Mohon tunggu...
Coretan Embun
Coretan Embun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Random

Bragging Rights @ coretanembun2011.blogspot.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Anjani dan Kunang-Kunang (Bag 1)

22 Januari 2023   11:53 Diperbarui: 3 Februari 2023   12:36 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit : Photography by Radim Schreiber

           Hari ini adalah hari yang sangat spesial buat Anjani. Karena pada hari ini Bagas berulang tahun. Itulah sebab, di pagi yang cerah ini, ia sudah sibuk berkutat di dapur. Menyiapkan bumbu-bumbu, me-marinade dua kerat daging seberat 250g; dengan bawang putih, rosemary dan saus barbeque. Oh ya ... lalu ditaburi sedikit saja garam dan merica.

           Anjani ingin membuatkan makanan kegemaran Bagas, Sirloin steak. Usaha Anjani untuk bisa membuat sirloin steak dengan sempurna, bukan tanpa sebab. Itu karena Bagas--saking doyannya makan steak--hampir seminggu dua sampai tiga kali mengunjungi Aruba, warung steak yang sedang hits di kotanya.

            Tak lama kemudian, Rere--adik Anjani--datang menghampirinya di dapur. Rere lalu memerhatikan sang kakak yang sedang mengoleskan bumbu-bumbu pada sirloin supaya meresap, dan yang pasti akan lebih lezat, dari sirloin steak ala Aruba Meat and Grill.

Baca juga: Gadis Berbaju Merah

          "Kakak sedang apa?" Rere bertanya penuh rasa ingin tahu. Anjani hanya melirik sekilas adiknya, yang masih duduk di kelas lima SD.

          "Bikin makanan kesukaan Kak Bagas," Anjani berkata santai tanpa melihat wajah Rere.

          "Tapi---Kak..."

          "Sudah, Re. Jangan ganggu kakak, ya. Sebaiknya kamu tunggu saja di kamar atau menonton televisi. Nanti kalo steak-nya sudah matang, kamu kakak panggil, deh---sekarang jangan ganggu dulu ya, Re."

          "Kak Anjani---." Rere tidak meneruskan lagi---apa yang ingin ia katakan---Anjani keburu menempelkan telunjuknya pada bibir Rere, supaya tidak banyak protes. Rere hanya bisa menuruti kemauan Anjani, lalu meninggalkan dapur. 

Baca juga: Impostor

          Rere lalu ke ruang keluarga---menghempaskan tubuhnya di atas sofa---menyalakan televisi dan menonton film kartun. Tidak lama, gadis kecil itu tertidur.


                                ___


           Pertemuan Bagas dan Anjani terjadi sekitar tiga tahun yang lalu. Pertemuan yang tidak disengaja. Anjani saat itu sedang mencari buku bacaan untuk adiknya yang sedang berulang tahun. Sambil memilih milih buku yang akan dibelinya, pandangannya tertuju pada sebuah buku dongeng yang berjudul "Rapunzel" karya Brothers Grimm.

           Namun, saat Anjani ingin meraih buku yang diinginkannya, seorang lelaki muda sudah terlebih dahulu meraihnya. Kemudian mereka lalu saling berpandangan. Sesaat kemudian, diulurkannya buku itu, kepada Anjani, "Kamu mau buku ini, ya?" Tanyanya pada Anjani. Gadis itu mengangguk.

           "Eum--iya sih, tapi karena kamu dulu yang mengambil--tidak apa-apa, biar saya cari buku lainnya," Anjani berkata sambil mengalihkan pandangan pada rak-rak buku, lalu kembali mencari buku bacaan yang cocok untuk adiknya.

           "Tapi--sayangnya buku ini tinggal satu satunya," kata lelaki itu kemudian. "hmm--tunggu sebentar, ya. Biar kutanyakan kepada karyawan di sini, apakah masih ada stock." Lelaki itu lalu berjalan menuju kasir untuk menanyakan hal tersebut.

            Tak lama kemudian lelaki itu kembali menghampiri Anjani yang masih mematung memandang rak-rak buku di hadapannya. "Sayang sekali--ini buku terakhir yang mereka jual. Karena belum ada re-stock, begitu kata kasirnya." Lelaki itu berkata sambil memegang dagu.

           "Ya sudah--nggak apa, Mas. Mungkin saya akan mencarinya di toko buku lain." Anjani berkata walau hatinya sedikit kecewa. Lelaki itu terlihat menjadi tidak enak, melihat ada seraut wajah penuh kekecewaan, dari sosok gadis yang berdiri di depannya.

           "Nggak, apa-apa, buku ini buat kamu aja. Biar saya yang mencari di toko buku lain." Kata lelaki itu yang kemudian dikenal Anjani bernama Bagas.

           "Oh ... makasih, ya." Anjani menjawabnya dengan singkat, padahal sesungguhnya hatinya senang bukan main.

             Semenjak pertemuan yang tidak disengaja itu, mereka kemudian berkenalan dan saling bertukar nomor telepon. Beberapa bulan setelah perkenalan itu, Bagas dan Anjani kemudian menjadi teman dekat. Bagas yang suka membaca buku dongeng, selalu menceritakan apa yang telah dibacanya kepada adik Anjani yang masih duduk di Sekolah Dasar. Anjani semakin menyukai Bagas karenanya.

            Bagas pula yang sering mengantar jemput Anjani kuliah. Kemudian mereka berputar putar keliling kota. Bagas juga tidak segan menemani adik Anjani yang masih SD--sementara Anjani sedang kuliah.

           Anjani dan adiknya hanya tinggal berdua. Kedua orang tua mereka meninggal karena kecelakaan. Itu sebab, Anjani sangat perhatian terhadap Rere, adik perempuannya. Anjani merasa harus bisa menggantikan posisi kedua orang tua mereka yang telah tiada.

           Saat Bagas berulang tahun--setahun yang lalu--Anjani mengutarakan niatnya untuk merayakannya di rumah. Anjani ingin membuatkan Bagas sirloin steak, makanan kegemaran Bagas. Rencananya mereka (Anjani, Bagas dan Rere) akan merayakannya sore hari. Tidak lupa, Anjani mengirim pesan chat untuk Bagas, supaya Bagas bisa datang tepat pada waktunya. Agar sirloin steak yang dimasaknya--untuk pertama kali--tidak menjadi dingin.

[Hi ... Bagas, jangan lupa ya nanti ke rumahku. Jam lima sore, aku sudah menunggumu bersama Rere]

[Okee... Anjani, terima kasih ya]

           Bagas membalas pesan Anjani dengan singkat.

           Bagas lalu dengan sesegera mungkin menyelesaikan urusannya pada hari itu. Dia tidak ingin terlambat menemui Anjani untuk merayakan ulang tahunnya.

            Ditengah perjalanan menuju rumah Anjani, Bagas teringat akan sesuatu. Coklat--iya coklat. Rere sangat menyukai coklat. Bagas lalu bergegas mencari toko swalayan untuk membeli coklat buat Rere. Anjani pasti bahagia apabila Bagas juga perhatian terhadap Rere.

           Namun, letak swalayan tersebut berada di seberang jalan. Bagas pun memutuskan untuk menyeberang menuju ke swalayan tersebut. Demi menghemat waktu, mengingat duapuluh menit lagi sudah pukul lima sore. Bagas tidak ingin Anjani kecewa karena ia terlambat. Setelah mendapatkan coklat untuk Rere, Bagas kembali menyeberang jalan. Menuju tempat di mana motornya terparkir.

            Sesaat kemudian .... terdengar bunyi yang sangat keras 'brakkk' kemudian terdengar banyak orang menjerit. Lalu seketika suasana menjadi hening. Selanjutnya yang Bagas lihat semua menjadi serba putih ...

            Anjani masih menunggu Bagas, di rumahnya. Kemudian berinisiatif mengirimkan chat untuk sekedar mengingatkan Bagas.

[Bagas, kamu di mana? Sudah jam 6 sore sekarang, lho...]

            Pesan chat itu tidak mendapat balasan. Bagas pun tidak kunjung datang untuk merayakan ulang tahunnya. Hingga dua hari kemudian ada sebuah chat masuk, chat dari nomor whatsapp Bagas.

[Ini dengan, Anjani?]
[Temannya Bagas?]
[Saya mamanya Bagas]
[Begini .... ]
[Bagas dua hari yang lalu mengalami kecelakaan, Bagas sudah meninggal...]

                                ___

                   To be continued

Writen by. coretanembun, Januari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun