Pertengahan Maret 2012, tim Jelajah Trans tv berada di Teluk Cendrawasih, Nabire, Papua untuk meliput kehidupan masyarakat lokal, termasuk meliput hiu paus. Menurut nelayan setempat, hiu paus mudah ditemukan di perairan Teluk Cendrawasih. Namun, menemukan ikan raksasa ini ternyata tak semudah yang kami perkirakan.
Di hari pertama pencarian, kami berkeliling dari satu bagan ke bagan lain selama 2 jam. Bagan, adalah rumah terapung di tengah laut yang digunakan untuk mencari ikan. Di sekitar desa Kwatisore, ada 15 bagan nelayan yang semuanya dihuni oleh nelayan Bugis. Dan hiu paus di Teluk Cendrawasih, terkenal senang bermain di sekitar bagan untuk mengutil ikan puri dari jaring.
[caption id="attachment_178323" align="alignnone" width="337" caption="Bagan tempat bermain para gurano (foto : dewi)"][/caption]
Dari bagan satu ke bagan lain, pertanyaan kami selalu sama “Ada gurano kah?”. Dan kebanyakan nelayan bugis yang kami datangi saat itu menjawab “Tidak ada”. Di tanah Papua, hiu paus biasa disebut gurano atau hiniotanibre.
Sekian belas bagan sudah didatangi, namun tak satu gurano pun kami jumpai. Rupanya, sudah tidak ada lagi ikan puri di jaring bagan. Ini membuat gurano enggan mendekat. Kami keduluan oleh pengepul yang pagi-pagi sudah mendatangi bagan-bagan di Teluk Cendrawasih untuk membeli langsung ikan-ikan hasil tangkapan para nelayan Bugis ini.
[caption id="attachment_178325" align="aligncenter" width="362" caption="Ikan puri/ ikan teri (foto : dewi)"]
[caption id="attachment_178326" align="aligncenter" width="518" caption="Gurano/ hiu paus berkeliling di sekitar bagan (foto : dewi)"]
Dengan bobot belasan ton dan panjang belasan meter, hewan satu ini memang pantas disebut ikan terbesar di lautan. Perkenalan di hari pertama, ternyata membuat kami bertiga langsung jatuh cinta pada sang gurano. Di hari-hari selanjutnya, hampir setiap hari kami menyelam dalam rangka liputan atau sekedar bermain-main dengan ikan raksasa ini.
Tiga hari sebelum kembali ke Jakarta, akhirnya kami beruntung. Menemukan bagan yang dikelilingi oleh 5 ekor gurano. Salah satunya, disebut Tronton, karena ukurannya yang amat besar. Diperkirakan bobotnya 15 ton, panjangnya 13 meter. Selain Tronton, juga ada hiu paus berukuran kecil, panjangnya sekitar 4 meter.
[caption id="attachment_178331" align="aligncenter" width="365" caption="Di sekitar bagan, gurano mudah ditemukan di permukaan hingga kedalaman sekitar 10 meter (foto: satria)"]
Ikan puri lah yang menjadi magnet hiu paus mendekati bagan. Bukan hanya bagi seekor, tapi bagi sekitar 100 ekor hiu paus yang ada di teluk Cendrawasih.
Ikan puri berada di dalam jaring yang menggantung di bawah bagan. Dari berbagai pilihan ikan di lautan, Gurano yang berbobot belasan ton ternyata memilih menyantap ikan puri atau ikan teri.
[caption id="attachment_178332" align="aligncenter" width="365" caption="Gurano dan saya :) Gurano mendekati jaring berisi ikan puri (foto: satria)"]
Marahkah para nelayan bagan dengan kelakuan hiu paus ini? Dari sekitar 5 nelayan yang saya tanya di bagan berbeda, mereka semua menjawab tidak marah. Karena puri ternyata bukan komoditas yang tinggi nilai jualnya, jadi mereka tidak keberatan.
Selain itu, juga karena mereka tidak berani dengan gurano. Sebagai manusia yang hidup berbulan-bulan di atas bagan di tengah laut, mereka amat menghormati ikan yang satu ini. Karena itulah, mereka tidak berani menyakiti gurano walau gurano sering membuat rusak jaring dan membuat mati ikan puri tangkapan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H