Mohon tunggu...
Dewi Putri Anjar Wulan
Dewi Putri Anjar Wulan Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswi Program Doktor Ilmu Manajemen, Universitas Airlangga; Dosen FEB Universitas Musamus, Merauke

Marketing dan Sosial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pilih Brand terlebih Dahulu, Lalu Produk. Mengapa?

24 Mei 2023   01:40 Diperbarui: 24 Mei 2023   01:51 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : kompasiana.com

Menurut anda manakah yang lebih penting diantara brand dan produk dari kacamata seorang konsumen? Apakah brand yang lebih penting untuk dipilih terlebih dahulu atau produk yang menjadi sebuah kunci? Perdebatan diantara keduanya tidak pernah berakhir, seperti halnya duluan telur atau ayam, entahlah. Sebelum kita menuju kepada bahasan mana yang lebih penting, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apa itu brand dan produk.

Brand

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang brand atau merek dan Indikasi Geografis, brand adalah tanda dengan ciri khas berupa gambar, nama, kata, huruf, angka, corak warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut. Brand merupakan tanda pembeda kegiatan perdagangan dengan barang atau jasa sejenis, serta jaminan mutu jika dibandingkan dengan barang atau jasa sejenis milik pihak lain. Dengan demikian, brand mencakup komitmen perusahaan untuk secara konsisten menyediakan fitur, manfaat, dan layanan khusus kepada pembeli.

Produk

Lalu seberapa pentingkah produk? Produk dapat berbentuk apapun yang anda tawarkan kepada orang maupun pasar yang dapat memberi solusi dan memenuhi mereka. Produk dapat berupa alat/jasa yang memiliki fungsi bahan dasar dan kebutuhan. Kualitas produk menjadi peran utama dalam dunia bisnis, karena sebagian orang percaya bahwa brand tidak berperan begitu penting ketika pembeli membeli sebuah produk. Beberapa orang cenderung akan mendahulukan kualitas produk yang akan mereka gunakan. Untuk apa juga membeli produk dengan kualitas kurang baik meskipun rilisan dari merek terkenal.

Pilihan brand adalah cerminan dari nilai-nilai yang lebih ditempatkan orang pada label daripada produk. Seperti yang terlihat dalam situasi pasar saat ini, konsumen mencari brand yang mengabaikan produk terlepas dari harga, spesifikasi, kualitas, dan kuantitas. Bahkan jika konsumen mencari produk tertentu di pasar, dia akan memilih brand yang dia percayai daripada membeli brand baru.

Beberapa persen konsumen memiliki persepsi bahwa mencoba brand baru dapat membuat mereka tidak bahagia atau tidak puas dan juga tidak loyal terhadap brand yang sebelumnya. Bagi beberapa konsumen membeli brand tertentu menampilkan mereka sebagai individu yang berbeda dari masyarakat. Dalam membangun nilai brand "persepsi lebih penting daripada kenyataan", itulah sebabnya orang menggunakan brand untuk apa pun yang mereka beli, meskipun itu mobil, barang elektronik, pakaian atau bahkan sikat gigi. Mereka memilihnya terlepas dari harga tinggi karena mereka memiliki kepercayaan yang terkait dengan brand tersebut. Bahkan jika mereka mendapatkan produk yang sama dengan harga lebih murah tetapi dengan label yang berbeda.

Bagi konsumen, membeli brand juga terkait dengan emosi, atribut fungsional, dan nilai simbolik mereka. Setiap individu memiliki serangkaian karakter yang berbeda, yang pada dasarnya membangun pilihan brand yang sesuai dengan gaya hidup dan selera mereka. Beberapa konsumen berpikir bahwa “membeli apa yang orang tua saya beli atau kebiasaan paling sederhana membeli brand yang saya beli terakhir kali”. Mereka beranggapan bahwa brand yang digunakan orang tua mereka selalu yang terbaik dan terpercaya karena mereka sudah mengenal brand tersebut cukup lama.

