Bila sedang bercermin, bukan kata-kata yang dapat menceritakan sebuah kisah.
Cermin, tidak akan bisa menutupi kebohongan,
walau (mungkin) akan tetap membisu.
Pun begitu, terkadang benda itu mengatakan lebih banyak tentang; bagaimana memandang sosok di depannya, dengan berbagai ekspresi dari emosi dan perasaan. Pun saat badai bergelayut di kedua mata, itu pula yang akan direfleksikan.
Kekhawatiran, Ketakutan. Ketidakamanan dan keraguan yang dilihat dari pantulan cermin (mungkin) membuat bertanya; apakah cukup buat menyadari kebenaran dari apa yang dipantulkan; jika dia orang yang baik, jika dia orang yang curang, jika dia orang yang sombong ...
Cermin adalah benda mati yang (dapat) digunakan untuk merefleksikan diri.
Kadang manusia menginginkan hal yang paling sederhana dengan cara yang paling rumit, hanya untuk; dicintai, dihargai dan dihormati.
Manusia kadang berada dalam kondisi menyembunyikan kegelisahan di balik senyum bahagia dan tawa ceria.
Manusia dengan mudah menangis ketika tidak ada yang melihat penderitaannya, pun sekedar menghapus air matanya.
Sebagian besar (mungkin) tidak pernah menyadari, luka yang terkubur hanya untuk mendapat kebahagiaan dan menemukan kegembiraan.
Manusia selalu ingin dimengerti meskipun terkadang ia tidak mengerti dirinya sendiri. Terkadang di depan cermin, manusia tahu (bahwa) ada sesuatu yang salah, tapi ia merasa baik-baik saja.
Manusia sering berbicara sendiri dihadapan cermin, bahwa dia kuat, dia cantik dan dia serapuh remahan roti. Namun cermin akan tetap diam memantulkan setiap yang berdiri di depannya tanpa perlu mengatakan apa-apa. Setidaknya cermin itu ada gunanya.
____
Writen by. Coretan Embun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H