Mohon tunggu...
Coretan Embun
Coretan Embun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Random

Start writing, no matter what. The water does not flow until the faucet is turned on. —Louis L'Amour— Bragging Rights @ coretanembun2011.blogspot.com\r\n Wattpad : Coretan Embun

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Uji Nyali di Rumah Angker

7 Desember 2014   19:48 Diperbarui: 27 Desember 2022   22:18 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

.

'

'

“Pagarnya tidak bisa ditutup, Neng. Selalu terbuka sendiri. Padahal kadang sudah saya gembok. Kadang dirante-in juga.”

Dinar mengangguk. Mengiyakan apa yang dikatakan Pak Min, penjaga rumah tua ini.

“Neng serius mau menginap di rumah ini? Sendiri saja?”

“Iya Pak Min. Hanya ingin membuktikan cerita-cerita seram dari orang-orang sekitar sini.”

“Ya sudah Neng. Kalo begitu saya permisi dulu. Semoga betah.” 

Sebenarnya Dinar juga tidak yakin sanggup tinggal di rumah ini. Rumah tua yang sudah ditinggalkan pemiliknya. Mbah Suli sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu. Karena Almarhum sebatang kara, rumah ini tidak ada yang mewarisi. Hanya Pak Min yang masih setia menjaga rumah ini. Walau tidak tinggal di sini lagi, laki-laki tua itu kadang hanya membersihkan saja dengan suka rela.

Tanaman rambat mulai merayap mencari tempat di pagar besi. Hanya ada satu lampu yang menyala, itu pun di ruang tamu. Dan daya terangnya tidak lebih dari 5 watt. Suasananya sanggup membuat siapa saja yang datang tidak akan kerasan berlama-lama.

Banyak cerita seram yang beredar tentang rumah ini. Mulai dari pocong yang bergelayutan di pohon. Atau pun kuntilanak yang sering keluar masuk. Mungkin itu yang membuat pagar rumah tidak bisa ditutup. Dan Genderuwo yang selalu menampakkan diri di atas genteng.

Hari sudah menjelang maghrib. Dinar memutuskan masuk ke dalam rumah. Kehadirannya langsung disambut oleh aroma harum yang aneh. Wangi bunga kuburan. Dengan sebuah senter Dinar mulai menjelajah setiap ruangan. Rumah ini bertingkat dua. Ada tangga menuju ke lantai atas. Tapi Dinar tidak berniat naik, karena banyak sarang laba-labanya. Akhirnya Dinar memutuskan untuk melakukan uji nyali di ruang tamu saja. Karena di ruangan lain tidak ada lampunya.

Dinar kembali menuju ruang tamu. Di sana tidak ada perabot, hanya tikar yang sengaja dibawanya dari rumah. Gadis itu duduk di lantai sambil berpikir,  kira-kira ada berapa mahkluk halus yang akan ditemuinya nanti malam.

((( Krieetttttt )))  Pintu ruang tamu terbuka sendiri. Uji nyali dimulai...

Tapi tidak ada siapa-siapa. Tidak ada penampakan apa pun. Dinar kemudian menuju ke arah pintu ruang tamu. Memastikan apakah ada orang. Atau mungkin angin yang menggerakkan pintu tadi. Rupanya para “penghuni” rumah angker ini sudah tak sabar bermain-main dengan Dinar.

Dinar menuju teras. Mengarahkan senter ke arah pepohonan dekat pagar besi. Ia mulai mengamati keadaan sekitar. Berharap menangkap sosok mahkluk halus yang mungkin akan menganggunya. Samar-samar terlihat bayangan hitam berkelebat. Dinar cepat-cepat mengarahkan senternya kearah bayangan tadi. Benar saja, sesosok mahkluk seperti pocong sedang berayun-ayun di atas dahan pohon. Tiba-tiba pocong tadi sudah berdiri di depan Dinar sambil loncat-loncat di tempat.

(((Plakkkk!))) 

“Aduh! Main tampar aja sih ?”

“Bikin kaget aja, sih loe. Lagian ngapain juga loncat-loncat di depan gue. Elo tuh nakut-nakutin manusia kek jaman film-film Suzanna aja. Udah basi yang kek gini. Ngak surprise lagi gue.”

“Kok loe gak takut sih? Gagal dong usaha gue nakut-nakutin. Percuma deh jadi pocong.” Pocong itu mulai ngambek.

“Ngapain gue takut sama elu cong. Eh btw, siapa aja temen-temen loe yang suka nakut-nakutin manusia. Buruan, kasih bocoran.”

“Bentar lagi ada Tante Kunti pulang kerja dari kuburan.”

“Kerja? Kerja apaan si Kunti?”

“Kita ini para setan kerjanya ya nakut-nakutin manusia, dodol!”

“Oh iya bener juga lu, cong. Trus sapa lagi penghuni rumah ini?”

“Ada Genderuwo yang tinggal di lantai dua. Suster ngesot yang jaga sumur belakang.”

“Udah...cuma segitu doang? Cuma ber-empat nih ternyata. Kata warga sini rumah ini banyak setannya. Kalo cuma ber-4 mah sedikit keles.”

“Ya, jangan salah paham. Kadang kalo temen-temen kita pada dateng ya rame juga sih. Bilang gitu aja sama orang-orang.”

Dinar dan pocong semakin akrab. Mereka ngobrol-ngobrol di ruang tamu sambil menunggu penghuni ghaib lain datang. Tak lama kemudian tercium bau wangi bunga yang sangat menyengat.

“Nah tuh dia. Si kunti dateng, man." -*manusia. 

Kunti datang. Memasuki ruang tamu sambil melotot dan malayang. Lalu menghampiri si Pocong dengan penuh tanda tanya.

“Siapa dia, cong? Setan baru? Udah minta ijin belum sama bapak kos?" –*Genderuwo. Kunti itu lalu melayang menghampiri Dinar. 

–hi hi hi hi- “Kenapa mati loe? Bunuh diri atau kecelakaan?” 

“Bukan, Kun. Dia bukan setan. Masih hidup. Manusia 100%.”

”Hah! Trus ngapain dia dimari? Kagak takut apa sama kita?”

“Kagak tuh, Kun. Gue juga heran. Katanya lagi, manusia jaman sekarang udah kagak takut sama setan. Tadi gue sempet ngobrol. Yang bikin manusia takut itu kalo harga-harga naik, banyak yang kelaperan dan mati. Kalo dah gitu...sama deh posisinya sama kita kun.”

“Omigot!” Tante Kunti tepok jidats.


 

 

 

***

Sumber gambar ; di sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun