Pada musim semi lalu sebelum lock down berlangsung saat perjalanan ke Blausee, cek kisah perjalanannya disini. Saya sempat melewati sebuah villa bernama Ahok.
Melihat namanya yang familiar maka saya pun jadi penasaran dan berniat mengunjungi tempat itu. Mumpung saya juga sedang berlibur di lokasi tersebut.
Jadi sesampainya di penginapan yang berlokasi di kawasan Kandersteg, spontan saya langsung meminta teman yang saat itu sedang bekerja melayani tamu di resepsionis, untuk menemani saya pergi ke lokasi tersebut.
Kami pun melakukan perjalanan dengan berjalan kaki ke villa bernama Ahok yang pada siang hari itu sempat saya lewati.
Sesampainya kami di lobby villa tersebut, seorang resepsionis pun menyambut kami dengan antusias. Melihat penampakan kami yang jauh dari ekspektasi, maka resepsionis pun menanyakan maksud kedatangan kami.
Seperti ini dialog pembukanya, yang sudah saya terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia:
Resepsionis : "Gruezi (berarti salam dalam bahasa Swiss Jerman). Selamat datang di Villa Ahok, ada yang bisa kami bantu?"
Saya : "Gruezi, saya ingin menanyakan perihal awal mula berdirinya Villa Ahok ini. Apakah ada pihak yang bisa dan berkenan menjelaskan?"
Sambil melanjutkan interaksi saya dengan sang resepsionis, teman saya pun tak henti-hentinya menarik lengan saya. Ia merasa tindakan saya saat itu kurang wajar karena kami tidak bermaksud untuk menginap di villa tersebut, tetapi saya malah menanyakan sejarah tentang berdirinya villa itu.