Beberapa tahun belakangan, masyarakat dunia disuguhi oleh banyak perubahan-perubahan besar. Hal ini merupakan salah satu bentuk dari terjadinya globalisasi. Era globalisasi telah membuat masyarakat mengalami perubahan hidup yang sangat signifikan. Globalisasi terus menuntut kita untuk bermetamorfosa, yang kadang membawa perubahan baik namun juga tidak sedikit buruknya. Ada banyak dampak globalisasi yang dirasakan oleh masyarakat, khususnya Indonesia baik secara regional maupun internasional. Dampak tersebut bisa kita rasakan sangat dekat, bisa kita amati dari himpunan terkecil dari individu, keluarga, daerah, negara, maupun dunia ini. Hal tersebut juga dirasakan oleh salah satu daerah di Indonesia, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dikenal sebagai kota pelajar dan kota pariwisata, Yogyakarta adalah kota dengan warisan budaya yang mendalam. Yogyakarta menyimpan berjuta filosofi. Hal ini terlihat dari tata kota Yogyakarta yang masih mempertahankan rekonstruksi peninggalan Kerajaan Mataram Islam. Yogyakarta adalah daerah yang terkenal dengan budaya material dan nonbendawi. Benda budaya adalah budaya yang berwujud, seperti rumah adat atau pakaian adat. Dan yang dimaksud dengan budaya non-objektif ini adalah budaya yang ada berupa ciri atau tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Budaya non-benda ini memiliki ciri yang sangat menonjol yang sering kita jumpai atau sudah menjadi tradisi masyarakat Yogyakarta. Bahkan, sifat ramah masyarakatnya sudah menjadi rahasia umum baik secara nasional maupun internasional.
Sikap ramah yang diwariskan secara turun-temurun sebagai bentuk moral berpengaruh besar terhadap kepribadian masyarakat dan juga menjadi ciri khas kota Yogyakarta. Sifat hangat tersebut mereka tunjukkan dengan cara berbicara yang ramah, sopan, dan hormat kepada sesama dan kepada orang baru yang berkunjung ke Yogyakarta. Selain itu, sikap ramah tersebut juga bentuk moral yang tercermin dari empati khas masyarakat Yogyakarta yang memiliki tingkat empati yang tinggi terhadap sesama, yang dampaknya dapat membentuk karakter masyarakat menjadi lebih peka terhadap lingkungannya dan memiliki hubungan yang lebih dekat satu sama lain. Di sisi lain, dampaknya bagi wisatawan lokal dan mancanegara adalah membuat mereka nyaman dan asyik dengan budaya yang telah terbentuk lama ini. Oleh karena itu, bukan hal baru bagi orang luar Yogyakarta untuk merasa nyaman dan mengagumi alam yang menghangatkan hati ini ketika mereka mengunjungi Yogyakarta.
Kebudayaan masyarakat Yogyakarta juga tidak terlepas dari moral penduduknya yang terkenal dengan ramah dan sopan. Namun budaya dan tradisi yang diturunkan secara turun temurun ini lambat laun mulai tergeser dan hampir hilang. Tergeser dan hilangnya moral masyarakat Yogyakarta yang tak lepas dari pergantian zaman dan globalisasi.
Akulturasi dalam masyarakat di Yogyakarta mulai terlihat dari segi sosialnya. Terlebih kota Yogyakarta yang juga dikenal sebagai kota pelajar dengan tujuan dari berbagai mahasiswa yang berasal dari luar jogja dan orang luar Yogyakarta yang memutuskan untuk tinggal di Yogyakarta. Berbaurnya dari segala budaya, tata krama, sifat, dan bentuk kepribadian dari banyak penjuru ini menjadi salah satunya penyebab degradasi moral di Yogyakarta. Degradasi moral ini dapat dilihat dari contoh seperti klitih yang marak di daerah Yogyakarta yang dilakukan oleh remaja-remaja Yogyakarta sampai sekedar tata krama dari anak ke orangtua yang mulai jarang menerapkan tata krama ke orang yang lebih tua. Degradasi moral ini perlu untuk diperhatikan secara seksama karena sebagaimana budaya adalah cerminan suatu bangsa, seperti hal diatas telah disebutkan bahwa Yogyakarta terkenal akan keramah tamahannya tetapi mirisnya telah terjadi penurunan moral di Yogyakarta ini sendiri.
1. Pengaruh Global
Perubahan moral yang kerap membuat munculnya degradasi moral di Yokyakarta ini kerap kali memunculkan tanda tanya terhadap apa yang terjadi sehingga mempengaruhi pola hidup dan pola sikap masyarakat Yogyakarta sehingga mengakibatkan penurunan nilai moral yang dulunya sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat lokal Yogyakarta. Dalam tulisan ini, penulis akan menyajikan kasus ini dengan melihat dari sudut pandang secara global, karena seiring berkembangnya waktu memicu banyaknya perkembangan pesat dari setiap bagian dan tatanan kehidupan.
2. Akulturasi Budaya
Moral dan budaya masyarakat yang mulai tergeser di Yogyakarta tak lepas dari globalisasi itu sendiri. Dengan bertemunya dua budaya atau lebih ini telah membawa perubahan dalam sosial budaya. Degradasi moral dalam masyarakat Yogyakarta dipengaruhi oleh banyak faktor, beberapa diantaranya kemajuan teknologi yang membuat informasi melalui media elektronik lebih mudah diakses sehingga dapat memberikan pandangan baru, Interaksi sosial yang lebih masif sehingga mulai terdapat budaya baru yang menggeser budaya sebelumnya. Yogyakarta sebagai Kota Pelajar dan pariwisata membuat dampak globalisasi di kota Yogyakarta ini lebih terasa. Bertemunya budaya lain dan budaya asli masyarakat Yogyakarta membuat budaya setempat perlahan mulai hilang. Proses pertemuan antar individu dari berbagai budaya ini berperan besar terhadap globalisasi di Yogyakarta, mulai dari penyesuaian budaya asli ke budaya yang baru, infrastruktur, sikap, dan moral masyarakat itu sendiri.
Kota Pelajar sebagai julukan Kota Yogyakarta ini disebabkan karena banyaknya pusat-pusat pendidikan yang berdiri di Yogyakarta. Berbagai lembaga pendidikan dan universitas yang berdiri di Yogyakarta seperti UGM, UNY, ISI, UPN, Atma, UMY dan banyak lagi universitas negeri atau swasta lain yang berdiri di kota ini. Hal inilah yang membuat pelajar-pelajar dan mahasiswa dari kota, daerah maupun negara lain mempunyai minat dan daya tarik untuk belajar di Kota Yogyakarta. Yogyakarta sebagai tempat tujuan berbagai kalangan masyarakat ini tentu mau tidak mau harus menyesuaikan diri dalam akulturasi budaya yang terjadi sekarang ini. Seperti contohnya, mahasiswa atau pelajar Yogyakarta yang berinteraksi dengan mahasiswa atau pelajar dari luar kota perlahan tentu akan menyesuaikan dengan lawan interaksi itu. Masyarakat dalam akulturasi budaya pun juga tak terhindar dari penyesuaian dari orang luar kota Yogyakarta baik dari segi interaksi, sikap, habbit, gaya hidup, bahkan cara pandang atau  perspektif mereka. Interaksi sebagai hal penting dalam globalisasi terlebih akulturasi budaya membuat masyarakat asli kota Yogyakarta melakukan penyesuaian.
Dengan begitu, Yogyakarta sebagai Kota Pelajar dan pariwisata tentu menampung banyak ragam masyarakat baik itu pelajar maupun wisatawan. Hal ini merupakan salah satu hal yang menjadikannya sebagai daerah yang istimewa sehingga menimbulkan adanya akulturasi budaya. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa akulturasi bagakan sebuah koin yang memiliki dua sisi yang berbeda.
3. Kemajuan Teknologi