"Rasi--Amel bilang, dia tidak pergi bersamamu. Sekarang kamu ada di mana, Rasi?" Ibu mencecarku dengan pertanyaan yang ragu untuk kujawab.
"Aku butuh waktu sendiri, Bu--." Suaraku terdengar serak dan bergetar. "Maafin Rasi, ya, Bu. Rasi hanya ingin--."
"Rasi--dengar Ibu, ya. Kamu harus bisa melupakan Bintang!" Di ujung telepon kudengar Ibu berkata setengah berteriak. Ibu terdengar panik.
"Ibu--aku tidak apa-apa. Aku hanya ingin mengenang Bintang, Bu."
"Tidak ada yang bisa kamu lakukan, Rasi. Satu-satunya yang bisa kamu lakukan hanya mendoakannya. Paham ya, Rasi!"
Aku hanya dapat terdiam, mendengarkan Ibu yang panjang lebar berbicara di ujung sana. Maafkan aku, Bintang. Benar kata Ibu. Yang bisa aku lakukan hanya mendoakanmu. Walaupun aku kemarin sempat bertemu, denganmu dalam mimpi.Â
Sebenarnya aku masih berharap, saat itu kamu tidak terseret ombak, dan menghilang di lautan. Aku tidak menyangka, kamu yang pernah mengajariku berenang, tiba-tiba menghilang di laut lepas. Ya Allah--semoga Bintang berbahagia di alam baka ...
            ___
Writen by CoretanEmbun, Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H