Mohon tunggu...
Dewi Roso Wulan
Dewi Roso Wulan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Provide some stories and opinions.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jauh dari Kampung Halaman, Bagaimana Kesepian bagi Mahasiswa Rantau Mempengaruhi Kesehatan Mental Mereka?

16 Mei 2024   15:10 Diperbarui: 16 Mei 2024   15:26 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Mayoritas mahasiswa di Indonesia yang memilih untuk melanjutkan pendidikan mereka di luar daerah tempat tinggalnya, bahkan di luar pulau tempat tinggalnya dan biasa disebut mahasiswa rantau. Beberapa alasan mereka untuk menjadi mahasiswa rantau adalah menggali potensi diri dengan mencoba hal baru di luar “zona nyaman”. Meninggalkan kampung halaman untuk menuntut ilmu, mengejar impian, dan hidup mandiri merupakan pengalaman yang penuh tantangan. Dibalik tekad kuatnya, beberapa dari mereka justru mengalami tekanan emosional dan hambatan-hambatan dimana hal tersebut berhubungan dengan kesehatan mental mereka.

          Seringkali, mahasiswa rantau merasa kesepian karena terpisah dari keluarga dan teman-teman dekatnya. Dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, mencari teman baru, serta menghadapi tekanan akademik saat mulai menginjak bangku kuliah menjadi salah satu faktor mahasiswa mengalami stres dan berpengaruh terhadap kesehatan mental mereka. Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat berdampak negatif. Kesepian yang berkepanjangan dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental, seperti gangguan tidur, penurunan sistem kekebalan tubuh, peningkatan risiko stres, kecemasan, hingga depresi.

          Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesepian mahasiswa rantau. Salah satunya adalah faktor geografis yang memisahkan mereka dari keluarga dan teman terdekat. Rendahnya dukungan sosial di lingkungan baru dan sulitnya beradaptasi juga dapat meningkatkan tingkat apatisme. Selain itu, tuntutan kuliah yang tinggi, ditambah dengan masalah keuangan, dapat menambah beban psikologis mahasiswa rantau.

          Untuk mengatasi tekanan emosional dan meningkatkan kesehatan mental, terdapat beberapa tips yang dapat diterapkan nih! Mahasiswa rantau dapat mencari jaringan sosial baru di lingkungan sekitar yang nyaman tentunya. Seperti mengikuti himpunan mahasiswa ataupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sesuai passion sehingga dapat memberikan semangat dan energi positif dalam menjalaninya. Menyisihkan waktu bersama teman terdekat juga dapat membantu meningkatkan kesehatan mental. Ajak teman terdekat untuk quality time melakukan hal-hal yang menyenangkan sebagai upaya refreshing ketika merasa kesepian. Yang tidak kalah penting, mahasiswa rantau harus tetap terhubung dengan keluarga dan teman-teman terdekat kampung halaman. Penggunaan media sosial sangat penting untuk menjaga hubungan agar tidak terputus. Saling berbagi cerita dapat menjadi self healing sekaligus obat rindu terhadap kampung halaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun