Mohon tunggu...
Dewi Rachmayani
Dewi Rachmayani Mohon Tunggu... -

Dreamer. Traveller.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Up Close n Personal with Gurano a.k.a Hiu Paus (1)

26 Maret 2012   05:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:28 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertengahan Maret 2012, tim Jelajah Trans tv berada di Teluk Cendrawasih, Nabire, Papua untuk meliput kehidupan masyarakat lokal, termasuk meliput hiu paus. Menurut nelayan setempat, hiu paus mudah ditemukan di perairan Teluk Cendrawasih. Namun, menemukan ikan raksasa ini ternyata tak semudah yang kami perkirakan.

Di hari pertama pencarian, kami berkeliling dari satu bagan ke bagan lain selama 2 jam. Bagan, adalah rumah terapung di tengah laut yang digunakan untuk mencari ikan. Di sekitar desa Kwatisore, ada 15 bagan nelayan yang semuanya dihuni oleh nelayan Bugis. Dan hiu paus di Teluk Cendrawasih, terkenal senang bermain di sekitar bagan untuk mengutil ikan puri dari jaring.

[caption id="attachment_178323" align="alignnone" width="337" caption="Bagan tempat bermain para gurano (foto : dewi)"][/caption]

Dari bagan satu ke bagan lain, pertanyaan kami selalu sama “Ada gurano kah?”. Dan kebanyakan nelayan bugis yang kami datangi saat itu menjawab “Tidak ada”. Di tanah Papua, hiu paus biasa disebut gurano atau hiniotanibre.

Sekian belas bagan sudah didatangi, namun tak satu gurano pun kami jumpai. Rupanya, sudah tidak ada lagi ikan puri di jaring bagan. Ini membuat gurano enggan mendekat. Kami keduluan oleh pengepul yang pagi-pagi sudah mendatangi bagan-bagan di Teluk Cendrawasih untuk membeli langsung ikan-ikan hasil tangkapan para nelayan Bugis ini.

[caption id="attachment_178325" align="aligncenter" width="362" caption="Ikan puri/ ikan teri (foto : dewi)"]

13327365211978593581
13327365211978593581
[/caption] Setelah 2 jam, akhirnya kami menemukan yang kami cari. Sebuah bagan yang sedang dikunjungi hiu paus. Tak membuang waktu, kami pun segera turun. Bagi 3 kru Jelajah (Vannico presenter, Satria kameramen dan saya sendiri) ini adalah kali pertama kami berhadapan langsung dengan ikan berbobot belasan ton di dalam laut. Jadi, kami memutuskan untuk snorkling dulu, sekedar kenalan, sambil melihat situasi. Awalnya sempat deg-deg an, cukup terintimidasi melihat ikan sebesar itu di depan mata. Namun, ia seperti tak terganggu dengan keberadaan kami.

[caption id="attachment_178326" align="aligncenter" width="518" caption="Gurano/ hiu paus berkeliling di sekitar bagan (foto : dewi)"]

1332736672397718881
1332736672397718881
[/caption] [caption id="attachment_178329" align="aligncenter" width="518" caption="Gurano mencari makan di bagan (foto: dewi)"]
13327368751980755138
13327368751980755138
[/caption]

Dengan bobot belasan ton dan panjang belasan meter, hewan satu ini memang pantas disebut ikan terbesar di lautan. Perkenalan di hari pertama, ternyata membuat kami bertiga langsung jatuh cinta pada sang gurano. Di hari-hari selanjutnya, hampir setiap hari kami menyelam dalam rangka liputan atau sekedar bermain-main dengan ikan raksasa ini.

Tiga hari sebelum kembali ke Jakarta, akhirnya kami beruntung. Menemukan bagan yang dikelilingi oleh 5 ekor gurano. Salah satunya, disebut Tronton, karena ukurannya yang amat besar. Diperkirakan bobotnya 15 ton, panjangnya 13 meter. Selain Tronton, juga ada hiu paus berukuran kecil, panjangnya sekitar 4 meter.

[caption id="attachment_178331" align="aligncenter" width="365" caption="Di sekitar bagan, gurano mudah ditemukan di permukaan hingga kedalaman sekitar 10 meter (foto: satria)"]

1332737445843234993
1332737445843234993
[/caption] Menurut nelayan bagan, 5 ekor gurano dalam satu bagan adalah hal yang biasa. Jika sedang banyak puri, pernah 1 bagan dikelilingi 12 gurano. Weleh...weleh....

Ikan puri lah yang menjadi magnet hiu paus mendekati bagan. Bukan hanya bagi seekor, tapi bagi sekitar 100 ekor hiu paus yang ada di teluk Cendrawasih.

Ikan puri berada di dalam jaring yang menggantung di bawah bagan. Dari berbagai pilihan ikan di lautan, Gurano yang berbobot belasan ton ternyata memilih menyantap ikan puri atau ikan teri.

[caption id="attachment_178332" align="aligncenter" width="365" caption="Gurano dan saya :) Gurano mendekati jaring berisi ikan puri (foto: satria)"]

13327378131883871209
13327378131883871209
[/caption] Saat hiu paus menghisap jaring yang berisi puri, sebenarnya tidak ada ikan yang berhasil ia makan (kecuali jika kebetulan ada jaring yang bolong). Namun, tindakannya ini membuat mati puri. Puri yang mati, pada akhirnya akan dibuang ke laut oleh nelayan bagan. Puri yang dibuang ke laut inilah yang dimakan hiu paus. Menurut Azis, salah satu nelayan bagan, hiu paus adalah hewan yang pintar. Karena walau tak berhasil menyedot puri lewat jaring, toh mereka tetap bisa makan puri yang telah mereka buat mati.

Marahkah para nelayan bagan dengan kelakuan hiu paus ini? Dari sekitar 5 nelayan yang saya tanya di bagan berbeda, mereka semua menjawab tidak marah. Karena puri ternyata bukan komoditas yang tinggi nilai jualnya, jadi mereka tidak keberatan.

Selain itu, juga karena mereka tidak berani dengan gurano. Sebagai manusia yang hidup berbulan-bulan di atas bagan di tengah laut, mereka amat menghormati ikan yang satu ini. Karena itulah, mereka tidak berani menyakiti gurano walau gurano sering membuat rusak jaring dan membuat mati ikan puri tangkapan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun