Siapa yang tidak khawatir mendengar kata Paedofilia. Dimasa modern seperti sekarang ini justru para orang tua harus ekstra hati-hati menjaga buah hati mereka beraktivitas setiap harinya.
Mengapa? Karena Kasus Paedofilia di Indonesia ternyata merupakan salah satu yang terbesar di Asia. Jaringannya yang kini semakin meluas karena adanya kemajuan teknologi justru menambah parah daftar korban. Khususnya saat masa pandemi seperti sekarang.
Dimana hampir semua orang melakukan kegiatannya di rumah. Sebagai orang dewasa khususnya orang tua juga sudah seharusnya turut serta melindungi anak-anak dari kejahatan baik dilingkungan keluarga maupun tempat tinggal. Â
Agar korban kebejatan orang-orang tersebut tidak semakin diperparah oleh adanya aktivitas media sosial. Jangan sampai anak-anak yang menjadi generasi penerus bangsa ternodai oleh hal-hal yang tidak manusiawi seperti itu.
Berikut adalah penjelasan dari dampak buruk aktivitas media sosial yang mengakibatkan meningkatnya jumlah kasus kekerasan seksual terhadap anak. Dimana pelakunya juga bisa berasal dari kalangan keluarga atau relasi terdekat.
Hubungan antara dampak pandemi dan kaum Paedofilia saat ini juga semakin meningkat. Kebanyakan terjadi berawal dari adanya interaksi anak melalui social media platform seperti Facebook, Instagram dan Twitter. Hingga akhirnya berlanjut ke dunia nyata.
Tidak ada lagi ketakutan bagi kaum Paedofilia untuk menjalankan aksinya karena aktivitas virtual mereka yang terselubung dan tak terlihat oleh mata.
Berikut adalah eksperimen yang pernah disiarkan oleh channel YouTube CNN. Dimana ada sebuah Avatar yang sengaja dibuat mirip seperti sosok gadis kecil.
Objek tersebut sebenarnya dijalankan oleh seorang manusia dewasa. Namun wajahnya diprogram sedemikian rupa dengan teknologi Avatar yang sangat mirip sekali dengan sosok anak-anak.
Sosok Avatar yang bernama Sweetie itu pun memiliki suara virtual yang sudah dimodifikasi sehingga meyakinkan lawan bicaranya akan keaslian akun Sweetie.
Hasilnya pun sungguh mencengangkan, dilansir dari akun media sosial milik Sweetie. Hampir setiap hari ia mendapatkan pesan hingga ratusan dari banyak laki-laki hidung belang.
Dan selama 10 Minggu Sweetie bisa mendapatkan sebanyak 20 ribu pria dewasa dari 71 Negara. Sungguh hasil eksperimen yang menakjubkan sekaligus mengiris hati para orang tua.
Mereka semua adalah kaum Paedofilia. Isi pesan yang menyiratkan hasrat seksual tersebut sangat jelas terlihat dari ajakan komunikasi melalui video call.Â
Sungguh miris nasib Sweetie, apabila kita membayangkan sosok gadis kecil sungguhan yang menjadi korban kebejatan oleh kaum Paedofilia virtual.
Jadi apapun alasannya bagi orang tua, sungguh sangat tidak bisa diterima jika aktivitas virtual anak di internet maupun aktivitas nyata sehari-hari tidak selalu diawasi. Khususnya selama masa pandemi ini yang membuat anak harus menetap dan beraktivitas di rumah.
Sudah selayaknya kita sebagai orang dewasa memberikan pengertian berupa pendidikan, mengenai pentingnya menjaga diri sendiri dari kekerasan fisik termasuk kekerasan seksual baik di dunia nyata maupun secara virtual.
Berikut adalah beberapa tips yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk melindungi anak dari kekerasan fisik dan seksual yang bisa terjadi pada siapa saja:
1. Batasi penggunaan media sosial pada anak
Dengan memberikan akun khusus anak seperti YouTube kids. Sebaiknya akun sosmed disetting ke mode keep log in agar kita bisa melihat rekam jejak aktivitas anak di socmed.
2. Ajarkan anak aktivitas yang bermanfaat
Seperti belajar bahasa asing, belajar seni melukis atau membaca buku. Agar anak bisa teralihkan dan melupakan aktivitas virtual di internet khususnya socmed.
3. Jadwalkan penggunaan smartphone atau media elektronik lain setiap harinya
 Terapkan disiplin sejak dini agar anak terbiasa bersosialisasi di dunia nyata.
4. Lakukan session "curhat" sebelum tidur
Agar anak selalu mengkomunikasikan apapun yang terjadi kepada orangtuanya. Sehingga untuk kedepannya anak tak lagi takut mengadu apabila hal-hal seperti kekerasan seksual terjadi pada dirinya atau temannya.
5. Terapkan konsep Punishment and Reward untuk kegiatan anak sehari-hari
Contoh yang saya ambil dari pengalaman pribadi adalah anak bisa diberikan satu stiker penghargaan untuk satu perbuatan baik setiap harinya.
Lalu jumlah dari 10 buah stiker sama nilainya dengan satu keinginan yang bisa di redeem setiap akhir pekan.
Daftar wish list atau keinginan juga sudah dibuatkan oleh ibu sejak awal periode pengumpulan stiker dimulai.
Sedangkan untuk punishment bisa diterapkan dengan melakukan pekerjaan rumah yang ringan atau pengurangan uang jajan anak setiap harinya.
Dengan begitu anak jadi terbiasa menerapkan komitmen baik pada diri sendiri serta pada kegiatan sehari-hari.
Berikut adalah penjelasan dan tips yang bisa saya bagikan, agar peran kita sebagai orang dewasa dapat dijadikan bukti nyata didalam melindungi anak-anak dari kekerasan fisik dan mental. Khususnya kekerasan seksual yang kini kian marak terjadi pada anak.
Berikut saya lampirkan juga video yang menyatakan hasil dari eksperimen tersebut. Semoga setelah menonton video ini, sebagai orang dewasa khususnya orang tua bisa lebih waspada melindungi anak-anak dis ekitar kita.
Semoga bermanfaat,
Salam hangat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI