Mohon tunggu...
dewi pratiwi
dewi pratiwi Mohon Tunggu... -

menyukai traveling, fotografi dan menulis.. sangat menyenangkan melakukan itu semua...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tolong...Kami Kehilangan Kompas...

17 Desember 2011   06:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:09 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malaikat : "Maaf anda dari negara mana?"

Orang Indonesia : "Indonesia"

Malaikat : "Sebelumnya saya minta maaf atas ketidaksopanan ini..Coba lihat kesana..Jam negara Anda kami pakai sebagai kipas angin.."

Sebuah joke dari teman yang kuterima pagi ini melalui Broadcast Message.

Sebuah guyonan yang mungkin terbentuk dari cerminan sebuah ruang lingkup kenegaraan yang semakin carut marut. Bukan bermaksud sok tahu atau apalah namanya, saya hanya bersuara menurut apa yang saya rasa, bahwasannya saya sedang merasa menginjak sebuah negara yang seperti sedang kehilangan kompas. Mendapati dirinya kebingungan akan menuju kemana. Mungkin tujuannya jelas, sangat jelas, bahkan tujuan-tujuan itu yang dijadikan senjata para penguasa itu untuk "menghipnotis " masyarakat untuk percaya pada mereka bahwa masyarakat akan diantarkan menuju satu tujuan mulia seperti yang mereka janjikan itu. Namun pada saat mereka terpilih, rasanya mereka amnesia mendadak mengenai janji-janji mereka itu. Entah amnesia atau hanya tersesat untuk menuju tujuan tersebut kemudian menikmati ketersesatannya, atau mungkin sengaja dibuat tersesat. Yang jelas masyarakat dibuat tidak sampai-sampai pada tujuan yang dikehendaki bersama.

Menjadi anggota parlemen jelas memiliki prestise tersendiri. Kemewahan, materi, penghargaan, penyanjungan, kekuasaan jelas akan mereka dapatkan. Itulah alasan mengapa mereka berebut kursi disana. Inikah yang diharapkan masyarakat dari kata Reformasi? Inikah yang dituju dari sebuah Demokrasi? Seperti yang di teriakan para mahasiswa di tahun 1998 yang menewaskan banyak korban tersebut.
Mungkin bangsa Indonesia belum siap untuk "reformasi". Mental dengan ego tinggi masih sangat mendominasi dalam diri masyarakatnya semua, dimana kecenderungan mementingkan kepentingan diri sendiri jauh lebih besar ketimbang mementingkan kepentingan bersama. Mungkin memang tidak semua. Tapi paling tidak sangat mendominasi. Terlalu banyak ambisi dari berbagai macam pihak sehingga  membuat perseteruan idealisme dan mengekerucutnya berbagai masalah hingga mencapai titik puncak dan menjadi seperti sekarang ini. Atau mungkin ini belum mencapai puncak. Kita hanya tinggal menunggu akan kah surut atau akankah semakin mencapai titik terpanas negeri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun