Mohon tunggu...
Dewi Asrieyani
Dewi Asrieyani Mohon Tunggu... -

menulis alternatif merangkai isi pikiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Caleg, Capres, dan “Caper”

23 Januari 2014   11:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:33 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2014 bisa dikatakan sebagai panggung para caleg dan capres untuk unjuk kemampuan memikat hati rakyat. Bahkan di awal tahun saja, ribuan bahkan jutaan foto-foto atau spanduk para caleg dan capres sudah menyebar di hampir seluruh wilayah di Indonesia, yang sebenarnya juga tidak berarti banyak bagi masyarakat. Fenomena ini kemudian memunculkan stigma baru untuk para caleg dan capres bahwa hal-hal yang dilakukan tersebut tidak lain dan tidak bukan untuk “Caper” alias cari perhatian kepada masyarakat.

Tidak ada yang salah memang, tapi tindakan “Caper” di waktu-waktu memasuki panggung pemilihan seperti ini seakan menjadi perilaku yang terlalu dipaksakan dari para caleg dan capres demi mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat luas.

Semakin meningkatnya kepekaan untuk melihat fenomena seperti ini, sebenarnya justru memperkuat pemikiran masyarakat bahwa “entah darimana dan kemana saja para caleg dan capres selama ini dan mengapa hanya bermunculan di saat waktu pemilihan tiba?”. Karena tidak dapat dipungkiri memang perilaku pendekatan para caleg dan capres seolah hanya dapat dilihat dan dirasakan ketika waktu pemilihan tiba. Dan setelahnya, bisa dikatakan mereka pun kemudian menghilang membawa pergi suara yang berhasil di dapatkan.

Di saat seperti inilah sebenarnya para caleg dan capres bisa berkaca dan sadar akan keinginan masyarakat yang sebenarnya, bahwa yang diinginkan bukan sekedar janji manis dan perhatian sesaat melainkan bukti dari janji-janji manis tersebut yang terlanjur di umbar untuk kedepannya selama mereka menjabat sebagai WAKIL RAKYAT di kursi empuk pemerintahan.

Karena terlalu menyedihkan memang jika masyarakat selama ini hanya terus dijadikan bank suara untuk para caleg dan capres demi memuluskan langkah mereka merebut jabatan, dan setelahnya di lupakan dan bahkan di curi haknya melalui tindakan-tindakan tak terpuji. Seperti halnya korupsi yang kian menjadi budaya dan tren di kalangan elit politik tanpa memperhatikan jumlah rakyat miskin dan kelaparan di indonesia yang semakin memprihatinkan.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun