Januari, tiga puluh satu hari yang mengandung banyak rasa.
Setelah dijalani, ternyata ada hal-hal yang perlu dibenahi.
Pokoknya ada tiga, yaitu pekerjaan, hubungan dengan diri sendiri, dan hubungan sosial. Meski terkesan sendiri-sendiri, ketiganya berkaitan erat, terutama menyangkut waktu.
Januari ini dimulai dengan kegembiraan tahun baru yang dilewatkan bersama sahabat dan kerabat. 30 Desember, 31 Desember, 1 Januari, 2 Januari… menyenangkan bisa menutup dan memulai tahun dengan orang-orang yang kehadirannya saja adalah berkah.
Beranjak dari kegembiraan itu, masuklah kepada fase pak-pik-puk dengan pekerjaan, berkejaran dengan deadline. Lalu dalam fase itu, ada lelah yang tak sabar menjadi bagian dari Januari (yang sudah pasti ada sebabnya). Hingga akhirnya, pekerjaan terganggu, deadline harus terpaksa dialihkan, rencana lain harus terpaksa dilewatkan.
Dari cerita singkat tersebut, ada beberapa hal yang bisa dijabarkan.
#1 Dalam hal pekerjaan.
Setelah melihat kembali list pekerjaan selama 31 hari penuh, ada beberapa catatan yang akhirnya penting untuk dibenahi dan diterapkan selama Februari.
Pertama, peningkatan efisiensi kerja.
Jika berkaca kembali pada beberapa bulan lalu, terutama di awal memulai pekerjaan ini, dalam satu hari 3 tugas bisa terselesaikan dengan baik. Sementara pada Januari kemarin, tanggal-tanggal dengan 2 ceklis bahkan jarang sekali dijumpai.
Kedua, efisiensi biaya.
Biasanya setelah menyelesaikan satu pekerjaan, rasanya ingin segera menunjukkan hasilnya kepada pelanggan. Masalah jarak dan waktu tempuh, terkadang jarang sekali diperhatikan. Hal ini menyebabkan biaya akomodasi jadi membengkak, padahal masih bisa menunggu pekerjaan lainnya selesai agar bisa jalan sekaligus dan menghemat biaya.
Selain itu, dengan kebiasaan yang demikian bukan hanya pengeluaran yang membengkak, namun waktu pun jadi terbuang percuma. Sementara jarak tempuh tidak dekat, waktu yang diperlukan dalam satu perjalanan tidak sedikit. Belum lagi rasa lelah selama perjalanan yang pada akhirnya bisa mempengaruhi produktivitas.
Ketiga, mengurangi distraksi dari luar pekerjaan.
Salah satu kendala bagi pekerja rumahan adalah distraksi-distraksi yang terasa bukan apa-apa, namun membuat kita mau tak mau harus membagi konsentrasi.
Semisal, adanya permintaan-permintaan kecil dari orang-orang sekitar, gangguan-gangguan kecil dari binatang peliharaan, ataupun distraksi yang datangnya dari diri sendiri, seperti munculnya ide-ide impulsif yang serasa harus dikerjakan segera sehingga pekerjaan utama justru tertunda, dan sebagainya.
Keempat, penegasan jam kerja.
Secara pribadi, waktu terbaik untuk bekerja adalah jam 6 pagi hingga 10 pagi, disambung kemudian jam 2 siang hingga jam 4 sore.
(semoga bisa lebih ditegaskan dan diaplikasikan).
#2 Hubungan dengan diri sendiri
Setelah melihat gambaran keseluruhan selama 31 hari, ada beberapa hal yang perlu ditegaskan ulang. Bahwa keberlanjutan, bergantung pada kesehatan dan keyakinan yang menjalankan.
Pertama, kesehatan.
Terkadang ketika pesanan sedang ramai, rasanya makan tak perlu, cukup kopi dan kopi saja, yang penting pesanan selesai. Tetapi pada kenyataannya justru fokus menurun ketika asupan gizi berkurang, padahal hanya butuh waktu 10 menit untuk makan.
Kedua, keyakinan.
Menanamkan keyakinan kembali pada pekerjaan yang sedang dijalani barangkali adalah kunci keberlanjutan usaha. Bukan yakin, “pasti bisa”, karena keyakinan yang satu ini sudah mengakar dalam, tetapi keyakinan bahwa saat ini, inilah pekerjaan utamanya. Maka fokus utamanya harus berada pada pekerjaan ini.
#3 Hubungan sosial
Seandainya bisa berada di dua tempat sekaligus……
Mengembalikan intensitas pertemuan dengan sahabat dan kerabat adalah salah satu tujuan yang ingin dicapai sejak tahun lalu. Setidaknya ada 4 pertemuan dalam sebulan, tetapi ternyata agak sulit diterapkan karena keterbatasan manusia. Jadi, untuk Februari harapannya tak banyak, semoga minimal bisa bertemu dengan kawan-kawan lama (atau baru), 2 pertemuan saja di bulan ini. Kalau ternyata ada waktu lebih dan bisa bertemu lebih dari yang diharapkan, Alhamdulillah.
Selamat Tahun Baru 2024, Kompasioner!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H