Bulan Ramadhan merupakan urutan ke sembilan bulan hijriah. Lebih lengkapnya ini urutannya: Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiul Sani, Jumadil Ula, Jumadil Saniyah, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawwal, Zul-Qa'dah, Zul-Hijjah. Bulan Ramadhan yang memiliki nama lain diantaranya syahru ibadah ini memiliki banyak keistimewaan, salah satunya ialah malam lailatul qadar. Sebagaimana dalam Q.S Al-Qadr yang artinya:
Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar
Dan tahukah kamu apa malam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik daripada malam seribu bulan
Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin tuhannya untuk mengatur semua urusan
Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajarÂ
Berdasarkan surah di atas maka kita ketahui bahwa segala aktivitas ibadah pada malam lailatul qadar itu lebih baik dari malam seribu bulan. Karena istimewanya malam lailatul qadar, Allah SWT merahasiakan kapan turunnya malam lailatul qadar. Selama ini kita sering mendengar bahwa malam lailatul qadar itu ada ciri-cirinya yakni udara pada malam itu terasa tenang dan sejuk, matahari terbit dengan teduh. Tapi ciri-ciri yang lebih akrab sering kita dengar ialah bahwa malam lailatul qadar turun pada malam ganjil disepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Titik masalahnya di sini ialah, penetapan awal Ramadhan terdapat dua golongan. Seperti Ramadhan tahun 2022 ini, sebagaimana Muhammadiyah puasa hari Sabtu sedangkan NU puasa mulai hari Minggu. Hal ini yang menyebabkan jatuhnya malam ganjil dan genap menjadi berbeda, artinya kalau malam ganjil bagi Muhammadiyah berarti malam genap bagi NU, begitu juga sebaliknya. Lantas bagaimana dengan perintah carilah malam lailatul qadar pada malam ganjil?
Ini memang imbas dari perbedaan awal Ramadhan kemarin, seperti yang dituliskan Ahmad Syarif Yahya dihalaman fanpagenya: