Secara kualitatif timnas Indonesia unggul pada pertandingan leg pertama baik itu kualitas tim, tehnik, skill dan penciptaan peluang.
Vietnam tampak sangat berhati-hati atau dengan kata lain terkesan lamban saat laga sore kemarin. Dibanding piala AFF 2 tahun yang lalu timnas Vietnam  sangat berbeda. Timnas saat ini jauh lebih buruk dan bermain monoton dibandingkan timnas Vietnam 2 tahun lalu. Mereka sering kedodoran saat para pemain kita menyerang secara spartan baik melalui sisi kiri (Arhan dan Klok), maupun sisi kanan melalui Asnawi dan Sayuri atau sesekali Irianto.
Dendy sangat mobile, dan punya satu peluang emas saat ia menerima thru pass dari Marcelino, menit ke 29 babak I. Hanya saja ia kurang jeli mengolah peluang tersebut, seandainya saja dengan pergerakan tanpa bola sepersekian detik (atau istillah will corver : keping-keping) kemudian di shooting sendiri langsung ke gawang maka peluang terjadinya gol diatas 60%. Namun yang terjadi lain, Dendy malah memberi umpan tarik ke Sayuri dan bola di blok bek Vietnam. Maka gagal deh peluang emas itu.
Selain Dendy, pemain yang paling bersinar sore hari itu adalah Yakob Sayuri. Tidak kurang 4 percobaan gol ia lakukan. Menit 34 misalnya tendangan jarak jauhnya sedikit melebar. Atau saat punya peluang di sisi kanan gawang saat menerima long diagonal pass dari Jordi Amat, tendangan Sayuri di blok stoper Vietnam. Begitu pula saat berhadapan dengan kiper dan sundulan first time Sayuri hampir berbuah gol bila tidak di tepis kiper Vietnam. Overall Sayuri menempati ranking tertinggi dan patut menerima gekar MPV di pertandingan itu.
Pemain lain yang bermain cemerlang diantaranya Marcelino, Jordi Amat, Asnawi dan Mark Klok.
Taktik 4 bek coach STY ternyata berjalan efektif saat bertahan dan berganti 3 bek saat menyerang sangat efektif. Pertahanan kita sangat kokoh dengan satu single pivot Rahmat Irianto sangatlah kuat sehingga tidak bisa ditembus penyerang Vietnam. Di sisi lain coach Vietnam PHS begitu kuatir kalah sehingga menerapkan taktik 5 bek saat bertahan. Ini cukup efektif meski beberapa kali striker kita berhasil menembus "benteng" Takeshi-nya Vietnam.
Satu taktik coach STY yang kurang efektif adalah dilakukannya pergantian pemain di menit injury atau additional time, 90' plus-plus. Sadil, Spaso dan Witan masuk dan bermain hanya sekitar 1 menit, jelas ini useless dan tidak efektif. Ini merupakan refleksi kepanikan STY karena tidak juga tercipta gol saat memasuki menit akhir ke-90'. Seharusnya pergantian itu dilakukan bersamaan saat Kambuaya masuk. Jadi akan lebih menambah power timnas kita bila saat bersamaan Kambuaya masuk dan Spaso, Witan serta Sadil juga masuk.
Kepemimpinan wasit sangat buruk. Bagaimana tidak, ada 4 dirty tackling yang seharusnya berbuah kartu tapi hanya berbuah peringatan, dan 2 hard tackling yang seharusnya berbuah kartu merah bagi pemain Vietnam hanya diberi kartu kuning. Oleh karena itu PSSI harus bertanggungjawab dengan mengirim nota atau surat protes ke AFF sebagai penyelenggara.
Untuk leg-2 diharapkan pemain bermain lepas dan optimis mengingat timnas Vietnam saat ini jauh lebih buruk dari 2 tahun lalu, dari segi taktik maupun staminanya sangat menurun. Oleh karena itu determinasi dari sayap kanan dan kiri lawan harus lebih digiatkan agar timnas Indonesia mampu menang di Hanoi nanti.
Semoga di Hanoi nanti STY tetap menerapkan taktik seperti di babak I yang menciptakan banyak peluang meski belum berbuah gol, sehingga nanti insyaAllah akan berbuah gol kemenangan. Tetap semangat timnas Indonesia.Â
#kitagaruda #timnasindonesia #menang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H