"Angela, nanti tolong kamu sempatkan jemput Cyila di sekolah, ya? Karena Pak Mahmud tidak masuk hari ini."
"Baik-Pak, tapi hari ini saya ada janji dengan klien kita untuk menyusun schedule bulanan."
"Serahkan saja pada Pak Anton. Biar corporate secretary yang handle. Cyla lebih penting." Jawab Pak Baskoro, nada suaranya tenang, tanpa intonasi yang tinggi sedikit pun dari ucapannya. Tapi hal itu justru membuat Angela tidak enak setengah mati, karena sudah berusaha menginterupsi perintah Bos.
Begitulah, Baskoro. Laki-laki setengah baya (yang berumur 40 tahun) itu memang sangat baik, berwibawa dan bijaksana. Selama Angela bekerja di perusahaannya, tidak sedikit pun Baskoro pernah menghardiknya, apalagi memarahinya. Tidak seperti atasannya terdahulu, sebelum Angela bekerja di perusahaan ini.
Baskoro tipe laki-laki yang tidak pernah aneh-aneh, apalagi sewenang-wenang terhadap karyawan. Tidak seperti bos-nya dulu. Itulah kenapa Angela selalu membandingkan Baskoro dengan atasan lamanya. Karena hal tersebut membuat Angela merasa sangat beruntung bekerja pada Baskoro.
Namun, ada hal lain yang membuat Angela merasa sedikit terganggu--karena pekerjaannya jadi serabutan macam begini. 'Aku ini kan sekretaris, tapi disuruh jemput anaknya pulang sekolah?' Pikir Angela. Kadang Angela juga harus menemani anak (berumur 16 tahun) yang centil itu shopping, nonton konser musik, ke bioskop dan main bowling.Â
Tapi yang namanya atasan, perintahnya seperti titah raja. Kadang Angela ingin menolak terhadap apa yang bukan menjadi job description-nya, tapi kemudian dia mengurungkan niatnya. 'Sejauh masih memdapatkan uang lembur tidak menjadi persoalan', pikir Angela. Lagi pula buat seorang perempuan single seperti dirinya, kerja lembur bukanlah suatu masalah besar.
Siang itu Angela meninggalkan kantor untuk menjemput Cyila, yang bersekolah di sebuah sekolah swasta terkenal. Saking seringnya Angela menjemput Cyila, sampai dirinya dikira 'mama' gadis itu-oleh para orang tua di sekolah tersebut.Â
Tak berapa lama terdengar bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi. Cyila muncul di antara murid-murid yang menghambur keluar pintu gerbang sekolah,
"Hai-Tante, apa kabar?" Cyila berkata sambil tersenyum bungah.