Mohon tunggu...
Coretan Embun
Coretan Embun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Random

Start writing, no matter what. The water does not flow until the faucet is turned on. —Louis L'Amour— Bragging Rights @ coretanembun2011.blogspot.com\r\n Wattpad : Coretan Embun

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sebuah Rahasia

4 Maret 2023   17:04 Diperbarui: 5 Maret 2023   17:02 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Taksi yang membawa Danu, berhenti tepat di depan pagar, sebuah rumah kosong. Kemudian lelaki itu melangkahkan kaki keluar dari taksi. Yang dipesannya secara online. 

Semenjak 10 tahun lalu Danu tidak berani kembali berkendara. Hal itu terjadi bukan tanpa sebab. Ada sebuah alasan yang hanya Danu sendiri yang tahu.

Danu berdiri terpaku di depan pagar rumah itu. Rumahnya dulu. Rumah yang 10 tahun lalu, dia tinggali bersama Arum, istrinya. 

Baca juga: Pigura Antik

Kemudian lelaki itu memasuki halaman rumah. Saat berjalan masuk, Danu kembali dihantui perasaan bersalah yang tiada henti, terhadap Arum.

Rumah ini adalah milik keluarga Arum. Rumah peninggalan orang tua Arum yang telah meninggal. Terletak di pinggiran kota Jakarta. Tepatnya di daerah Depok, tidak jauh dari tanjakan Citayam. Begitu orang sekitar menyebut daerah itu. Tanjakan Citayam.

Setelah Arum meninggalkannya, Danu merasa tidak betah lagi tinggal di rumah itu. Danu merasa tidak berhak. Dia memilih tinggal seorang diri di sebuah rumah sewaan. Pada gang sempit dan ramai, di pusat kota. Hal itu juga supaya perjalanannya ke kantor tidak terlalu jauh dan dapat menghemat biaya transportasi.

Selama hampir 10 tahun--sejak Arum meninggalkannya--belum ada yang dapat menggantikan Arum, di hati Danu. Pun bila ada seseorang yang mendekatinya, perasaan bersalahnya terhadap Arum akan semakin menjadi. Selama hidupnya Danu merasa selalu dihantui oleh Arum. Ke mana pun kakinya melangkah, Danu merasa Arum selalu mengawasinya. Danu juga sering memimpikan Arum dalam tidurnya.

Sepuluh tahun yang lalu, Maret 2013

Baca juga: Gadis Berbaju Merah

Arum berulang tahun. Danu berencana merayakan hari jadi Arum di rumah. Rencana Danu itu kemudian disambut Arum dengan penuh sukacita. Sepulang kerja, Danu pun tidak sabar untuk merayakan pesta kecil-kecilan di rumah mereka. Arum pun tidak sabar menanti kedatangan Danu pulang.

Hujan deras kemudian mulai turun. Danu sudah hampir sampai di rumah, saat Mela menelepon melalui ponsel. "Sayang--kenapa kamu mendadak membatalkan acara kita hari ini?" Terdengar suara wanita di ujung telepon.

"Maaf, Mel--hari ini Arum berulang tahun. Aku tidak mungkin mengecewakannya terus, Mel. Rencana kita tunda dulu--."

"Kenapa Arum sekarang lebih penting?!" Suara Mela terdengar sangat emosional.

"Arum istriku, Mel--." Sebelum Danu selesai berbicara, Mela sudah memutus hubungan telepon.

Danu kemudian menjadi kacau. Dia berusaha menghubungi Mela kembali. Namun, panggilan telepon Danu selalu ditolak. Sepanjang perjalanan, Danu tetap berusaha menghubungi Mela. Untuk memohon supaya Mela mau mengerti.

Hujan deras belum reda. Sesampainya di tanjakan Citayam, sekonyong konyong ada sebuah sepeda yang melaju kencang. Dan tanpa bisa dicegah menabrak mobil yang sedang dikendarai Danu.

Seketika, Danu menghentikan mobilnya. Lalu dilihatnya dari balik kaca spion--dari jarak 5 meter--pengendara sepeda itu tersungkur di tanah. Sial sekali, pikir Danu. Lelaki itu lalu teringat akan Arum--yang pasti telah menunggunya--di rumah. Tanpa berpikir panjang, Danu kemudian melanjutkan perjalanannya pulang. Dia berharap pengendara sepeda itu baik-baik saja.

Sesampainya di rumah, Danu kemudian bergegas masuk. Hujan belum juga berhenti, malah semakin menderas. Tapi hati Danu menjadi tidak tenang. Lelaki itu baru saja melakukan tabrak lari terhadap pengendara sepeda. Danu langsung menuju ke kamar untuk mandi dan berganti pakaian.

Setelahnya, Danu keluar kamar lalu duduk di ruang keluarga. Hatinya masih tidak tenang, karena kejadian tabrak lari yang terjadi tadi.

"Arum--bisa minta segelas air putih?" Danu berkata dari ruang keluarga kepada Arum, yang tampaknya sedang di dapur.

"Iya--sebentar. Maaf aku belum membuatkanmu teh, Mas." Sahut Arum lirih dari arah dapur.

Danu kemudian menemui Arum di dapur. "Loh kok kamu basah kuyup, Rum?"

"Iya, Mas. Tadi aku ke warung sebentar. Ada yang perlu dibeli. Tadi sewaktu aku pergi belum hujan." Arum menjelaskan.

"Ya sudah, kamu ganti baju dulu, Rum. Nanti sakit." Danu berkata sambil tersenyum pada Arum.

"Iya, Mas." Arum berkata pelan.

"Oiya--tadi aku beli black forest, Rum. Kamu pasti suka. Sebentar ya, aku ambil di mobil--sampai lupa tadi aku beli kue." Kata Danu kepada Arum, lalu beranjak menuju garasi. Arum hanya mengangguk.

Danu kemudian mencari sekotak black forest yang diletakkannya di jok belakang mobil. Ternyata kue itu telah hancur. Kue itu terlempar saat Danu mengerem mendadak. Pada waktu Danu bertabrakan dengan pengendara sepeda. Lelaki itu kemudian membersihkan sisa-sisa kue--yang berceceran--dalam mobilnya.

Tidak lama kemudian, sebuah mobil patroli polisi berhenti di pagar rumahnya. Beberapa orang berseragam, lalu datang menghampiri Danu. Yang berdiri tidak jauh dari mobilnya.

Seketika jantung Danu berdebar kencang. Kedatangan petugas kepolisian itu tentu untuk meminta pertanggung jawabannya. Karena telah melakukan tabrak lari, terhadap pengendara sepeda.

"Selamat malam, Bapak Danu?"

"I-ii-iya, saya sendiri," wajah Danu memucat.

"Begini, Bapak Danu. Sekitar 2 jam yang lalu telah terjadi kecelakaan di sekitar tanjakan Citayam--." Salah seorang petugas berbicara kepada Danu.

"J-ja-jaadi--bagaimana. Maaf ta-taadii--."

"Dengan sangat menyesal, kami ingin mengabarkan--bahwa istri Anda, Ibu Arum, telah menjadi korban tabrak lari. Nyawanya tidak tertolong, Pak Danu."

                          ___

Writen by CoretanEmbun, Maret 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun