Mohon tunggu...
Dew
Dew Mohon Tunggu... Lainnya - Orang biasa.

Halo!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Santa Ana Bukan "Biang Kerok" Kebakaran di Los Angeles

14 Januari 2025   01:26 Diperbarui: 14 Januari 2025   05:26 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo, selamat malam.

Sebelumnya turut berduka cita atas bencana alam yang terjadi di Los Angeles, semoga korban diberikan ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi peristiwa ini.

Kebakaran yang terjadi pada 7 Januari 2025 ini seketika menjadi pusat perhatian bagi masyarakat dunia. Kita tentu saja iba, sedih, dan barangkali tak sanggup membayangkan apa jadinya jika hal tersebut menimpa diri kita.

Kita yang menyaksikan informasi-informasi melalui media, hanya mampu berempati dan berharap bencana ini dapat segera berlalu, dan masyarakat yang terdampak segera pulih dari trauma maupun dampak fisik dan materi.

Dalam beberapa hari terakhir, media menjadi bagian yang luar biasa berperan penting dalam peristiwa ini. Melalui media, penyebaran informasi dapat terjadi secara massif, sehingga masyarakat dan pemerintah dapat segera mengambil tindakan atas peristiwa yang terjadi.

Karenanya, apresiasi yang setinggi-tingginya bagi media dan tak lupa bagi petugas-petugas yang terlibat dalam penanganan kebakaran.

Hari ini, barangkali mata masyarakat dunia masih menaruh perhatian dan mencari tahu apa dan bagaimana penanganannya, dampak sosial maupun ekonominya, serta menaruh pertanyaan bagaimana LA dapat pulih kembali dalam berbagai aspek kehidupan.

Media pun tentu menyediakan informasi-informasi yang relevan dengan hal-hal tersebut. Ada yang membahas fenomena ini dari sisi lingkungan, perilaku masyarakat, sosial, ekonomi, hingga agama.

Apapun itu, tentu akan menjadi wawasan bagi masyarakat luas selama berita yang disebarkan memiliki dasar yang kuat.

Sebagaimana yang diberitakan, penyebab terjadinya kebakaran ini adalah udara yang semakin panas serta angin kencang yang kerap kali terjadi di wilayah tersebut.

Beberapa sumber menyatakan hal ini terjadi akibat pemanasan global, atau yang sering kita sebut global warming.

Tentu saja hal ini tidak hanya berlaku bagi Los Angeles, sebab global warming sedang terjadi di seluruh bagian bumi.

Udara yang semakin panas, es di kutub yang mencair perlahan, perubahan cuaca yang tidak menentu, musim yang mengalami pergeseran waktu, dan lain sebagainya.

Hal tersebut adalah tanda-tanda dari global warming. Sementara kita luput dari apa yang menjadi penyebab terjadinya global warming itu sendiri --polusi udara yang semakin meningkat, pembuangan limbah berbahaya yang sembarangan, sampah-sampah yang berserak, ketidakbijaksanaan penggunaan listrik, penebangan hutan liar.

Sehingga sepatutnya peristiwa yang menimpa Los Angeles juga menjadi peringatan keras bagi masyarakat "penghuni bumi" secara luas untuk lebih memperhatikan lingkungan dan menjaga perilaku agar tidak berdampak pada perusakan lingkungan.

Yang seharusnya hal-hal tersebut dapat kita minimalisasi dengan peran kita sebagai masyarakat melalui perilaku-perilaku kecil dan sederhana, mengikuti aturan, norma sosial, budaya, dan aturan yang dibuat pemerintah.

Pengusaha dengan mengikuti aturan yang ditetapkan untuk menjaga lingkungan, tak ada "main belakang", memanipulasi hasil analisi dampak lingkungan, suap pada pejabat untuk meloloskan proyek yang tak layak bagi lingkungan.

Serta pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang bukan hanya dibuat, tapi juga diterapkan dengan tegas.

Namun sayangnya, tagar global warming justru tak menjadi sorotan. Padahal seharusnya peristiwa ini juga menjadi momen bagi kita untuk benar-benar berkomitmen untuk mengurangi dampak global warming.

Amat disayangkan jika tajuk yang seharusnya menyoroti perilaku manusia, namun justru menyebut angin sebagai "biang kerok" dari bencana yang terjadi.

Mengkambing hitamkan alam, padahal kitalah yang membuat kerusakan. Biang keroknya adalah kita. Manusia.


Dapat dipahami jika tajuk tersebut barangkali ditulis untuk memancing pembaca, namun bagi masyarakat yang terbiasa membaca lalu "ya sudah lah", apa jadinya?

Penulis yakin, kita semua sepakat bahwa peristiwa ini harus menjadi bahan introspeksi semua pihak. Sehingga pemilihan kata yang bijaksana juga penting untuk membawa perubahan yang barangkali "kecil" namun konstruktif untuk masa yang akan datang.

Sekali lagi, terimakasih kepada media dengan segala perjuangannya menyuguhkan informasi-informasi yang akurat dan cepat dengan isi yang berbobot.

Kita semua berharap informasi-informasi tersebut dapat sampai kepada khalayak ramai, dibaca setiap orang dan menjadi wawasan baru sekaligus pelajaran.

***

Sekian. Terimakasih kepada yang setia membaca. Selamat malam. Sehat selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun