Mohon tunggu...
DEWI RETNA DITA
DEWI RETNA DITA Mohon Tunggu... Freelancer - Apa Adanya Saja

Orang biasa yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan dan Dinamika Rumah Tangga di Masa Covid-19

20 September 2020   01:59 Diperbarui: 20 September 2020   02:12 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perempuan memiliki peran ganda di tengah-tengah pandemik Covid-19, terutama bagi seorang ibu yang memiliki peran sebagai agen pendidik anak di rumah, memastikan kesehatan keluarga, dan memastikan ketahanan pangan keluarga, menyediakan makanan dengan gizi yang seimbang untuk keluarga.

Tentunya, hal ini menambah beban domestik perempuan ketika semua aktivitas yang biasanya dilakukan di luar dialihkan ke dalam rumah. Terutama untuk seorang ibu yang harus pintar mengelola stress dan kesehatan  karena beban yang kian bertambah tersebut.

Kegiatan `me time` perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan secara fisik maupun mental, hal itu bisa dilakukan dengan cara berolahraga setiap pagi sebelum memulai aktivitas di rumah. Yoga ataupun berlari pagi bisa menjadi alternative pilihan yang dapat diambil, selain itu mengkonsumsi suplemen, menjaga pola hidup, dapat membantu ketahanan daya tubuh.

Selain menjaga kesehatan badan agar tetap bugar, perempuan juga dituntut untuk dapat mengelola `dapur` keluarga.

Penerapan PSBB ( Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang mulai diberlakukan kembali oleh pemerintah minggu ini memaksa semua aktivitas harus dikerjakan di rumah.

Hal ini tidak dapat dipungkiri sedikit banyaknya  mengurangi pendapatan keluarga, disinilah peran ibu sangat diandalkan untuk menjaga cash flow keluarga agar dapat tetap berjalan. 

Di sisi lain, ketika perempuan dituntut untuk bisa mengatur kebutuhan domestik keluarga agar semuanya berjalan dengan semestinya, perempuan juga termasuk kaum yang paling rentan secara sosial dan ekonomi dalam masa pandemik ini.

Adanya kebijakan PSBB mengakibatkan pendapatan keluarga berkurang, menimbulkan kecemasan dan ketidakpastian, dan memicu KDRT, ditambah lagi adanya kebijakan Belajar dari Rumah (BdR) yang berarti melimpahkan tugas-tugas guru di sekolah kepada ibu di rumah.

Orang tua dihadapkan dengan kesulitan mendapatkan panduan yang cukup untuk mendampingi anaknya belajar ditambah lagi terbatasnya teknologi informasi yang dapat diakses.

Ketika pekerjaan domestik rumah tangga tinggi sementara asupan gizi perempuan terbatas maka perempuan rentan terkena Covid-19. 

Kajian Dinamika Perubahan di Dalam Rumah Tangga Selama Covid-19 yang dirilis oleh Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) April hingga Mei 2020,  menyoroti beban domestik perempuan yang tinggi di masa Covid-19.

Kajian ini dilakukan dengan sistem survei online (daring)  dengan responden yang tersebar  di 34 Provinsi di Indonesia, yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, Yogyakarta, Banten, dan Jawa Tengah.

Jumlah responden ini adalah 2285 yang didominasi dari perempuan yang tinggal di daerah Jawa dengan rentang usia 31-50 tahun, lulusan S1/Sederajat, penghasilan 2-5 juta rupiah, menikah-punya anak, dan pekerja penuh waktu di sektor formal serta tidak mempunyai anggota keluarga yang rentan.

Di dalam kajiannya, Komans Perempuan memfokuskan kepada tiga hal utama berdasarkan kerentanan perempuan:

1. Perubahan beban kerja di rumah tangga. Selama pandemik ini, 70 % responden perempuan menjawab bahwa pekerjaan rumah tangga seperti memasak dan menuci pakaian bertambah secara signifikan

2. KDRT selama masa pandemi Covid-19 kekerasan secara psikologis dan ekonomi, umumnya terjadi pada sektor informal (10,3 % responden)

3. pemenuhan akses yang tersedia, dan 4. kebijakan Belajar di Rumah dan Bekerja dari Rumah selama PSBB. 

Survei tersebut memperlihatkan hasil yang signifikan di mana masa pandemi covid 19 mendorong adanya perubahan beban kerja rumah tangga dan pengasuhan, pengeluaran cenderung bertambah, dan kecemasan akan kehilangan pekerjaan dan mengakses belajar yang optimal.

Selain itu, perempuan menghadapi dampak gender yang tidak berkesudahan, bahwa yang mendampingi anak-anak belajar haruslah perempuan, ditambah lagi perempuan dipaksa untuk mempelajari teknologi belajar online anaknya, kebutuhan hidup sehat dan bersih, serta pelayanan kebutuhan pangan dengan asupan gizi yang cukup selama Covid-19 sehingga memaksa perempuan memberikan waktu lebih untuk urusan domestik.

1 dari 3 responden menyatakan bahwa bertambahnya pekerjaan rumah tangga menyebabkan naiknya tingkat stress mereka.

Ditambah lagi, koneksi internet yang tidak stabil, pengganggaran kuota internet bagi anak-anak dan bagaimana menggunakan teknologi yanga ada menjadi permasalahan selama pandemik.

Berbagai permasalahan yang telah disebutkan dapat diatasi dengan cara tetap memperjuangakan kesetaraan gender peremempuan di tengah pandemik.

Ada baiknya perusahaan  mengatur fleksibilitas kerja antara perempuan dan laki-laki agar perempuan mendapat kesempatan untuk berkarir sambil mengurusi domestik keluarganya dan adanya pengaturan fleksibilitas jam kerja  untuk sang ayah agar mendapatkan kesempatan dapat mengurus anak-anakanya di rumah.

Kerja sama semua pihak diperlukan dalam hal ini, saling bahu membahu agar dapat mengurangi tekanan secara pisikologis, ekonomi dan sosial yang terjadi pada kaum perempuan di masa pandemik ini. 

Salam,

Dewi Retna Dita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun