Mohon tunggu...
Dew
Dew Mohon Tunggu... Lainnya - Orang biasa.

Halo!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bentuk-bentuk Self-Love. Mencintai Diri Sendiri juga Butuh Komitmen!

1 Agustus 2021   17:22 Diperbarui: 19 Februari 2022   09:25 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi self love by freepik

Pertambahan usia adalah salah satu hal yang selalu terasa challenging juga menakutkan di saat yang bersamaan, setidaknya bagi saya pribadi. Karena itu saya pikir penting juga untuk bertanya kepada yang lebih berpengalaman tentang bagaimana mereka melalui perjalanannya, syukur-syukur bisa dapat tips and triknya. Terutama mengenai bagaimana cara mengatasi rintangan-rintangan kecil dalam perjalanannya. Entah kenapa bagi saya justru rintangan-rintangan yang tampak kecillah yang justru memberatkan langkah.

Dari percakapan yang terjadi dengan seorang teman, ada beberapa poin yang ia bagikan perihal bagaimana caranya menjalani hidup dan mengatasi rintangan-rintangan kecil dalam perjalanannya. Poin-poinnya tak jauh berbeda dari yang seringkali didengar dan dibaca. Tips dan trik yang umum namun gampang-gampang susah untuk diterapkan, sebab perlu konsistensi dan komitmen untuk menerapkannya. Utamanya adalah mencintai diri sendiri, dan berikut adalah bentuk-bentuk mencintai diri sendiri yang ia bagikan.

1. Gratitude

Sejak awal percakapan, kata gratitude adalah salah satu kata yang sering diucapkannya, kebanyakan untuk mengingatkan dirinya sendiri. Sebagai contoh, karena berada dalam zona waktu yang berbeda, maka cukup sulit untuk menemukan waktu luang di saat yang bersamaan, pada akhirnya harus saling menyesuaikan waktu sama lain.

Memang sulit menyesuaikan hal tersebut, tetapi selama masih bisa menemukan waktu untuk berbincang, itu saja sudah sangat patut disyukuri menurutnya.

Gratitude baginya, juga adalah menerima dengan lapang dan melihat sesuatu dari sisi positifnya. Salah satu tulisan karya Pak Irwan Rinaldi Sikumbang yang berjudul Bersyukur Ketika Dapat Musibah, Bersabar Ketika Dapat Anugerah juga menjadi topik perbincangan kami.

Syukur dalam susah, serta sabar dalam suka.

Terkadang karena sibuk merasa kurang, pada akhirnya kita malah kesulitan mencari solusi. Pada akhirnya energi yang seharusnya bisa digunakan untuk mengatasi masalah, malah habis dimakan emosi negatif yang berlarut-larut. Makanya, bersyukur dengan apa yang kita punya menjadi penting, agar fokus bisa kembali.

Lalu apa gunanya sabar dalam suka? Buat saya secara pribadi, terkadang perasaan suka atau senang bisa menyilaukan. Lalu dalam keadaan silau, kita bisa saja salah langkah. Makanya keadaan suka juga perlu disikapi dengan sabar, mawas diri.

Menurutnya, hal utama dari mencintai diri sendiri adalah bersyukur dan tidak memperumit diri dengan memikirkan hal-hal yang tidak perlu.

2. Percaya Diri

Bagi beberapa orang, percaya diri terkadang perlu alasan. Misalnya saja, jam tangan keberuntungan, atau pujian, atau bisa juga nilai dan kepercayaan tertentu yang ditanamkan dalam diri, agama misalnya.

Berbeda dengan pendapatnya, percaya diri tak perlu syarat. Siapa pun, berapa pun usianya, hidup harus dijalani dengan keyakinan, benar atau salah bisa didiskusikan belakangan.

3. Afirmasi Positif

Dalam keadaan tertentu, kita terkadang mengatakan hal-hal yang membuat diri kita semakin merasa terpuruk, tujuan awalnya mungkin untuk mengidentifikasi diri, sebetulnya kita sedang dalam kondisi seperti apa, tetapi kalimat-kalimat identifikasi tersebut justru malah mensugesti diri bahwa kita demikian, seperti kata, “saya tidak cukup layak.”, “saya tidak berani.”, “saya bukan orang yang baik.”, “saya tidak pandai menulis.”, dan seterusnya. Padahal tujuan awal dari identifikasi tersebut adalah menemukan solusi.

Sehingga dalam kondisi tersebut, jika kita belum mampu memberikan afirmasi yang positif terhadap diri kita, menguatkan diri sendiri dengan kata-kata yang baik dan menegaskan bahwa “saya mampu melalui ini.” atau “saya mampu berkomunikasi dengan efektif.”

Sebaiknya alihkan perhatian kita terhadap hal lain, melakukan kegiatan yang melibatkan gerak fisik adalah yang terbaik, jangan berfokus pada pikiran kita.

Atau jika kalimat-kalimat identifikasi tersebut tak terhindarkan, setidaknya kalimat-kalimat tersebut bisa sedikit dikoreksi seperti ini, “saya tidak cukup baik hari ini.” kata 'hari ini' menjadi kode yang memungkinkan kita untuk menjadi lebih baik di esok hari (kiat ini dikutip dari buku Being Happy karya Andrew Matthews).

4. Olahraga Pagi

Olahraga adalah salah satu bagian penting untuk memulai hari, hitung-hitung pemanasan sebelum menghadapi tantangan dari pagi sampai petang. Olahraga pagi hari, bisa lari atau jalan pagi selama 30 menit adalah caranya menyambut hari.

Dikutip dari Alodokter.com, paparan matahari pagi dan membiasakan diri berpikir positif, serta berolahraga, dapat meningkatkan kadar serotonin dalam tubuh yang dipercaya dapat menciptakan perasaan senang dan nyaman. Sehingga olahraga kecil di pagi hari baik diterapkan sebagai kegiatan pembuka dalam rangkaian upaya mencintai diri sendiri.

5. Meditasi

Yang satu ini adalah kunci dari ketenangan dan fokus kawan saya. Meluangkan waktu untuk tidak memikirkan apa-apa selama beberapa menit saja dalam sehari sebelum matahari terbit, bisa memberikan dampak luar biasa. Selain dampaknya menenangkan, meditasi juga dapat membantu meningkatkan fokus.

Bagi saya, memulai hari dengan ibadah, hanya fokus dan larut dalam percakapan dengan Tuhan adalah bentuk lain dari meditasi. Kalau mengutip dari Buku Sejenak Hening, istilahnya bermesraan dengan Tuhan.

6. Self-Acceptance

Dalam sebuah percakapan, terlontar kalimat “pujian itu sebaiknya diterima, aminkan saja.”. Kalimat tersebut mengingatkan tentang bagaimana saya menyikapi pujian selama ini. Ada pujian yang saya jawab dalam hati, “tidak seperti itu.” Ada juga pujian yang saya tolak mentah-mentah karena takut akan ekspektasi yang muncul setelahnya.

Beranjak dari situ, saya pun bertanya pada diri sendiri, “apa yang salah dengan pujian?”

Beberapa pujian mungkin hanya sebuah pengantar dalam percakapan, tetapi banyak juga pujian yang sungguh-sungguh disampaikan. Beberapa pujian mungkin bisa berarti harapan dan mengandung ekspektasi, tetapi beberapa pujian juga bisa jadi merupakan bentuk kepercayaan seseorang terhadap kita.

Bisa jadi cara kita menyikapi pujian mencerminkan bagaimana kita menerima diri kita sendiri. Menerima pujian artinya mengakui diri kita sendiri. Bukan untuk tujuan berbangga diri, tetapi pengingat bahwa kita mampu.

7. Berlatih

Terakhir, berlatih. Kunci dari segala bentuk self-love yang telah disebutkan.

Kalau kata orang cinta perlu perjuangan, maka mencintai diri sendiri juga demikian. Perlu komitmen untuk mewujudkan cinta tersebut. Kemudian, kalau sudah berkomitmen, maka perlu dibuktikan dengan konsistensi.

Bisa jadi poin ini adalah yang paling sulit di antara yang lainnya, karena untuk teratur membiasakan diri terkadang terhalang kerikil yang bisa menghentikan sejenak, namun niat hati ingin berhenti sejenak, karena kerikil berdatangan lagi dan lagi, pada akhirnya malah membuat kita keterusan berhenti.

Menjaga komitmen dan konsistensi memang tak pernah mudah. Kadang harus berhenti, libur, lalu mengulang. Resep dari kawan saya, yang saya yakin sangat umum kita dengar, untuk mempermudah proses berlatih tersebut, begaul dengan orang-orang yang punya kebiasaan serupa bisa membantu kita untuk lebih mudah terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan tersebut, dengan demikian kita bisa saling menularkan energi satu sama lain, sehingga komitmen dan konsistensi kita bisa terjaga.

***

Referensi:

Being Happy karya Andrew Matthews (2007)

Sejenak Hening karya Adjie Santosoputro (2013)

Artikel Bersyukur Ketika Dapat Musibah, Bersabar Ketika Dapat Anugerah

Alodokter.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun