"Iya--ada apa, Nek? Malam malam bertamu..."
"Nakkk, maukah kamu membeli apel merah yang tinggal sebuah ini? Apel ini sangat menggiurkan, bukan?"
Duh--basi ya, orang ini. Jelas Snow White tidak mau. Siapa yang mau bernasib seperti Snow White yang dulu. Keracunan apel kemudian pingsan, dan baru siuman saat ada seorang pangeran yang menciumnya. Itu namanya gambling. Bagaimana jika tidak ada pangeran bucin yang nanti menciumnya. Ratu Rovenna ini seperti tidak pernah membaca sejarah.
"Ini Ratu Ravenna, kan? Yang menikah dengan ayahku?" dengan ekspresi pura pura kaget, Snow White membalas dengan sangat to the point. Seketika Rovenna kaget dalam arti yang sesungguhnya, Dia tidak menyangka Snow White mengenalinya semudah itu.
"Oh--uh---". Ratu Ravenna tidak dapat berkata-kata, setelah kedoknya terbongkar.
"Sudah--sudah, hentikan sandiwara ini! Mommy itu Ratu, kenapa mau-maunya menjelma menjadi nenek tua peyot dan keriput?" Snow White mengatakannya sambil membelalakkan mata.
Ratu Ravenna yang jahat, tidak dapat berkata-kata lagi, setelah penyamarannya terbongkar. Kemudian terdengar dia bergumam pelan, "skenarionya kan tidak seperti ini?" tanyanya pada diri sendiri, sambil memilin-milin ujung jubah hitamnya yang mengerikan.
"Itulah gunanya belajar sejarah, Momm--ya sudah, Mommy sekarang masuk, ngobrol-ngobrol di dalam saja, daripada Mommy nanti masuk angin!"
"Make-up nenek-nenek ini, tidak meyakinkan kah? Kok kamu sampai bisa mengenaliku, sih?"
"Mommm--pliss, aku sangat mengenal Mommy. Ratu Ravenna, istri ayahku. King Magnus itu Raja dan Mom Ratunya. Harusnya kita itu kompak. Jadi--Mommy jangan mudah terprovokasi sama si 'Cermin Ajaib' itu. Lagian nih, yaa--Mommy nanya-nanya ke benda itu aja udah dikategorikan aneh ..." bla bla bla.
Snow White berusaha untuk menyadarkan Ratu Ravenna, supaya tidak mudah iri hati dan merasa tersaingi. Apalagi terhadap anaknya sendiri, itu kan parah.