Saat ini, konsumen juga memilih brand melalui iklan. Mereka memilih brand yang terhubung dengan mereka secara emosional dan membangkitkan semangat mereka. Perasaan ini mendorong mereka untuk memilih suatu brand, misalnya Coca-Cola memulai kampanye pada tahun 2018 di India “Share a Coke”, yang memiliki label tertulis nama-nama di botol dan kaleng mereka, seperti nama ibu, nama ayah, nama saudara laki-laki, saudara perempuan, nama sahabat, dll. Kampanye ini berdampak besar di pasar India karena setiap orang tertarik untuk membeli botol dan kaleng dengan label yang Bernama tersebut, dan orang biasa mencari label yang berbeda setiap kali mereka membeli Coca-Cola karena mereka merasa ada hubungan yang dekat secara emosional. Tidak hanya di India, di Indonesia, kampanye "Share a Coke" hadir bertepatan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-70, dengan menghadirkan 70 nama populer Indonesia pada kemasannya. Nama -- nama tersebut terinsiprasi dari nama peserta Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) periode 2011 -- 2015. Contoh nama pada labelnya seperti Budi, Bayu, Agus, Wulan, Dewi, Rina laku di pasaran.

Sumber : kompasiana.com
Sumber : kompasiana.com

Mereka biasa membeli coke dengan #bestfriend di botolnya dan membagikannya dengan teman mereka dan dengan tag keluarga saat bersama di pesta dan acara.

Ini menjadi tren perlahan dan karena tag orang mulai membeli Coca-Cola daripada brand lain seperti Pepsi dan mereka juga menemukannya sebagai cara baru untuk terhubung dengan orang dan bersenang-senang dengan mereka sambil berbagi Coca-Cola.

Word of mouth juga memiliki peran penting bagi konsumen dalam memilik suatu brand ataukah produk terlebih dahulu, baik dari teman atau keluarga karena mereka mempercayai pengalaman yang diceritakan itu adalah benar dan nyata. Misalnya jika kita mempertimbangkan brand sepatu Nike yang terkenal di dunia, itu adalah salah satu brand sepatu paling dinamis dan tua di planet ini dengan salah satu logo "Swoosh" atau logo yang mirip tanda “centang” dalam artian Indonesianya yang paling terlihat. Setiap kali seseorang membeli sepatu, hal utama yang dia pertimbangkan adalah nama brand dan seberapa nyaman sepatu itu.

Seseorang membandingkan antara banyak brand dan produk mereka saat membeli satu tetapi kemudian dia juga memilih Nike lalu meninggalkan Adidas, Puma, Reebok, Sketchers, dll., Karena menurut konsumen tersebut, ini adalah salah satu brand sepatu paling tepercaya dan mapan dalam hal daya tahan, desain, dan kenyamanan. Namun hal ini tak menutup kemungkinan bagi pecinta brand lain, yang tentu akan setia dengan brandnya tersebut.

Orang-orang saat ini juga memilih brand lebih dari semua elemen lainnya saat membeli sepatu dan pakaian karena mereka menginginkan label pada barang-barang ini. Pada saat membeli, mereka mengabaikan tingginya harga sepatu tersebut dan hanya membelinya meskipun itu adalah sepatu basket dan mereka bahkan tidak dapat bermain basket. Hal itu dilakukan hanya untuk kepuasan mereka dan untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa mereka mengenakan sepatu mahal. Kita dapat melihat dari deskripsi dan contoh ini bahwa konsumen lebih fokus pada brand dan bukan pada produk.

Jadi, alasan konsumen memilih brand terlebih dahulu dan kemudian produk, karena mereka memiliki kepercayaan yang dibangun di atas brand yang tidak ingin mereka hilangkan dan juga mereka takut akan kekecewaan karena mengubah produk dari beberapa brand lain sehingga mereka lebih memilih untuk tetap berpegang pada brand yang mereka percaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun