekan guru lain untuk mengamati cara beliau menerapkan teknik manajemen kelas tersebut.

Contoh Pelaksanaan Cross Learning (CL) di Sekolah Dasar:

1. Proyek Kelompok Lintas Kelas
Sekolah dapat menginisiasi proyek kolaboratif yang melibatkan siswa dari kelas yang berbeda. Misalnya, dalam proyek tentang lingkungan hidup, siswa kelas 3 dapat mempelajari tentang daur ulang, sementara siswa kelas 5 mempelajari tentang pengelolaan sampah. Kemudian, siswa dari kedua kelas ini dapat berbagi pengetahuan dan informasi yang mereka pelajari melalui presentasi atau diskusi kelompok.

2. Buddy Reading (Teman Membaca)
Program buddy reading dapat dilakukan dengan menggabungkan siswa kelas rendah dengan siswa kelas tinggi. Siswa kelas tinggi dapat berperan sebagai mentor dan membantu siswa kelas rendah dalam kegiatan membaca, seperti membacakan buku atau mendiskusikan isi cerita. Siswa kelas rendah dapat belajar dari penjelasan dan bantuan yang diberikan oleh teman-teman mereka yang lebih tua.

3. Peer Tutoring (Tutor Sebaya)
Dalam peer tutoring, siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam suatu mata pelajaran dapat berperan sebagai tutor bagi teman-teman mereka yang mengalami kesulitan. Misalnya, seorang siswa kelas 4 yang mahir dalam operasi perkalian dapat membantu siswa kelas 3 yang masih belajar perkalian melalui sesi bimbingan atau penjelasan antar teman.

Baik cross teaching maupun cross learning dapat diterapkan di lingkungan sekolah dasar dengan menyesuaikan kegiatan dan materinya dengan usia dan tingkat perkembangan siswa. Pendekatan ini membantu menciptakan lingkungan belajar yang kolaboratif, di mana guru dan siswa saling belajar, berbagi pengetahuan, dan mendukung pertumbuhan satu sama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun