Ingatkah kita berapa kali kita pernah menerobos antrean? Atau, berapa kali kita melobi petugas registrasi untuk mendahulukan kita karena merasa punya urusan mendesak? Atau bagaimana kita memandang orang tertentu lebih perlu disegerakan dibandingkan dengan yang lainnya.
Terkadang, mungkin pernah juga menyepelekan apa yang dikerjakan petugas di balik meja registrasi. Seperti ketika menunggu antrian obat, misalnya.Â
"Petugasnya kok lama banget, ya. Ngapain aja sih di dalam?" Tanpa tahu apa yang sebenarnya sedang dikerjakan si petugas.
Atau ingatkah kita seringkali ditanyai begini oleh petugas registrasi di fasilitas kesehatan, "Pernah berobat kesini sebelumnya?" Padahal pernah, tetapi karena lupa di mana menyimpan kartu berobat, maka akhirnya memutuskan untuk mengatakan, "belum".
Kemudian pikiran kita pun akan mencari alasan pendukung yang membenarkan jawaban tersebut, "membuat satu lagi kartu pendaftaran baru sepertinya bukan hal yang merepotkan."
Kalau boleh menerka, fungsi dari menanyakan hal tersebut adalah untuk memudahkan dokter mengetahui riwayat medis pasien. Tetapi saya ingin menarik fungsinya lebih jauh lagi. Sebab saya kira taat prosedur merupakan sebuah tantangan bersama yang gampang-gampang susah.Â
Begitu-begitu saja, sih, tapi...
Mudah, sih, tapi... 'harusnya bisa dipermudah lagi'.
Kepentingan pencatatan data registrasi bukan sekedar prosedur yang perlu dilalui supaya kita dapat segera memperoleh fasilitas tertentu. Tetapi juga sebagai bahan evaluasi yang pada akhirnya akan kembali kepada kita sebagai pengguna layanan atau produk.
Kalau kita gunakan contoh pada fasilitas kesehatan kembali, maka datanya bisa digunakan untuk mengevaluasi jumlah pasien misal dalam satu tahun, apa saja penyakit yang diderita pasien, kemudian evaluasinya bisa berupa peningkatan fasilitas pada poli tertentu yang mengalami peningkatan jumlah pasien.Â